Mangku Bumi
“WANGKE LUMAKU” (Bangkai Berjalan) II

Yening kite tan weruh maring linging “Sanghyang Aji Aksara”,
Tan bina kite “Wangke Lumaku”
Karena sebab telah dimulai dan berakibat penggelapan kesadaran manusia secara sistematis, aku memutuskan menebar kecerahan, kegelapan untuk kaum’mu, cahaya untuk kaum’ku, kita lihat yang mana yang berdiri tegak bertahan, gelap atau cahaya, yang pasti cahaya tidak tengelam dalam kegelapan, sebaliknya kegelapan larut di dalam cahaya
Tidak ada kewajiban khusus pada manusia mengAgungkan sang pencipta, karena dia tidak pernah kehilangan keAgungan sekalipun tidak di Agungkan- Agungkan, prilaku mengagung-agungkan tuhan semata-mata pengagung-agungan diri sendiri
Contoh prilaku menyimpang atas pengagungan diri sendiri terlihat nyata pada sikap prilaku orang-orangan tuhan, yang tak bermalu Playing God, mereka menganggap diri sebagai penguasa kebenaran mutlak, merasa diri lebih suci dari yang lain, sehingga berhak menghakimi sikap prilaku orang lain
Sebaliknya orang-orangan tuhan marah besar ketika kesesatan mereka dibongkar, apalagi bagi mereka yang terlanjur kaya-raya menikmati hasil penggelapan sadar diri sebagai manusia, mereka akan terus berusaha membela diri dengan jawabam classic “Itu yang tertulis di buku keyakinan kami”, betapa ironis yang hidup mempercayakan hidupnya pada benda mati bernama “buku-suci”,
kebenaran memang menyakitkan blehhh
Yang tau diri mengajar diri merendah-hati, yang tau diri tau tuhan, yang tidak tau diri memasrahkan diri keserupan tuhan, menyembah sembah tuhan hanya karena meyakini “katanya” orang lain yang di bukukan secara sempurna, tentu demi sebuah dan banyak kepentingan,tidak ada yang tidak memiliki alasan dari sebuah tindakan, alasan itu sama sebangun dengan kepentingan
Disebut apakah prilaku seperti itu selain “keblinger” merasa diri menjalani kebenaran hanya bermodal katanya tuhan, tuhan katanya, kebenaran tuhan yang idealnya benar dan dapat dibuktikan, tuhan yang diketahui dan disadari sendiri, bukan tuhan katannya ‘benda-mati” bernama buku sabda, yang hanya berbunyi ketika dibaca oleh yang hidup
Yang meyakinkan diri pada keberadaan tuhan sedang di tenggelamkan ke dalam “pusaran keraguan” tak berujung pangkal, pandangan mereka gelap, berputar-putar dalam angan-angan tuhan, “kesadaran hidup” yang menjadi identitas kedirian sejak awal mula
dipaksa berangan-angan tentang tuhan
Emosi mereka rapuh karena bergantung pada angan-angan semu tentang tuhan maha pemberi, yang faktanya kontradiktif dengan realitas yang memaksa mereka banting-tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing
Yang tidak mengenal kebenaran sejati diri sajalah yang masih membutuhkan keyakinan tuhan sebagai gantungan hidup, padahal yang hidup semula maha hidup itu tidak pernah bergantung pada apapun selain pada diri’nya, dan orang-orang tidak berprinsip membiarkan kecerdasan’nya dilecehkan bahkan diperbudak orang yang tidak tau diri
Yang lupa,
tidak mengetahui penguasaan aksara yang tidak musnah, hidup menderita di atas kebodohan, terombang-ambing gejolak rasa hidupnya, bangkai berjalan yang terjerat pada angan- angan “Rasa-Tuhan”, ketidak berdayaan mengelola rasa hidup yang hanya sebatas reaksi kimiawi tubuh dijadikan alasan pembenar “Kesurupan Tuhan”
Atlantia Ra

Mangku Bumi
Ratusan Peserta Lulus Kursus Teologi Hindu, Perkuat Pemahaman Keagamaan

DENPASAR – Kursus Teologi Hindu yang diselenggarakan oleh Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Korwil Bali dan PHDI Provinsi Bali resmi berakhir pada Minggu, 23 Maret 2025. Acara kelulusan (Samãvartana) angkatan VI ini berlangsung pada Kamis, 3 April 2025 di Pura Lokanatha, Wraspati Keliwon. Sebanyak 373 peserta mengikuti program ini, yang terbagi dalam tiga tingkat: Teologi Dasar (173 peserta), Teologi Kepemangkuan (160 peserta), dan Teologi Kepanditaan (40 peserta).
