Waspada! Era Baru Penipuan Digital, Ketika Suara Orang Terdekat Jadi Senjata AI
- account_circle Admin
- calendar_month Sel, 21 Okt 2025

JAKARTA – Dunia digital kembali dihebohkan dengan munculnya modus penipuan baru yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). Jika sebelumnya masyarakat dibuat resah dengan pesan palsu, tautan mencurigakan, atau phishing via WhatsApp, kini kejahatan siber memasuki level yang lebih canggih—yakni dengan kloning suara atau voice cloning.
Dalam modus ini, pelaku kejahatan siber memanfaatkan teknologi AI untuk meniru suara seseorang secara hampir sempurna. Hanya dengan sampel suara pendek, seperti sepatah kata “halo” atau “maaf”, sistem AI mampu menganalisis intonasi, ritme, dan karakter suara, lalu menghasilkan versi tiruan yang sangat meyakinkan.
Suara hasil kloning itu kemudian digunakan untuk menipu keluarga, pasangan, atau rekan kerja korban. Pelaku akan menelpon target dengan berpura-pura menjadi orang terdekat yang sedang dalam keadaan darurat—seperti mengalami kecelakaan, ditahan polisi, atau membutuhkan uang mendesak untuk biaya rumah sakit. Tujuannya jelas: memanfaatkan kepanikan dan empati korban agar segera mentransfer uang.
Kondisi ini menjadi semakin berbahaya karena suara hasil kloning terdengar nyaris identik dengan suara asli. Bahkan, orang yang paling akrab sekalipun sulit membedakannya. Banyak korban terjebak karena bereaksi spontan terhadap suara orang yang mereka cintai tanpa sempat melakukan verifikasi.
Untuk mengantisipasi penipuan model baru ini, masyarakat diminta untuk tetap tenang dan menerapkan langkah verifikasi lintas media. Jika menerima panggilan mencurigakan dengan suara orang terdekat, segera putuskan sambungan dan hubungi kembali nomor asli orang tersebut melalui panggilan video atau media komunikasi lain.
Selain itu, penting juga untuk membuat kata sandi rahasia (code word) di antara anggota keluarga. Kata sandi ini bisa menjadi alat verifikasi sederhana ketika terjadi panggilan darurat yang mencurigakan.
Era penipuan digital berbasis deepfake voice ini menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi dapat menjadi pedang bermata dua. Masyarakat dituntut untuk tidak hanya melek digital, tetapi juga cerdas dalam mengendalikan reaksi emosional.
Lindungi diri, lindungi keluarga. Jangan biarkan kecanggihan teknologi menjadi celah bagi pelaku kejahatan untuk menguras harta dan ketenangan hidup. (Tim)

https://shorturl.fm/0rZbV
23 Oktober 2025 11:30 AM