Proyek Air Bersih Oelasin Mandek, Dugaan Ketidaksesuaian RAB Mencuat
- account_circle Deda Henukh
- calendar_month Rab, 13 Agu 2025

Matheos Yermia Octavianus Kepala desa oelasin
Rote Ndao – Harapan warga Desa Oelasin, Kecamatan Rote Barat Laut, untuk menikmati air bersih dari proyek Dana Desa (DD) tahun ini berujung kekecewaan. Proyek yang digadang-gadang mampu mengatasi krisis air bersih itu justru dinilai gagal memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Pantauan di lapangan, air yang keluar dari jaringan proyek tersebut sangat minim. Hanya sebagian kecil rumah yang bisa mengalirkan air, itupun dengan volume kecil. “Airnya seperti tetesan, tidak cukup untuk masak, apalagi kebutuhan sehari-hari. Kami masih harus berjalan jauh mencari air,” keluh seorang ibu rumah tangga di Dusun Oelasin yang enggan disebutkan namanya, Rabu (13/8).
Ketua BPD Oelasin, Jakobis Nalle, S.Pd, mengatakan persoalan utama bukan hanya pada debit air, tetapi juga pelaksanaan proyek yang diduga tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
“Kami menemukan perbedaan antara dokumen RAB dan pekerjaan di lapangan. Kalau ini benar, berarti ada masalah serius dalam manajemen proyek dan penggunaan Dana Desa,” tegasnya.
Jakobis menambahkan, pihaknya telah mengusulkan evaluasi menyeluruh. “Dana Desa adalah uang rakyat. Kalau digunakan tidak tepat, dampaknya langsung dirasakan warga. Proyek air bersih ini seharusnya direncanakan lebih matang, mulai dari survei sumber air hingga kualitas pemasangan jaringan,” ujarnya.
Masalah air bersih di Oelasin bukan cerita baru. Data Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menunjukkan, pada 2019 sebanyak 56 desa/kelurahan di 10 kecamatan terdampak krisis air bersih akibat kemarau panjang.
Saat itu, Bupati Paulina Haning-Bullu menginstruksikan seluruh kepala desa memanfaatkan Dana Desa untuk menyalurkan air bersih menggunakan mobil tangki milik Pemkab. Pemerintah daerah juga menjalin kerja sama dengan Badan Geologi dan Kementerian ESDM untuk membangun sumur bor sebagai solusi jangka panjang.
Namun, upaya tersebut belum mampu mengatasi akar persoalan. Kepala Dinas PUPR Rote Ndao, Yohanis Lusi, yang dimintai konfirmasi mengatakan pihaknya belum menerima laporan resmi terkait proyek di Oelasin.
“Kalau ada masalah teknis, seharusnya kontraktor dan pemerintah desa segera melakukan perbaikan. Kami akan menindaklanjuti bila ada aduan resmi,” ujarnya singkat.
Pengamat pembangunan desa, Marthen Ledo, menilai proyek-proyek air bersih di wilayah rawan kekeringan seperti Rote Ndao sering gagal karena minim kajian teknis.
“Banyak yang hanya mengandalkan sumber air seadanya, tanpa menghitung debit dan keberlanjutannya. Begitu musim kemarau, proyeknya macet. Ini pemborosan anggaran,” katanya.
Ia menekankan pentingnya transparansi dalam penggunaan Dana Desa. “Publik berhak tahu detail anggarannya, mulai dari biaya pengeboran, pembelian pipa, hingga pemasangan. Kalau tidak diawasi, proyek seperti ini rawan jadi proyek asal jadi,” imbuh Marthen.
Warga berharap pemerintah desa dan kabupaten segera mencari solusi konkret. “Kalau air bersih saja susah, mau maju bagaimana? Kami butuh air, bukan janji,” tutur warga lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak pemerintah Desa Oelasin belum memberikan keterangan resmi terkait temuan dugaan ketidaksesuaian RAB dan minimnya hasil proyek tersebut.
Reporter: Deda Henukh

https://shorturl.fm/jVmgh
15 Agustus 2025 10:23 PMhttps://shorturl.fm/DDkHf
15 Agustus 2025 11:50 AM