Mangku Bumi
SABDA ORANG BINGUNG

Jika Tuhan maha pencipta, dia Tuhan berbicara melalui seluruh yang dia wujudkan, seluruh wujud yang dia jadikan adalah jalan Sang Maha Pencipta mengkomunikasikan dirinya kepada ciptaanya, kesempurnaan yang termanifestasi pada wujud-wujud yang disertai segenap kesempurnaan masing-masing, dan pada wujud manusia lah dia Sang Maha hidup itu mencapai kesadaran sempurna’nya, begitulah kebenaran yang sesungguhnya kebenaran, jika Tuhan mu tidak berwujud maka dia Tuhan yang tidak mewujudkan apa-apa, kamu tertipu oleh ketidaktauanmu
Tidak ada pencipta yang tidak mewujud, yang tidak mewujud berarti sama sebangun tidak ada, bahwa di dalam yang mewujud itulah wujud dan juga tiada wujudnya tunggal, itulah yang dimaksud rwa bineda, ada dan tiada-nya tunggal, sisi negatif dan sisi positifnya dualitas tunggal dan yang ketiga adalah kesadaran yang mengetahuinya, keberadaan lah yang dapat mengenali ketiadaan, yang menyatakan tinggi rendah adalah yang wujud , yang mengetahui batas tiada batas adalah wujud, dan kesemua itu dikenali oleh kesadaran atas keberadaan, tanpa keberadaan tidak ada yang dapat dikenali dan mengenali , dan nabi anda kebingungan menyadari kebenaran sesederhana itu
Sekali lagi Tuhan berkomunikasi melalui apa yang dia wujudkan,kekuatan ciptanya menjadi pada apa yang dia cipta, tanpa yang berwujud dia bukan apa-apa, dia tidak mungkin dikenal sebagai pencipta, dia harus mewujud untuk menjadi Pencipta,dia bekerja mencipta dan seluruh yang dia cipta yang mengkomunikasikan tentang keberadaan-NYA, dan yang terpenting dari yang paling penting yang berkesadaran paling sempurna yang menyebutnya sebagai “Sang Pencipta” yakni manusia
Dia tidak berbicara untuk membuat manusia menjadi baik, tetapi dia bekerja memelihara kebaikan manusia tanpa bicara tanpa sabda, karena dia ada disetiap yang hidup, dia ada disetiap yang berkesadaran, dia asal, dia pula wujud, dia yang berkesadaran di dalam wujud yang dia jadikan, yang hidup itu yang berkesadaran atas hidupnya, dan kesadaran yang paling sempurna adalah pada diri manusia ini, kesempurnaan mewujud pada kesempurnaan dirinya
Tuhan yang tidak memahami dirinya sendiri berbicara tentang dirinya, tidak memahami dirinya yang bergerak mencipta dan seluruh yang dia cipta yang berbicara tentang dirinya, dan ketika dia berbicara tentang dirinya itu sama dengan dia berbicara tentang ketidaktauannya sendiri tentang dirinya, dia mengatakan begini dan begitu sesuai prasangka nya belaka, karena dia lupa oleh wujudnya yang berkesadaran sempurna yang telah menipunya
Mengapa kita membicarakan Tuhan karena Tuhan telah beredar luas di pasaran, karena Tuhan telah lupa siapa dirinya yang sesungguhnya hanya bergerak mencipta, bahkan ia mencipta kehancuran kehidupan karena kondisi lupanya yang tidak terkendali, karena dia lupa sadar menyadari kesejatian dirinya sehingga tidak dia sadar telah mencipta kehancuran, dia mencipta penyesatan kesadaran murni manusia yang sesungguhnya dia jadikan dari kesempurnaan miliknya
Sang Pencipta yang tidak lain Sang Maha hidup yang merupakan sebab dari segala sebab seluruh keberadaan, dan keberadaan dirinya yang termanifestasi sebagai yang paling sempurna adalah sebagai manusia, bahwa dia menganggap dirinya pikiran, dia terkelabui oleh kesadaran sempurnanya yang berasal mula kesempurnaan itu sendiri, dan di dalam kebingungan-nya dia bersabda menyabdakan kebingungan dirinya