Kursus yang dimulai sejak 1 Juni 2024 ini diawali dengan upacara Sisya Upanayana di Padmasana PHDI Provinsi Bali dan berlangsung selama delapan bulan. Para peserta tidak hanya berasal dari Bali tetapi juga dari berbagai daerah seperti Depok, Bogor, Yogyakarta, Banyuwangi, Sukoharjo, Ogan Ilir, Lampung, Konawe, Tugu Mulyo-Sumatera Selatan, dan Surabaya. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring melalui Zoom dan tatap muka di Gedung PHDI Bali, Jalan Ratna No. 51, Tatasan Kaja, Tonja, Denpasar.
Pinandita Dewa Putu Andika Septiawan, SH., menyampaikan bahwa kursus ini diajar oleh praktisi dan akademisi berpengalaman di bidangnya. “Sebanyak 348 peserta dinyatakan lulus dan menerima sertifikat, terdiri dari 162 peserta di Tingkat Dasar, 150 peserta di Tingkat Kepemangkuan, dan 36 peserta di Tingkat Kepanditaan,” ujarnya pada Kamis (3/4/2025).
Materi yang diajarkan dalam kursus ini mencakup berbagai aspek mendalam tentang Hindu, seperti Moderasi Beragama, Filsafat Saiva Siddhanta, Sejarah Evolusi Kasogatan, Teologi Hindu Global dan Nusantara, Weda, Wariga, Purana, Itihasa, Upanisad, Sastra Bali, hingga praktik-praktik keagamaan seperti nganteb, yoga, arga patra, dan tantra.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar turut mendukung program ini dengan memberikan beasiswa kepada tiga orang pemangku dari Buleleng, Jembrana, dan Gianyar.
Dalam acara Samãvartana, juga dilaksanakan Pawintenan Ghanapati yang dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Acharya Nanda, Ida Rshi Bhujangga Waisnawa Putra Wirya Ardhanareswara, dan Ida Bhagawan Wajrasattwa Dwijananda.
Ketua PSN Korwil Bali, Pinandita (Jro Mangku) I Wayan Dodi Arianta, menekankan pentingnya pemahaman Teologi Hindu di kalangan pemangku dan masyarakat. “Banyak praktisi yang memahami aspek teknis, tetapi belum mendalami teologi Hindu secara menyeluruh. Pemahaman ini penting agar pelaksanaan upacara keagamaan, terutama Hindu Bali, berjalan sesuai dengan ajaran Tattwa,” jelasnya.
Acara ini mendapat respons positif dari peserta dan diharapkan dapat terus berkembang untuk memperkuat pemahaman keagamaan umat Hindu di Indonesia dan mancanegara. (Ray)
English Corner
Kontribusi LPD terhadap Perekonomian Masyarakat Bali

Oleh: Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana, SE.,MM – Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar
Meski didera beberapa kasus yang scr prosentase jauh lbh kecil dibandingkan yg berhasil dlm pengelolaan, sjk mulai berdirinya di tahun 1984, eksistensi LPD dpt dikatakan telah menjadi pilar utama dlm menopang perekonomian masyarakat Bali, khususnya di pedesaan.
Sebagai lembaga keuangan berbasis adat yg dikelola oleh Desa Adat, LPD memainkan peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan modal usaha, mendukung keberlangsungan upacara adat dan keagamaan, srt membantu pengembangan wirausaha di tk lokal. Keberadaan LPD bkn hanya sekadar institusi keuangan, tetapi juga menjadi simbol kemandirian ekonomi masyarakat yg tetap berakar pada nilai-nilai budaya Bali.
LPD memiliki kontribusi yg sangat signifikan dlm mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di Bali. Dlm banyak kasus, akses permodalan menjadi tantangan utama bagi masyarakat desa yg ingin mengembangkan usahanya, terutama krn keterbatasan aset sbg jaminan dan prosedur yg kompleks di lembaga keuangan konvensional. Nah, di sinilah LPD hadir sebagai solusi dgn skema kredit yg lebih fleksibel, berbasis kepercayaan, dan disesuaikan dgn kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dgn total aset yg mencapai Rp 27 triliun pada akhir 2023 dan jumlah rekening kredit yang dikelola sebanyak 410 ribu, LPD telah berkontribusi besar dalam mendukung sektor usaha kecil sprt pertanian, perdagangan, kerajinan, dan pariwisata berbasis komunitas.
