Connect with us

Mangku Bumi

TANTRA SHASTRA (2)

Published

on


Kebijaksanaan semesta tau apa yang terbaik untuk kehidupan ini, yang perlu dilakukan adalah bhakti, menjalani hidup dengan satya/kesetiaan, pelayanan hidup penuh kesetiaan, baik-buruk senang-susah duka-bahagia hanyalah ekpresi sadar

Jika dia Maha Hidup mampu mewujudkan semesta, dia yang kesadaran hidupnya sedang kita wakili ini pasti tau yang terbaik untuk kelahiran wujud’nya, dan pelayanan atas kebenaran ini di sebut Dharma

Setiap tubuh mengandung pengetahuan cipta yang maha sempurna, tubuh adalah kumpulan jejak-jejak pengetahuan dari perjalanan perwujudan tubuh itu sendiri, dan setiap diri dapat mengakses pengetahuan itu sesuai tingkat evolusi kesadaran yang dicapainya, ini yang dimaknai dengan istilah “manusia sama di mata Tuhan”, yang bodoh akan mengartikan dengan cara berbeda.

Simak lebih dalam, Tantra bercerita tentang dialog Siwa dan Parwati, Siwa tidak lain sang pelayan kesadaran hidupnya, Parwati adalah kesadaran hidup itu sendiri, kesadaranlah yang bertanya-tanya tentang kawruh kehidupan, kesadaran pulalah yang menjawabnya.

Yang sesungguhnya kedua sisi ini keadaan yang sama, dua sisi kesadaran, antara yang mempertanyakan dan yang menjawab, antara pertanyaan hidup dan yang dikenali sebagai sabda atas jawaban-jawaban masalah kehidupan, dan pelaku kedua sisi itu tidak lain yang maha hidup itu sendiri, dia sang hidup yang melihat di balik materi

Dialog hidup itu sumber kemunculan pengetahuan keseimbangan hidup, antara kecerdasan Dewata/Cipta dan Dewi/Sakti, yang dimaksud Dewi atau Sakti itu sendiri adalah kekuatan cipta yang telah mewujud, manifestasi kekuatan maha hidup itu sendiri, di sebut juga sebagai KA’LI – KHA LINGGA

Dewa tidak lain kecerdasan cipta yang kekuatan’nya disebut Sakti, sedemikian Dewa-Dewi tidak lain kecerdasan/cipta dan kekuatan pewujud cipta (sakti), Tantra berarti yang selain fisik atau ghaib atau kekuatan hidup berupa dewa yang di tubuh diwakili Cakra, sedangkan Dewi atau Sakti tidak lain badan-badan halus manusia

Asal kata Tantra :
Tan : memaparkan, mewujudkan sakti/kekuatan kecerdasan dewata yang mengejawantah,
Tra : menyeberangkan, paparan (manifestasi) yang menyeberangkan kondisi “tiada wujud” kepada “wujud”, katalisator penyeberang ‘tiada-wujud” kepada bentuk wujudnya,
Maya/Maha-Ghaib

Praktik Tantra inilah asal-usal seluruh agama di muka bumi, atau, agama merupakan praktik Tantra itu sendiri, praktik menghasilkan theory yang di bukukan, theory keidealan hidup yang disebar luaskan ini cikal bakal seluruh agama di muka bumi

Agama tidak lain ritual Tantra, pengetahuan tentang kekuatan hidup yang di ritualkan bahkan di simbolkan, semisal penyembahan batu adalah simbol penyembahan kekuatan murni hidup yang bersifat primirif menyangkut “Rta” yang sifatnya kaku tidak ditawar-tawar, semisal simbul kemurnian pelepasan kekuatan bumi dengan gempanya yang tidak bisa ditawar, pelepasan energy melalui letusan gunungnya, dst

Sedangkan penyembahan kayu, bentuk penyembahan kekuatan murni yang lebih fleksibel dan atau bentuk lebih halus, kekuatan hidup murni bertubuh biologis yang berstruktur lembut, namum para leluhur yang berkebijaksanaan lebih tinggi mengambil keduanya sebagai warisan pengetahuan pada keturunannya, berupa jalan tengah, gabungan simbolisasi batu dan kayu

