Naur Sesangi Joged, Piodalan Pura Luhur Pucak Manik Angkeran Syukuri Kemenangan Koster – Giri
- account_circle Ray
- calendar_month Kam, 6 Nov 2025

BULELENG – Pura Luhur Pucak Manik Angkeran (klik untuk link), sebuah Pura yang memiliki pemandangan yang indah dan menawan. Di wilayah sekitar telah banyak dibangun villa – villa yang disukai oleh Warga Negara Asing (WNA) karena eksotiknya wilayah di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak dan Kabupaten Buleleng tersebut.

Dalam Upacara Pujawali atau Piodalan di Pura Luhur Pucak Manik Angkeran yang diadakan pada Rabu atau ring Rahina Anggara Julungwangi pinanggal 04 November 2025, Kelihan Pangempon Pura Wayan Tamba menyebutkan bahwa pujawali kali ini mengadakan kegiatan Pecaruan Eka Sata, Melaspas ngurip makuh gedong simpen lan wantilan, Mendak ngelantur ngelinggihang Ida Betara, Munggah wangi piodalan (Kapuput antuk Ida Nabe Sri Empu sakeng Geria Taman Cakra Wijaya Sandi), Naur sangi / Naur atur (Joged), Medewa Ayuan, kemudian berakhir pada hari 06 November 2025.

Dalam wawancara singkatnya dengan Wayan Tamba, Pura ini dibangun dengan landasan kecintaannya kepada alam. Melalui kementerian Pariwisata dan DPR RI Ekowisata yang diciptakan ini meliputi wisata religi.

Kelihan Pangempon Pura, Wayan Tamba.
“Pada awalnya membentuk organisasi dengan hanya 4 orang saja keluarga dan adik, kemudian door to door mendatangi warga dengan proposal keperdulian kepada hutan dan sampailah 67 orang anggota, ” Ungkapnya.
Ia juga menceritakan bahwa dibangunnya Pura Luhur Pucak Manik Angkeran melalui swadaya dengan menjual kupon – kupon.

Bersama Pemangku Pemucuk, Jro Gde Jati (kiri).
” Jro Subawa (TNI) yang bantu jualkan juga, dengan dukungan dari perangkat desa, BPD, LPM, Kelian Banjar Dinas dan warga semua akhirnya terkumpul 86 juta rupiah, ” Kenangnya.

Yang menjadi unik kegiatan hari ini adalah adanya Joged, ini merupakan sesangi atau janji bila Wayan Koster dan Nyoman Giri Prasta menang jadi Gubernur dan Wakil Gubernur Bali.

Medewa Ayuan.
“Hahaha, Niki Naur Sesangi Koster menang, titiang ngefans sareng ragane, kawitan tiang Tangkas Kori Agung, ” Ungkapnya.
Ia juga menceritakan bahwa fokus pembangunan pada tempat – tempat mesadekan (wantilan) agar warga pemedek bisa terhindar dari panas dan hujan.
“Yang penting fisik dulu, hiasannya belakangan saja. Penyengker juga kami swadaya, ” Sebutnya.

Ia juga mengenalkan Pemangku Pemucuk Jro Gde Jati, Ketua Pemangku Ketut Siwel SH., Cerita ini juga berawal dari KeWidian atau pawisik yang didapatkan oleh Pemangku Pemucuk Jro Gde Jati pada tahun 2008. Kemudian situs Pura ini dikembangkan pada tahun 2019 sampai sekarang.

” Saya percaya Pura ini nantinya akan menjadi Pura Dang Kayangan karena akan sama dengan Pura di Segara Rupek karena tabik pakulun Dang Hyang Bang Manik Angkeran ini adalah putra dari Dang Hyang Sidhimantra yang bersemayam disana, “pungkasnya. (Ray)
Terima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan sumbangsih bantuan untuk kelancaran akomodasi peliputan jurnalistik yang dilakukan pada hari Rabu 04 November 2025.
Jro Karmila, Jro Putu Sulendri, Jro Suciandewi, Jro WDS, Jro Anita Dewi, Jro Manik, Jro Bintang, Jro Komang Latri, Jro Wayan Tamba, Luh Anik, Ketut Suwarsini, Kadek Suwardika (Rawit) dan Jro Ketut Witana (Jro Belanda) – Eliska Sari Bungalows (menginap).
Check out Eliska Sari Bungalows on Traveloka!

……………………………..

Dokumentasi Jro Komang Latri (Pengayah) dan Ayu Wardhani Sutjidra (Ibu Bupati Buleleng).
*Sesangi adalah janji atau kaul yang diucapkan seseorang, terutama dalam konteks ajaran agama Hindu di Bali, yang wajib ditepati jika permohonan atau niatnya terkabul
*Pecaruan Eka Sata adalah upacara dalam agama Hindu untuk memohon izin memanfaatkan lahan dan menenangkan kekuatan alam. Ritual persembahan dalam agama Hindu Bali yang menggunakan seekor ayam sebagai sarana kurban (caru) untuk mencapai keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
*Medewa Ayuan adalah sebuah tarian sakral tradisional dari Bali, khususnya Desa Seraya di Karangasem, yang dilakukan dalam kondisi kerauhan (trance). Tarian ini adalah bagian dari rangkaian upacara keagamaan, melambangkan peleburan sifat buruk manusia (Sad Ripu) menjadi sifat kebajikan (Sad Guna) dengan menggunakan keris ditusukan di dada sebagai sarana spiritual.

https://shorturl.fm/eR9Av
7 November 2025 4:06 AM