Selain itu, LPD juga memiliki peran yg unik dlm membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pengeluaran untuk upacara keagamaan dan adat. Di Bali, upacara merupakan bagian yg tdk terpisahkan dari kehidupan sosial krmadyarakatan, namun sering kali membutuhkan biaya yg tdk sedikit. Di sinilah LPD memfasilitasi masyarakat dgn memberikan pinjaman khusus untuk kebutuhan adat, shg keberlangsungan tradisi ttp terjaga tanpa membebani ekonomi keluarga scr berlebihan. Hal ini menjadikan LPD sebagai lembaga yg tdk hanya berorientasi pd keuntungan, tetapi juga menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi dan budaya sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana.
Selain membantu modal usaha dan kebutuhan upacara, LPD juga berperan dlm pengembangan wirausaha masyarakat desa. Dgn memberikan pelatihan dan pendampingan, LPD membantu menciptakan ekosistem bisnis yg lebih mandiri dan kompetitif. Banyak wirausaha di desa yg awalnya hanya memiliki usaha berskala kecil, kini berkembang menjadi bisnis yg lbh besar berkat dukungan permodalan dan edukasi dari LPD. Dukungan tsb mencakup berbagai sektor, mulai dari industri kreatif, pertanian organik, hingga bisnis berbasis digital yg mulai berkembang di desa-desa Bali.
Keberadaan LPD juga berdampak pada peningkatan literasi keuangan masyarakat pedesaan. Dgn semakin banyaknya warga desa yg memiliki rekening tabungan di LPD, yg jumlahnya sekitar 2,1 juta rekening pada 2022, terjadi peningkatan kesadaran akan pentingnya menabung dan mengelola keuangan dgn lebih baik. Tentu hal ituI membantu masyarakat dlm mengantisipasi kebutuhan mendesak dan membangun ketahanan ekonomi keluarga.
Sehingga scr keseluruhan dapat dikatakan bahwa kehadiran LPD telah membuktikan diri sbg institusi keuangan yg memiliki dampak luas bagi perekonomian Bali. Tdk hanya sbg sumber permodalan bagi UKM, tetapi juga sbg lembaga yg menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Bali. Dgn sistem yg berbasis adat dan dikelola scr kolektif oleh Desa Adat, LPD mampu menjaga keberlanjutan ekonomi masyarakat desa tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional. Tentunya keberlanjutan dan penguatan peran LPD di masa depan akan sgt bergantung pada sinergi antara pengelola, masyarakat, dan pemerintah dlm memastikan tata kelola yg transparan srt inovatif dlm menghadapi tantangan ekonomi yg semakin kompleks. (***)
Mangku Bumi
Pasraman Griya Ageng Mas Gelar Warak Kruron, Penyucian Atma bagi Janin yang Gugur

GIANYAR – Gatradewata.com
Pesraman Griya Ageng Mas (PGAM) kembali selenggarakan upacara Warak Kruron di pantai Masceti, Gianyar, Sabtu (11/01). Acara digelar sejak jam 3 siang hingga berakhir jam 6 sore. Meski diguyur hujan pada awal acara, namun, cuaca kian bersahabat saat ritual dimulai.
Tampak Ida Nak Lingsir (sapaan akrab ) ,Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Agni Daksa Nata beserta Ida Pandita Mpu Siwa Darma Murti memimpin ritual tersebut.
Disamping sebagai pemuput (pelaksana upacara), Nak Lingsir juga hadir sebagai Pembina Yayasan Bhumi Bali Swari (YBBS), yang sekaligus merupakan Pembina Pasraman Griya Ageng Mas (PGAM), mengatakan jika upacara Warak Kruron ini dilaksanakan atas permintaan masyarakat. “Awalnya Ada beberapa orang yang menghubungi kami, kemudian kami buka pendaftaran. Ternyata, respon masyarakat cukup positif,” ungkapnya. Ketua PGAM, Nyoman Sumerta, ketika ditemui di tempat terpisah juga membenarkan respon masyarakat tersebut. “Kami cukup kaget karena pesertanya mencapai 31 orang, dengan total 51 Sawa,” ungkap Nyoman.
Ketua Yayasan Bhumi Bali Swari, JM Manik, juga tampak hadir di tengah – tengah acara. Beliau membenarkan jika upacara Warak Kruron ini penting dilakukan untuk penyucian jagat.
PGAM mempunyai misi sosial disamping juga misi spiritual. Misi sosial seperti upacara kali ini kalau dilakukan perorangan maka biayanya cukup mahal. Maka dari itulah mereka mensinergikan umat sehingga biayanya bisa ditekan.
Nak Lingsir juga menambahkan jika upacara kali ini merupapan yang ke empat kalinya. Menurutnya, Warak Kruron kerap diasosiasikan sebagai upacara penyucian untuk keguguran, yang mana juga disebut dengan Ngerapuh.
Lantas, apakah itu Upacara keguguran? Upacara ini dilakukan hanya bagi mereka yang pernah mengalami keguguran. Baik itu keguguran yang disengaja maupun tidak.
Upacara Pitra Yadnya ini penting untuk dilakukan karena potensi dampak secara skala (dunia nyata) dan niskalanya (dunia tidak kasat mata) akan terjadi jika tidak dilaksanakan, misalnya, hidup makin terpuruk, karir selalu terhalang, usaha terus merosot, perekonomian keluarga semakin memburuk, kuliah tertunda, sakit yang tak kunjung sembuh, sering mengalami kecelakaan dan apes terus.
Dalam hal keguguran, walaupun masih berupa darah, ia tetap memiliki atma/roh. Nah janin yang tak sempat lahir baik itu karena keguguran ataupun digugurkan atmannya harus dikembalikan ke alamNya.
Ada beberapa macam keguguran antara lain:
Warak Kruron – keguguran umur kandungan sebelum 20 hari (2 Minggu)sampai 3 bulan, dimana masih berupa embrio.
Tujuan Proses Upacara Warak Kruron yaitu:
1 untuk pembersihan/penyucikan kedua orang tua si janin, terutama ibu si janin supaya tidak kebaya – baya, seperti contoh pengalaman diatas.
2 menyucikan pekarangan /pertiwi.
Tempat pelaksanaan bisa di natah (pekarangan) rumah, di Griya Sulinggih, di perempatan dan di segara (pantai). Selain upakara pabersihan, caru pengasih bhuta, ada juga permakluman dengan Banten guru piduka.
Setelah proses ini berjalan, dilanjutkan dengan ngambil/ nyumput tanah di 4 penjuru mata angin (pojok dan tengah pekarangan/natah), tanahnya dialasi daun waru lalu disatukan di pada daun telujungan (pucuk daun pisang), kemudian di anyut ke segara/laut.
Tidak ada proses ngulapin, nebusin maprelina dan ngayut.
Tetapi kalau yang berstatus Warak Kruron, prosesnya dilaksanakan lebih dari 5 bulan, akan diproses lewat upacara Ngelangkir.
2. Ngelangkir – keguguran pada saat umur kandungan mencapai 4 bulan sampai sebelum kepus puser. Yang diupacarai adalah kedua orang tua si janin dan pengrapuhan pertiwi. Adapun kelengkapan upakaranya yaitu:
– pabersihan jangkep,
– sanggah Urip,
– bungkak gading ( sbg pengawak mejinah 11keteng)
– bungkak gadang ( pengentas rare)
– penebusan rare,
– Banten masesepuh kepertiwi
Pelaksanaannya hanya di setra/gumukan. Tapi, karena digelar di segara maka tetap nganyut (lebur ke laut).
3 Ngelungah – Bayi meninggal setelah lahir sampai belum ketus gigi (gigi tanggal). Yang diupacarai yaitu si bayi dan kedua orang tuanya. Juga dilakukan Dengan Pengrapuhan Pertiwi. Upakaranya (sarananya) sama dengan ngelangkir tapi ditambahi bubur pirata 108 dan banten penganyutan.
Jalannya upacara yakni:
– nebusin, Ngulapin, ,meeteh- eteh
– kedua orang tua si janin/ bayi ngelukat
– muspa
– natab Banten guru paduka
– maprelina
– Ngeseng sanggah Urip, nguyeg sampai terakhir nganyut.
– mecaru
Pemilet/peserta
– Nunas Tirta caru lan toyan segara Angge ngelukat pekarangan
– Nunas Tirta guru piduka (angge dasar atur mapiuning rg Ida bhatara hyang guru).
– Nunas Tirta pemuput
Tanah yang dibawa dari Griye, jro, pagar sendiri – sendiri dibuat penglukatan kemudian di rarung/anyut.(Tim/Is)
-
Mangku Bumi6 years ago
HIDUP DHARMA
-
News1 year ago
Diduga Gelapkan Dana Ratusan Calon Pekerja Migran, Pengusaha Ibukota Diajukan Ke Meja Hijau
-
News2 years ago
Geger!! Siswi Kelas 2 Smp Ditemukan Gantung Diri Di Kandang Sapi
-
News10 years ago
Post Format: Gallery
-
Daerah4 years ago
Jangan Sampai Jadi Pemangku Tanggung, Ikuti Kursus Kepemangkuan Disini!
-
News3 years ago
Kasus Ungasan, Orang Misterius Hadir ditengah Upacara sebut Kutukan Telah Jalan
-
Mangku Bumi7 years ago
Mengenal lebih dekat Sareng Ide Sire Empu Dharma Sunu dari Griya Taman Pande Tonja Denpasar
-
Daerah4 years ago
Miris! Nusa Dua Tampak Seperti Abandoned City