Kesadaran murni adalah kesadaran yang melampaui pikiran, itu sama sebangun dengan ungkapan Tuhan tidak terpikirkan, karena pikiran terbatasi prasangka, karena pikiran adalah ranah persepsi dan hanya sebatas nilai yang diketahui, sebatas apa yang diketahui maka sebatas itu pula nilai yang di miliki, sekalipun itu atas Tuhan hanyalah sebuah nilai yang terbatas apa yang diketahui belaka
Berbeda pada kesadaran murni yang tiada batas, tidak terikat batas maupun nilai, yang dapat menyadari apapun bahkan yang dapat menyadari yang tiada-batas itu tidak lain kesadaran terjemahan dari hidup yang berasal mula Maha Hidup itu sendiri
Kesadaran sempurna inilah bukti kesempurnaan ciptanya, kesempurnaan Sang Maha Pencipta yang termanifestasi pada kesempurnaan yang nyata, bukti nyata wujud kesempurnaan yang di miliki-nya, wujud Maha Sempurna yang berkesadaran sempurna inilah pembuktian teerbaik dari kesempurnaan yang di miliki-nya, dan kita sebagai diri-diri yang mewakili kesempurnaan itu idealnya rendah hati karena masih belum mampu melampaui keterkungkungan keterbatasan ini
Dan ketika kita mengetahui diri mewakili kesadaran hidup Sang Maha Pencipta, idealnya kita tau GUNA hidup untuk melayani kemuliaan yang di wariskan kepada setiap diri, GUNA mewujudkan kemuliaan hidup sesuai kemampuan masing-masing diri, yang pasti kita hidup bukan untuk memperseterukan yang tidak kita tau, kita di beri hidup bukan untuk meributkan kebodohan kita, bukan mempertengkarkan lupa kita atas ke dirian sejati kita
Jika Yang Maha Hidup adalah sebab dari segala sebab yang memulai semua keberadaan ini, kita yang berkesadaran sempurna inilah perwakilan paling sempurna dari yang hidup dimaksud, jika Yang Maha Hidup itu Tuhan maka yang berkesadaran hidup sempurna itulah Tuhan, Maha Hidup yang mencapai kesempurnaan sadarnya tercipta dari kesempurnaan miliknya sendiri, dia dirinya sendiri yang mencapai wujud sempurnanya
Dia yang mewujud sebagai seluruh keberadaan dan yang berkemampuan mengenali semua itu adalah kesadaran sempurna manusia, karena memang itulah tujuanya mencapai kesempurnaan untuk mengenali kesempurnaan dirinya melalui kedirian itu sendiri, namun kesempurnaan itu sendiri membuat Sang Diri tersesat, ketika Sang diri memilih berdiri pada bayangannya, ketika Sang Diri tidak lagi mengenal cara mempertahankan kemurnian sadarna, dan mereka jatuh kedalam ketidaktauan, mereka tersesat dan hidup diatas prasangka belaka
Sekawanan burung tidak pernah berdoa tetapi mereka hidup dan mencari makan, golongan ikan dan binatang lain-nya juga sama memiliki kesadaran dan berkemampuan adaptasi pada lingkungan hidup masing-masing karena sejak awal telah tercipta sedemikian rupa, kumpulan planet khusunya bumi yang kita tinggali pun hidup, mereka bergerak dan bekerja sedemikian rupa sesuai keadaan wujudnya, lalu manusia yang kesadaranya paling sempurna memilih sibuk berdoa
Manusia yang tidak berpengetahuan memilih sibuk berseteru tentang Tuhan yang setiap saat menghidupinya karena dia pikir Tuhan ada di dalam agama, karena mereka menyangka agama lebih hidup dibanding manusia, mereka tidak sadar manusialah yang memberi jiwa pada agama, bahkan menjiwai Tuhan yang di yakinin’nya, semata-mata karena ketidaktauan
