Koster! Jangan Hanya Sampah, Susruta Ngurah: Gedung Pancasila Juga Puputang
- account_circle Admin
- calendar_month Ming, 20 Jul 2025

AA Susruta Ngurah Putra, Politikus.
DENPASAR – Politikus Susruta Ngurah Putra melontarkan kritik tajam terhadap pernyataan mantan Gubernur Bali, I Wayan Koster, yang memohon “tedun” atau turunnya Ida Betara untuk menyelesaikan berbagai persoalan Bali, termasuk masalah sampah.
Namun menurut Susruta, permohonan spiritual seperti itu terasa timpang bila tidak dibarengi dengan keberanian moral untuk menuntaskan pelanggaran nyata, salah satunya pembangunan Gedung Museum Agung Pancasila yang diduga melanggar badan jalan di Jalan Tantular, Denpasar sebutnya dalam akun facebooknya.
“Kalau Bapak Gubernur minta Ida Betara membantu menyelesaikan masalah sampah, ya bapak (Koster) juga harus nunas, mangda Ida Betara menuntaskan pelanggaran pembangunan Gedung Pancasila,” ucap Susruta dengan nada menyindir, Minggu (20/7).
Susruta menilai, semangat muputan yang sering digaungkan tidak seharusnya hanya ditujukan pada persoalan yang populis dan menguntungkan secara politik, melainkan juga pada hal-hal prinsipil seperti penegakan hukum tata ruang.
“Muputan sejati itu bukan hanya untuk hal-hal yang bengkung-bengkung (pembangkang), tapi juga untuk meluruskan pelanggaran nyata. Termasuk para pejabat yang membiarkan pelanggaran itu. Kalau diam saja, ya layak juga dipuputkan,” ujarnya sambil tersenyum.

Diketahui, pembangunan Gedung Museum Agung Pancasila yang berdampingan dengan kantor PLN Bali diduga menyalahi izin dengan menyempitkan badan jalan dari 8 meter menjadi hanya 3 meter. Meski sudah diberikan SP III oleh Dinas PUPR Kota Denpasar dan sempat dilaporkan ke Polda Bali, proses pembangunan tetap berlanjut. Kasus itu kemudian dilaporkan ke DPR RI.
Susruta menekankan bahwa Gedung Pancasila bukan sekadar fisik bangunan, melainkan simbol kehormatan konstitusi dan cita-cita kebangsaan.
“Memanggil Ida Betara itu tindakan luhur. Tapi jangan lupa, Ida Betara juga menuntut kejujuran, tanggung jawab, dan ketegasan dalam menegakkan dharma,” tegasnya.
Pernyataan Susruta mempertegas bahwa penegakan nilai-nilai luhur tidak bisa hanya bersifat simbolik, apalagi jika digunakan sebagai tameng untuk mengabaikan pelanggaran yang nyata terjadi di depan mata masyarakat. (Ray)

Saat ini belum ada komentar