Semua itu dimaksud sebagai sebuah bentuk pembelajaran belaka, untuk memancing pertanyaan-pertanyaan “Kesadaran-Parwati” tentang kawruhanian yang kemudian memunculkan jawaban Siwa, sedangkan pelaku utama kesemua itu tidak lain sang diri, IA yang berkesadaran hidup di dalam tubuh pembungkus hidup’nya, AKU Sang Hidup

Keliru terjemah,
bahkan penyimpangan dan kultus pasti terjadi ketika Tantra diterjemahkan kedalam figur-figur baik Dewata atau nama-nama Tuhan sekalipun, karena yang di maksud sesungguhnya hanyalah sifat karakter pelayanan hidup/dharma, bahkan kebijaksanaan masa lampau menuangkan pengetahuan tentang berjenis-jenis sifat karakter hidup ke dalam maha karya epos-epos kehidupan

Peradaban Agung Sumerian Leluhur bangsa Mesir menuangkan pengetahuan tertinggi yang pernah dicapainya kedalam relief-relief di dinding bangunan-bangunan batu yang maha-megah, yang maksud tujuanya untuk ditinggalkan kepada anak keturunan mereka dan kepada peradaban manusia pada umum’nya

Namun di tengah jalan seiring merosotnya kemurnian sadar manusia, pengetahuan itu diterjemahkan sesuai kemampuan khayal imajinasi liar, pengetahuan yang mengandung kemaha rahasiaan itu dilahap mentah-mentah sehingga muncul khayalan tingkat langit, seperti reptil berbadan manusia atau burung, singa berkepala manusia

Atau karangan bebas laim tentang Ras mahluk-mahluk unggul dari planet entah berentah, yang turun dari langit melakukan rekayasa genetika terhadap manusia, yang kejadian sesungguhnya tidaklah persis seperti itu, karena bentuk wujud yang demikian tidak lain wujud yang cacat, karena di balik penggambaran gamblang itu terdapat simbol-simbol tersembunyi yang simpul simpulnya harus dikupas dan maksud arti yang sebenarnya dipecahkan

Yang di maksud sebagai Ras Manusia yang turun dari langit itu semisal pengaruh bulan kelahiran terhadap planet tertentu, dimasa modern ini disebut Zodiak, kekuatan-kekuatan planet atas karakteristik sifat kelahiran manusia, bahkan di dalam wariga warisan nenek-moyang manusia Nusantara menjelaskan dengan sangat detail

Mengenai yang berkepala Reptil dan atau bentuk binatang berbeda, tidak lain tentang dominasi sifat karakter kebinatangan tubuh, karena tubuh tidak lain binatang yang memiliki spesifikasi sifat karakter masing- masing, yang berkaitan pada sifat kelahiran’nya

Tentu saja wujud-wujud ini dapat juga terlihat di alam astral, karena mereka pernah berkiprah lalu mati meninggalkan memory pengetahuan hidupnya dari masa lalu, memory-memory berwujud binatang setengah manusia ini dimulai sejak manusia berkiblat hidup pada kesadaran wujud, yang poros kehidupannya di dominasi kesadaran wujud yang tidak lain badan yang merupakan binatang tersebut

Bahwa planet-planet lalu pohon-pohon kemudian binatang-binatang mengawali perjalanan mewujud sebelum manusia, di planet – di tumbuhan – di binatang itu bagian-bagian dari sifat dan karakteristik kemaha sempurnaan Sang Maha Hidup dibentuk secara terpisah-pisah, pada wujud-wujud awal yang teepisah-pisah itulah sifat karakter kekuatan hidup mengawali evolusi mencapai kesempurnaan mereka sendiri-sendiri

Tidak lain merupakan jenjang Evolusi pembentukan wujud awal seluruh bagian-bagian kesempurnaan yang melekat pada keberadaan Maha Hidup itu secara terpisah-pisah, yang kemudian dikenal sebagai Semesta Raya atau Jagad-Agung, karena bentuknya ynag Maha Besar.