Aku bersaksi bahwa kesadaran murni Sang Tuan Penyaksi hidupnya, kesadaranku adalah batas yang tiada batas, IA yang terbatas pada prasangka, IA tiada-batas pada kemurnian, IA yang mengetahui yang tertinggi sekaligus yang terendah, yang terbesar sekaligus yang terkecil , IA pembatas ketiadaan batasan dirinya, IA pula yang tidak terbatas pada kemurnian’nya, adakah Tuhan-Tuhan itu sudah mencapai pengetahuan kebijaksanaan tertinggi ini, jika belum – apakah dia layak mengklaim diri sebagai Tuhan yang tertinggi, ataukah Tuhan hanya sebatas yang mampu di klaim oleh kesadaran miliknya
Tentu saja Tuhan sejatinya Tuhan tidak melakukan klaim karena penciptaan ini bersifat final pada kesempurnaan miliknya, bersifat final karena tidak ada lawan selain kesempurnaan dirinya yang mewujud di atas kesempurnaan itu, lalu apa alasan logisnya dia mengklaim diri sebagai Pencipta yang Maha sempurna jika dia berkemampuan mewujud pada kesempurnaan yang mengejawantah pada ke’dirian’nya, jika dia Maha Sempurna maka dia akan memilih mewujudkan diri pada kesempurnaan yang melekat padanya, sehingga kesempurnaan’nya bukan hanya sebatas klaim
Jika kebesaran DIA-Tuhan mampu mewujud pada apapun yang dikehendaki-Nya, tentu pilihan dia adalah menjadikanya ada – bukan memilih hanya melakukan klaim belaka, apalah lagi “BERJANJI” karena Sang Pencipta tidak pernah berhutang pada apa yang dia cipta, karena dia mencipta wujud berserta seluruh penopang kehidupan wujud yang dia jadikan, dalam artian – tanpa penopang – tidak ada wujud yang dapat menjadi, semisal kesempurnaan alam bumi yang semula dia jadikan yang kemudian mahluk-mahluk biologis dapat hidup di atasnya
Orang-orang bingung bersabda diatas kebingungan-nya, berbicara tanpa kebijaksanaan diatas ketertipuan kesempurnaan sadarnya, dan yang tertipu mengikutinya tanpa kecerdasan karena mereka lebih senang mendengar apa yang ingin mereka dengar, bukan yang seharusnya mereka ketahui dan di sadari,seketika itu mereka membiarkan diri terbuai ilusi’nya
Setiap saat mereka berperang melawan dirinya sendiri, seumur hidup bersusah payah mengingkari pesan-pesan yang setiap saat digetarkan kesadaran murni yang tertutup kegelapan prasangka, IA yang setiap saat selalu mengingatkan dirinya, bahwa penderitaan hidup yang selalu bergelayut di rasa hidup yang di jalani berasal mula ketersesatan yang tidak disadari, ketersesatan yang diyakini sebagai kebenaran, ketertipuan yang di sangka sebagai kebenaran
Bagian yang manakah dari kesadaran sempurna itu yang tidak merasa memiliki kebenaran, terlepas apakah kebenaran yang disadarinya diungkapkan atau tidak, sebab seluruh DIRI-DIRI yang SADAR itu tidak lain Maha Hidup yang rasa hidupnya diterjemahkan oleh tubuh Manusia Yang Maha Sempurna ini, tentu saja diri-diri itu akan merasa memiliki dan mengetahui “kebenaran” karena asal mula munculnya kesadaran itu sendiri tidak lain “kebenaran” yang mewujud
Capaian tingkat kebijaksanaan lah yang menjadi pembeda kebenaran-kebenaran tersebut, dan kebenaran tertinggi tidak lain tercapainya kebijaksanaan tertinggi oleh yang berkesadaran sempurna, yang demikian yang dimaksud sebagai Tuhan bukan yang mengklaim akan tetapi yang menjadi
Atlantia Ra

Mangku Bumi
Ki Ageng Giring III, Royal Ambarrukmo Ajak Tamu Asal Bali Wisata Spiritual Desa Sodo

YOGYAKARTA – Perjalanan wisata spiritual yang dilaksanakan salah satu tamu Royal Ambarrukmo mendapatkan kisah unik dibelakangnya.
Pengertian tentang pariwisata spiritual juga pernah dikemukakan oleh Bali Travel News (2008) dalam Susanty (2009) di mana pariwisata spiritual merupakan salah satu kegiatan wisata minat khusus, yakni perjalanan wisata menuju tempat- tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi dan lainnya.
Kali ini ke tempat yang dikeramatkan warga sekitar, Pesarean Ki Ageng Giring III di Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kisah ini diceritakan oleh Susilo seorang juru kunci makam Ki Ageng Giring III yang sudah 30 tahun.
” Ki Ageng Giring III merupakan keturunan dari Brawijaya IV dari raja Majapahit, yang beliau disuruh mengemban amanah mencari keberadaan wahyu yang pergi (oncat = hilang) dari kerajaan Pajang, ” ujarnya, Sabtu (24/06/2023).
Ki Ageng Giring III bersama dengan Ki Ageng Pemanahan, kemudian Ki Ageng Giring III bertapa di sekitaran wilayah Sodo lalu Ki Pemanahan di wilayah Kembang Lampir.
Lanjut bercerita, suatu saat Ki Ageng Giring III mendapat firasat untuk menanam sabut kelapa kering (Sepet aking) kemudian sabut tersebut tumbuh menjadi tunas kelapa yang dijaga oleh abdi dalem Ki Ageng Giring III yakni Bintulu Aji.
Lalu firasat kembali muncul, ia mengetahui bahwa barang siapa yang meminum air kelapa muda (degan) sekaligus (1 buah) habis akan menurunkan raja – raja tanah Jawa.
Pohon kelapa tersebut berbuah hanya 1 butir, siapapun dikisahkan tidak mampu memetiknya.
” Untuk memetik dari pohon itu harus menepuk batang pohonnya dan kemudian pohon itu akan menunduk dengan sendirinya dan bisalah diambil pleh Ki Ageng Giring III, ” lanjutnya bercerita.
Ki Ageng Pemanahan pun mendapat informasi tersebut dari Ki Sunan Kalijogo bahwa kelapa itu sudah dimiliki oleh Ki Ageng Giring III.
” Ki Ageng Pemanahan pun menuju arah kelapa tersebut yang ditandai oleh cahaya yang tegak lurus ke langit ”
Tidak disangka – sangka Ki Ageng Giring III yang mensucikan diri atau mandi besar di sungai yang meninggalkan buah kelapa tadi. Kemudian Ki Ageng Pemanahan sampailah ke tempat dimana kelapa itu disimpan lalu memaksa meminumnya walaupun sudah dicegah oleh istri dari Ki Ageng Giring III.
Kemudian saat Ki Ageng Giring III melihat air kelapa tersebut sudah habis, maka dikejarlah Ki Ageng Pemanahan dan menanyakan keturunan ke berapa agar keturunannya (Ki Ageng Giring III) dapat Mukti (Jawa = Makmur, Sansekerta = Bebas), agar kekuasaan tanah Jawa bisa bergantian dengan anak keturunannya, kondisi itu belum juga mendapat jawaban.

Jalan menuju Petilasan Gunung Pasar. (Sumber foto : Syaeful Cahyadi)
Konon singkat cerita di wilayah Desa Gunung Pasar (Petilasan Gunung Pasar) di Kecamatan Dlingo, Bantul ada 7 makam tiban (kijing pitu) misterius yang dipercaya sebagai tanda perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring III ihwal penerus tahta Kerajaan Mataram Islam.
” Walahualam kang mas nanti kelak keturunan ke 7 sampai ke 9 kelak keturunanmu akan menjadi raja tanah Jawa ”
Kemudian mendapatkan jawaban tersebut Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas (hutan) Mentaok (Bumi Mataram), kemudian Ki Ageng Giring III kembali ke wilayah Desa Sodo menyebarkan syiar Islam sambil menunggu kembali kapan keturunannya akan menjadi raja kelak.
” Itulah kisah singkat cerita sejarah paling sepuh dari Kerajaan Mataram Islam, yaitu disini, ” ujarnya mengakhiri. (Ray)
Mangku Bumi
Kobaborasi Biddokkes dengan Puskor Hindunesia, Bantu Kebutuhan Darah Sulinggih

DENPASAR – Relawan Manawa Dharma Puskor Hindunesia di Tabanan melakukan langkah cepat dalam upaya kemanusiaan. Dikabarkan seorang Sulinggih yang sedang dirawat di RSU Tabanan membutuhkan darah golongan O, segera dengan sigap informasi ini diteruskan ke tim PDDI Polda Bali dibawah pimpinan Kompol I Nyoman Rinda,A.Md.Kep dan A.A Gede Dalem Pemayun, SH.,MAP untuk ditindaklanjuti, Kamis (27/04/2023).
Kondisi ini dilakukan karena ketersediaan cadangan kantong darah di rumah sakit sangat minim.
Tidak membutuhkan waktu lama pihak PDDI Polda Bali bergerak dan akhirnya mendapatkan pendonor dengan segera. Bahkan tim PDDI Polda Bali langsung mengirim ambulance untuk jemput bola mendatangi pendonor agar darah yang dibutuhkan bisa cepat dimanfaatkan.

Ida Bagus Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia
“Terimakasih kepada Kapolda dan Kabiddokkes Polda Bali di bawah ke pemimpinan dr. Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL yang sudah merespon cepat, apa yang kami butuhkan, utamanya untuk kebutuhan darah Sulinggih tersebut, ” ujar Ida Bagus K Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia.
Pelayanan cepat tanggap (emergency) ini merupakan sinergitas keberhasilan dari Puskor Hindunesia dengan pihak Biddokkes Polda Bali. Pelayanan ini merupakan layanan kesehatan bergerak (mobile healthy service) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Tak hanya sebatas itu, dalam upacara besar seperti Bethara Turun Kabeh di Pura Besakih, BIDDOKKES Polda Bali dan Puskor Hindunesia juga melakukan pelayanan kesehatan dari tanggal 5-26 April 2023.
Dalam kesempatan audiensi Puskor Hindunesia dengan Kapolda Bali, Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, salah satu poin penting yang menjadi pembahasan adalah keberlanjutan dan perluasan jangkauan kerjasama organisasi swadaya keumatan Hindu tersebut dengan Polda Bali. Utamanya untuk bidang Sosial, Kemanusiaan, Kesehatan dan Pembinaan SDM Hindu.
Kapolda Bali sangat mengapresiasi hadirnya Puskor Hindunesia dalam 20 tahun ini melakukan pelayanan, pengabdian dan pemberdayaan umat Hindu.
“Kami siap akan memperluas kerjasama sosial dengan Puskor Hindunesia seperti kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, bedah rumah dan juga pelayanan kesehatan”, tambah Irjen Pol.Putu Jayan Danu Putra, yang asli Bali juga.
Pihak humas Dekornas Puskor Hindunesia juga mengucapkan terima kasib kepada Kabiddokkes Polda Bali.

Dewa Sudarsana selaku pihak Humas Dekornas Puskor Hindunesia
” Terima kasih dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT – KL atas kebersamaannya dalam melayani anggota jaga dan masyarkat di karya Besakih kemarin, ” pungkas Dewa Sudarsana. (Ray)
Mangku Bumi
Yayasan Widya Kerthi – UNHI, Satu Napas Kuatkan Hindu Nusantara

DENPASAR – Napas Hindu merupakan bagian dari Nusantara masa lalu, kini kepopuleran Hindu yang minoritas di negeri ini menjadi tantangan baru bagi semboyan kebangkitan Hindu di Nusantara. Banyak legenda, cerita rakyat yang dikemas yang mengatakan Hindu akan bangkit.
Tentu ini harus sejalan dengan semangat kebangkitan Hindu Nusantara, melalui sebuah wadah besar keumatan yakni Puskor Hindunesia.
Menemui Kolonel (Purn). Dr. I Dewa Ketut Budiana, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi mengharapkan support dari seluruh umat Hindu di Nusantara.
” ini sejalan dengan visi dan misi UNHI yang selama ini menjadi lembaga pendidikan perguruan tinggi Hindu ”
Dengan adanya kerjasama ini ia menceritakan harapannya adalah UNHI bisa dapat menjadi center dari pengetahuan Umat Hindu di Indonesia.
” Seluruh permasalahan yang dihadapi oleh Umat Hindu diharapkan UNHI dapat menjadi barometer penyelesaian dari setiap permasalahan umat Hindu sendiri, ” jelasnya.
Lanjut menemui pengurus Dewan Koordinator Nasional (DEKORNAS) Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (PUSKOR HINDUNESIA) di Kampus Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, yang diterima langsung Dr. Dewa Ketut Budiana, M.Fil., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi – Universitas Hindu Indonesia, Kamis (09/02/2023).
