Daging 3D Tanpa Penyembelihan, Revolusi atau Kontroversi Moral Baru?
- account_circle Admin
- calendar_month Sen, 8 Des 2025

BELANDA – Sebuah pabrik di Belanda kini mampu memproduksi hingga 500 ton daging cetak 3D setiap bulan, dan pasokannya telah menjangkau lebih dari seratus restoran di Jerman. Teknologi ini berangkat dari sampel kecil sel induk hewan yang dibudidayakan dalam bioreaktor kaya nutrisi hingga berkembang menjadi sel otot dan lemak.
Campuran tersebut kemudian dicetak berlapis menggunakan lengan robot berpresisi tinggi, menghasilkan tekstur dan tampilan yang sangat menyerupai daging asli.
Inovasi ini dipuji sebagai terobosan besar dalam pemenuhan kebutuhan daging tanpa melibatkan proses penyembelihan atau penyiksaan hewan. Sebuah gagasan yang dianggap dekat dengan prinsip ahimsa, hidup tanpa menyakiti makhluk lain.
Namun secara regulasi, produk daging berbasis sel ini masih belum diizinkan untuk dijual resmi di Jerman maupun Uni Eropa, sehingga penggunaannya masih terbatas pada uji coba dan pasokan terbatas.
Di tengah kemajuan teknologi tersebut, muncul pertanyaan moral yang semakin mengemuka: apakah daging yang dihasilkan tanpa pembunuhan hewan ini dapat diterima oleh kaum vegan?
Pada umumnya, vegan tidak mengonsumsi segala bentuk produk hewani, bukan hanya daging, tetapi juga telur, susu, hingga bahan yang menggunakan unsur hewan di proses pembuatannya.
Prinsip utama veganisme bukan hanya menghindari kekerasan terhadap hewan, tetapi juga menolak penggunaan tubuh hewan dalam bentuk apa pun. Karena itu, meskipun daging 3D tidak melibatkan penyembelihan, penggunaan sel hewan, mungkin tetap membuat sebagian besar vegan menolaknya.
Namun ada pula kelompok fleksibel yang mulai membuka diskusi baru: apakah teknologi ini bisa menjadi jembatan menuju masa depan tanpa peternakan intensif?
Maka pertanyaan besarnya kini bukan lagi soal teknologi semata, melainkan soal perubahan moral dan cara pandang manusia,
“Apakah daging tanpa penyembelihan dapat mengubah batas etika konsumsi hewani?”
“Dan apakah inovasi ini benar-benar awal dari revolusi pangan yang lebih berwelas asih?”
Editor – Ray

Saat ini belum ada komentar