Dan evolusi selanjutnya merupakan penunggalan atau penggabungan energy seluruh puzzle-puzzle kesempurnaan yang telah terbentuk secara random tersebut sebagai “Jagad-Alit”, berupa semesta biologis tubuh manusia karena bentuknya sangat kecil, namun esensinya jauh lebih Agung dari bentuk bentuk lebih kasar yang maha besar di luar sana

Semesta biologis yang tidak lain tubuh manusia yang berkemampuan menterjemahkan kesadaran hidup’nya secara sempurna, jika disederhanakan maka akan terlihat sebagai sebentuk Piramida Causa Prima : yang acak yang di mulai di semesta luar menopang keteraturan di atasnya, dengan kesempurnaan yang tunggal di puncaknya

Puzzle-puzzle manifestasi diri yang terpisah-pisah inilah yang di seberangkan menjadi satu, hingga berwujudlah tubuh manusia yang tidak lain semesta biologis, merupakan gabungan seluruh kesempurnaan yang pernah atau mengawali perwujudan bentuk serta kekuatan-kekuatanya di semesta luar sana

Demikian Tantra dinyatakan pada Bha Ing Rwa, yang tercipta di atas dualitas-tunggal, di awali wujud semesta agung yang terpisah-pisah diakhiri semesta alit yang Tunggal tak terpisah-pisah, Bina Ika Tunggal Ika, yang Tampak Berbeda Itu Sejatinya Tunggal.

IA yang tertinggi sekaligus yang terendah, yang awal sekaligus akhir, tidak lain “Sang-Diri-Sejati” yang kenjadi seluuh ITU dan berkesadaran sempurna di semesta biologis ini,
Meme – Bapa – Raganta-Jati,
Bhairawa Sang Penikmat tidak lain Lanang Sejati Sang Pelayan Kesadaran Hidup

Atlantis Ra


Mangku Bumi

Peringati Hari Pahlawan PEKAT IB Laksanakan Penanaman 100 Bibit Bakau

Published

on

Denpasar – Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (PEKAT IB)) DPW PEKAT IB Provinsi Bali kali ini mengadakan kegiatan yang sangat positif dalam rangka memperingati hari Pahlawan tahun 2023, di hutan Mangrove Tuban, Kamis /02/11/2023

Widodo Marmer SE, MMA selaku Sekretaris Wilayah PEKAT IB Provinsi Bali mengatakan Program kegiatan DPW PEKAT IB ini diiimplementasikan melalui program kegiatan penanaman bakau.

” Kami rencanakan tanggal 10 November sementara dari hitungan iklim tanggal 10 November itu air laut pasang atau tinggi, maka kegiatan di majukan pada hari ini tanggal 2 November kondisi air memungkinkan menanam bakau dengan mengundang teman – teman organisasi lain yang mau ikut dalam kegiatan ini “ucap Widodo Marmer SE, MMA

Lanjut Widodo Marmer, Kegiatan penanaman pohon bakau kali ini menyediakan 100 pohon bakau saja dan program akan terus berkelanjutan dan ini merupakan program PEKAT IB untuk melestarikan alam atau lingkungan.

Kegiatan ini juga turut serta ormas dan partai, terkait hal tersebut Widodo Marmer menjelaskan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran Rumah Tangga PEKAT IB pasal 7 bahwa PEKAT IB tidak ber afiliasi dengan atau kepada salah satu partai tetapi ada kegiatan di DPP Pusat yang sudah mendukung salah satu partai tetapi kami di DPW tidak mendukung siapapun dan kami murni memiliki tujuan membantu tanah air dan pemerintah melalui organisasi kemasyarakatan

Kami juga akan membantu TNI dan POLRI menjaga keamanan dalam pelaksanaan Pemilu yang akan datang , imbuh Widodo Marmer. (Ich)

Continue Reading

Mangku Bumi

Ki Ageng Giring III, Royal Ambarrukmo Ajak Tamu Asal Bali Wisata Spiritual Desa Sodo

Published

on

By

Susilo Juru Kunci Makam Ki Ageng Giring III (selama 30 tahun) baju kuning menceritakan kepada Herman Courbois GM Royal Ambarrukmo kisah tentang wahyu air kelapa Ki Ageng Giring III.