Anak Agung Gde Agung selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) PUSKOR HINDUNESIA menjelaskan kedatangannya dan pengurus Dekornas lainnya ke UNHI adalah bagian dari program PUSKOR HINDUNESIA dalam memajukan umat sedharma.
” Kita sebagai lembaga organisasi yang mengedepankan dalam memajukan umat (Hindu) melalui pengembangan SDM-nya (Sumber Daya Manusia) dan dimanapun PUSKOR berada dapat membawa Umat menjadi lebih sejuk, ” terangnya.
Bagi PUSKOR UNHI sendiri merupakan pusat pengetahuan Hindu itu sendiri, jadi dengan misi yang sama tentu menjadi penting dalam bersinergi dengan PUSKOR HINDUNESIA.
” Kita akan melakukan MoU (memorandum of Understanding) dengan UNHI, mungkin minggu depan. Mengenai teknologi, SDM, informasi jadi PUSKOR HINDUNESIA dapat memperkenalkan UNHI sebagai pusat secara Nasional ”
PUSKOR HINDUNESIA sendiri saat ini telah memiliki 23 perwakilan di setiap provinsi di Indonesia. Targetnya dalam 5 tahun kepengurusan baru ini memiliki target bahwa organisasi ini lebih berkembang dan ada di 38 provinsi di Indonesia.
Putu Dewa Sudarsana selaku Wakil Ketua Umum (Waketum) PUSKOR HINDUNESIA bidang Hubungan Masyarakat (Humas) mengiyakan pernyataan dari A.A. Gde Agung. Ia menyebutkan bahwa sinergitas antara PUSKOR HINDUNESIA dengan UNHI merupakan bagian dari ‘Sradha Bhakti’ sebagai umat Hindu.
” Kami di PUSKOR menginginkan agar manusia Hindu ini baik dibidang Yowana, Kepemangkuan dan kehidupan yang lain, dimana umat Hindu Nusantara ini bisa lebih mengenal jati dirinya yang tentu berbasis di UNHI ini juga nantinya ”
Menanyakan soal banyaknya organisasi sejenis dan hubungannya dengan politik praktis, Dewaaji Sudarsana menjelaskan bahwa PUSKOR HINDUNESIA adalah milik umat Hindu seluruh Indonesia.
” Kita di PUSKOR HINDUNESIA tidak melaksanakan politik praktis, tetapi tentu kehidupan kita tidak lepas dari politik. Kita juga sebagai umat Hindu harus taat dan patuh kepada guru Wisesa (Pemimpin/Pemerintah) kita, ” jelasnya.
Kembali menanyakan soal benturan sesama umat Hindu yang berbeda aliran bagi Dewa Sudarsana yang mewakili PUSKOR HINDUNESIA mengatakan bahwa organisasi ini hadir untuk menjawab permasalahan umat seperti itu juga.
” ‘Gema Shanti’ merupakan program kami yang hadir untuk ikut berada menjaga kedamaian Hindu Indonesia sendiri. Kita memang tidak masuk keranah konflik tersebut tetapi kami mengulurkan tangan untuk membantu menselaraskan energinya menjadi positif dalam kita melaksanakan ‘Sradha Bhakti kita ” (Ray)
-
Mangku Bumi4 years ago
HIDUP DHARMA
-
Daerah2 years ago
Seorang Ibu Muda Tewas Gantung Diri di Setra Buleleng
-
Daerah2 years ago
Biadab! Seorang Anak Bantai Ayah Sendiri Hingga Tewas
-
Daerah3 years ago
Telah Ditemukan Gudang Segala Mesin di Batubulan
-
Daerah2 years ago
Pelajar Tewas Adu Jangkrik di Jalur Air Sanih – Karangasem
-
Daerah3 years ago
Jangan Pernah Nginep di Menzel Ubud! Simak Kenapa.
-
Daerah3 years ago
DUNIA MAYA HEBOH, JRO DALEM SAMUDRA DAPAT PAWISIK PASANG PATUNG
-
News5 years ago
Indonesian Housekeeper Association (IHKA) Bali, Menggelar Talkshow dan Exhibition 2018.