YOGYAKARTA – Perjalanan wisata spiritual yang dilaksanakan salah satu tamu Royal Ambarrukmo mendapatkan kisah unik dibelakangnya.

Pengertian tentang pariwisata spiritual juga pernah dikemukakan oleh Bali Travel News (2008) dalam Susanty (2009) di mana pariwisata spiritual merupakan salah satu kegiatan wisata minat khusus, yakni perjalanan wisata menuju tempat- tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi dan lainnya.

Kali ini ke tempat yang dikeramatkan warga sekitar, Pesarean Ki Ageng Giring III di Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kisah ini diceritakan oleh Susilo seorang juru kunci makam Ki Ageng Giring III yang sudah 30 tahun.

” Ki Ageng Giring III merupakan keturunan dari Brawijaya IV dari raja Majapahit, yang beliau disuruh mengemban amanah mencari keberadaan wahyu yang pergi (oncat = hilang) dari kerajaan Pajang, ” ujarnya, Sabtu (24/06/2023).

Ki Ageng Giring III bersama dengan Ki Ageng Pemanahan, kemudian Ki Ageng Giring III bertapa di sekitaran wilayah Sodo lalu Ki Pemanahan di wilayah Kembang Lampir.

Lanjut bercerita, suatu saat Ki Ageng Giring III mendapat firasat untuk menanam sabut kelapa kering (Sepet aking) kemudian sabut tersebut tumbuh menjadi tunas kelapa yang dijaga oleh abdi dalem Ki Ageng Giring III yakni Bintulu Aji.

Lalu firasat kembali muncul, ia mengetahui bahwa barang siapa yang meminum air kelapa muda (degan) sekaligus (1 buah) habis akan menurunkan raja – raja tanah Jawa.

Pohon kelapa tersebut berbuah hanya 1 butir, siapapun dikisahkan tidak mampu memetiknya.

” Untuk memetik dari pohon itu harus menepuk batang pohonnya dan kemudian pohon itu akan menunduk dengan sendirinya dan bisalah diambil pleh Ki Ageng Giring III, ” lanjutnya bercerita.

Ki Ageng Pemanahan pun mendapat informasi tersebut dari Ki Sunan Kalijogo bahwa kelapa itu sudah dimiliki oleh Ki Ageng Giring III.

” Ki Ageng Pemanahan pun menuju arah kelapa tersebut yang ditandai oleh cahaya yang tegak lurus ke langit ”

Tidak disangka – sangka Ki Ageng Giring III yang mensucikan diri atau mandi besar di sungai yang meninggalkan buah kelapa tadi. Kemudian Ki Ageng Pemanahan sampailah ke tempat dimana kelapa itu disimpan lalu memaksa meminumnya walaupun sudah dicegah oleh istri dari Ki Ageng Giring III.

Kemudian saat Ki Ageng Giring III melihat air kelapa tersebut sudah habis, maka dikejarlah Ki Ageng Pemanahan dan menanyakan keturunan ke berapa agar keturunannya (Ki Ageng Giring III) dapat Mukti (Jawa = Makmur, Sansekerta = Bebas), agar kekuasaan tanah Jawa bisa bergantian dengan anak keturunannya, kondisi itu belum juga mendapat jawaban.

Jalan menuju Petilasan Gunung Pasar. (Sumber foto : Syaeful Cahyadi)

Konon singkat cerita di wilayah Desa Gunung Pasar (Petilasan Gunung Pasar) di Kecamatan Dlingo, Bantul ada 7 makam tiban (kijing pitu) misterius yang dipercaya sebagai tanda perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring III ihwal penerus tahta Kerajaan Mataram Islam.

” Walahualam kang mas nanti kelak keturunan ke 7 sampai ke 9 kelak keturunanmu akan menjadi raja tanah Jawa ”

Kemudian mendapatkan jawaban tersebut Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas (hutan) Mentaok (Bumi Mataram), kemudian Ki Ageng Giring III kembali ke wilayah Desa Sodo menyebarkan syiar Islam sambil menunggu kembali kapan keturunannya akan menjadi raja kelak.

” Itulah kisah singkat cerita sejarah paling sepuh dari Kerajaan Mataram Islam, yaitu disini, ” ujarnya mengakhiri. (Ray)

Continue Reading

Mangku Bumi

Kobaborasi Biddokkes dengan Puskor Hindunesia, Bantu Kebutuhan Darah Sulinggih

Published

on

By

dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT - KL selaku Kabiddokkes Polda Bali.

DENPASAR – Relawan Manawa Dharma Puskor Hindunesia di Tabanan melakukan langkah cepat dalam upaya kemanusiaan. Dikabarkan seorang Sulinggih yang sedang dirawat di RSU Tabanan membutuhkan darah golongan O, segera dengan sigap informasi ini diteruskan ke tim PDDI Polda Bali dibawah pimpinan Kompol I Nyoman Rinda,A.Md.Kep dan A.A Gede Dalem Pemayun, SH.,MAP untuk ditindaklanjuti, Kamis (27/04/2023).

Kondisi ini dilakukan karena ketersediaan cadangan kantong darah di rumah sakit sangat minim.

Tidak membutuhkan waktu lama pihak PDDI Polda Bali bergerak dan akhirnya mendapatkan pendonor dengan segera. Bahkan tim PDDI Polda Bali langsung mengirim ambulance untuk jemput bola mendatangi pendonor agar darah yang dibutuhkan bisa cepat dimanfaatkan.

Ida Bagus Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia

“Terimakasih kepada Kapolda dan Kabiddokkes Polda Bali di bawah ke pemimpinan dr. Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL yang sudah merespon cepat, apa yang kami butuhkan, utamanya untuk kebutuhan darah Sulinggih tersebut, ” ujar Ida Bagus K Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia.

Pelayanan cepat tanggap (emergency) ini merupakan sinergitas keberhasilan dari Puskor Hindunesia dengan pihak Biddokkes Polda Bali. Pelayanan ini merupakan layanan kesehatan bergerak (mobile healthy service) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Tak hanya sebatas itu, dalam upacara besar seperti Bethara Turun Kabeh di Pura Besakih, BIDDOKKES Polda Bali dan Puskor Hindunesia juga melakukan pelayanan kesehatan dari tanggal 5-26 April 2023.

Dalam kesempatan audiensi Puskor Hindunesia dengan Kapolda Bali, Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, salah satu poin penting yang menjadi pembahasan adalah keberlanjutan dan perluasan jangkauan kerjasama organisasi swadaya keumatan Hindu tersebut dengan Polda Bali. Utamanya untuk bidang Sosial, Kemanusiaan, Kesehatan dan Pembinaan SDM Hindu.

Kapolda Bali sangat mengapresiasi hadirnya Puskor Hindunesia dalam 20 tahun ini melakukan pelayanan, pengabdian dan pemberdayaan umat Hindu.

“Kami siap akan memperluas kerjasama sosial dengan Puskor Hindunesia seperti kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, bedah rumah dan juga pelayanan kesehatan”, tambah Irjen Pol.Putu Jayan Danu Putra, yang asli Bali juga.

Pihak humas Dekornas Puskor Hindunesia juga mengucapkan terima kasib kepada Kabiddokkes Polda Bali.

Dewa Sudarsana selaku pihak Humas Dekornas Puskor Hindunesia

” Terima kasih dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT – KL atas kebersamaannya dalam melayani anggota jaga dan masyarkat di karya Besakih kemarin, ” pungkas Dewa Sudarsana. (Ray)

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku