Mangku Bumi
“WANGKE LUMAKU” (Bangkai Berjalan) III

Yening kite tan weruh maring linging “Sanghyang Aji Aksara”,
Tan bina kite “Wangke Lumaku”
Berbicara ketuhanan sama dengan membicarakan apa yang disadari oleh masing-masing individu,
“Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti” apa yang engkau maksud tentangnya adalah sama dengan apa yang orang lain maksud
Ketuhanan adalah tentang kesadaran hidup, karena maha hidup itu sendiri yang berkesadaran di tubuh pembungkusnya, yang berkesdaran hidup itu yang sama yang mewujudkan seluruh benda-benda di semesta raya, dan di tubuh maha sempurna ini kesadaran hidupnya diterjemahkan secara sempurna
Yang berkesadaran hidup itu tuhan, ape loe, karena yang hidup hanya berasal dari yang hidup, yang hidup yang semula maha hidup yang tunggal terkurung di dalam badan pembungkus hidup’nya, akan tetapi sampah pengetahuan hidup membuat kesadaran hidup terjebak menganggap dirinya tubuh yang pada masanya akan mengalami kematian
Itu pemahaman sampah dari ajaran gelap yang samasekali tidak mendekati kebenaran, ajaran yang mengarahkan kesadaran manusia menuju kegelapan yang makin pekat, ajaran yang tidak dilandasi kebijaksanaan sehingga yang di hasilkan hanya fanatisme kultus, yang tidak lebih hanya sebuah penyuburan exploitasi rasa, ajaran yang mengarahkan manusia melekat pada angan-angan
Tuhan dibuat seakan-akan hanya bisa mengajarkan manusia berangan-angan tentang sorga-neraka setelah kematian, tentang ketergantungan pada tuhan yang tidak pernah mampu dijelaskan tentangnya, penekanan pada kepercayaan terhadap yang tidak diketahui, tentu saja itu pilihan konyol bagi mereka yang waras, sebaliknya memunculkan ego spiritual bagi kaum “penyembah angan-angan”
Ego berasal dari kekuatan hidup yang berwujud, ego’lah wujud imateri’nya, karena ada materi maka imateri teridentifikasi, yang kedua sisi itu adalah domain wujud, semisal prasangka domain persepsi yang dimunculkan keberadaan otak, semisal kesadaran dan bawah sadar
Adalah keraguan yang membuat seseorang membutuhkan keyakinan pada tuhan, jika ditarik benang merahnya, keyakinan diraih dari kondisi yang semula penuh keraguan, dan jika agama berangkat dari keyakinan maka asal mula kemunculannya adalah keraguan
Dan agama jenis ini bisa dilihat jelas dari aturan yang diterapkan sebagai upaya sang empu agama memaksa mengikutnya tetap yakin pada tujuan, out-out agama jenis kaku-baku seperti ini menghasilkan jiwa-jiwa kering tanpa mata air kasih
Mereka dipaksa menjadi Zombie meyakini apa yang tertera di dalam buku yang “Nota-Bene” hanya sebuah benda mati, prilaku hidup dipaksa diseragamkan agar bergantung pada benda mati yang diklaim berisi sabda tuhan
Berbeda dengan agama berbasis anima, budidaya/penerapan’nya seratus delapan puluh derajat berbeda dengan agama keyakinan, agama jenis ini didasari kebijaksanaan hidup, dimulai dengan sentuhan rasa kemanusiaan, penerapan saling-asah saling-asih saling-asuh, selebihnya membiarkan mereka tetap murni atas kealamiahan kehendak bebas masing-masing, diwadahi dalam naungan budaya, yang bertumbuh secara alamiah
Itulah mengapa agama jenis ini tidak melakukan ekspansi, karena segala sesuatu digerakan secara sistematis dan terukur, dimulai dari dari kelompok kecil yang guyub, tentu saja suasana guyub tidak secara kebetulan atas kesamaan pandangan, itu membutuhkan kemampuan extra mencipta mandala semacam benteng spiritual, dengan menempatkan catur sanak (saudara empat) sebagai penjaga penjuru arah mata-angin mandala
Catur sanak yang sama dengan catur sanak para penghuni mandala yang menerapkan aturan sedemikian rupa, tentu saja seperti apa bentuk aturan diterapkan adalah yang bersesuaian dengan kebijaksanaan semesta
Sebab catur-sanak sendiri merupakan saudara lahir setiap manusia, yang tugas fungsinya sejak awal ditentukan oleh sang maha pencipta itu sendiri, manusia yang memiliki cukup kecerdasan yang didasari kebijaksanaan, memanfaatkan bekal lahir tersebut guna kebaikan hidup bersama, didasari kepentingan kemanusan/kemanusiaan , asah-asih-asuh
Yang lebih tinggi mencakup penguasaan teritori lebih luas meningkat pada kekuasaan berdasar kekuatan kedewataan, kemampuan mencipta “Mandala Dewata Nawa Sanga”, penguasaan penataan yang lebih luas mengarah pada pada penguasaan sumber-sumber kemakmuran
Bukan hanya sebatas sumber daya alam, akan tetapi lebih kepada kemampuan menurunkan kekuatan pemenuhan kemakmuran yang bersumber pada sang maha pencipta, kaum yang menerapkan kekuasaan lebih luas dimulai para pemberani, “Golongan-Satya”
Sat-ya,
diawali Sa, di mulai dari kanan – arah timur, awal kecerahan/posisi terbitnya matahari/purwa/purba/SA :
ba-T’a-a-i-na-ma-si-wa :
YA,SA…YA, satya/kesetiaan yang tidak tergoyahkan (maha aksobya), yang setialah yang terkasihi (Habibie/Budha/siwa), yang terkasihi yang menetap pada kemurnian sadar sebagai yang melihat di balik materi yang tidak mengalami perubahan, disebut “The Purusha” dalam Weda (wed/tau/pengetahuan)
“Availokitaswara-yang melihat ke bawah” dalam kebudaan
SA timur,
timur yang juga kanan, di tempat terbitnya matahari, purwa-purba- satya, budaya timur budaya kanan, yang akan selalu mengawali kecerahan
Atlantia Ra

Mangku Bumi
Peringati Hari Pahlawan PEKAT IB Laksanakan Penanaman 100 Bibit Bakau

Denpasar – Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (PEKAT IB)) DPW PEKAT IB Provinsi Bali kali ini mengadakan kegiatan yang sangat positif dalam rangka memperingati hari Pahlawan tahun 2023, di hutan Mangrove Tuban, Kamis /02/11/2023
Widodo Marmer SE, MMA selaku Sekretaris Wilayah PEKAT IB Provinsi Bali mengatakan Program kegiatan DPW PEKAT IB ini diiimplementasikan melalui program kegiatan penanaman bakau.
” Kami rencanakan tanggal 10 November sementara dari hitungan iklim tanggal 10 November itu air laut pasang atau tinggi, maka kegiatan di majukan pada hari ini tanggal 2 November kondisi air memungkinkan menanam bakau dengan mengundang teman – teman organisasi lain yang mau ikut dalam kegiatan ini “ucap Widodo Marmer SE, MMA
Lanjut Widodo Marmer, Kegiatan penanaman pohon bakau kali ini menyediakan 100 pohon bakau saja dan program akan terus berkelanjutan dan ini merupakan program PEKAT IB untuk melestarikan alam atau lingkungan.
Kegiatan ini juga turut serta ormas dan partai, terkait hal tersebut Widodo Marmer menjelaskan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran Rumah Tangga PEKAT IB pasal 7 bahwa PEKAT IB tidak ber afiliasi dengan atau kepada salah satu partai tetapi ada kegiatan di DPP Pusat yang sudah mendukung salah satu partai tetapi kami di DPW tidak mendukung siapapun dan kami murni memiliki tujuan membantu tanah air dan pemerintah melalui organisasi kemasyarakatan
Kami juga akan membantu TNI dan POLRI menjaga keamanan dalam pelaksanaan Pemilu yang akan datang , imbuh Widodo Marmer. (Ich)
Mangku Bumi
Ki Ageng Giring III, Royal Ambarrukmo Ajak Tamu Asal Bali Wisata Spiritual Desa Sodo

YOGYAKARTA – Perjalanan wisata spiritual yang dilaksanakan salah satu tamu Royal Ambarrukmo mendapatkan kisah unik dibelakangnya.
Pengertian tentang pariwisata spiritual juga pernah dikemukakan oleh Bali Travel News (2008) dalam Susanty (2009) di mana pariwisata spiritual merupakan salah satu kegiatan wisata minat khusus, yakni perjalanan wisata menuju tempat- tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi dan lainnya.
Kali ini ke tempat yang dikeramatkan warga sekitar, Pesarean Ki Ageng Giring III di Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kisah ini diceritakan oleh Susilo seorang juru kunci makam Ki Ageng Giring III yang sudah 30 tahun.
” Ki Ageng Giring III merupakan keturunan dari Brawijaya IV dari raja Majapahit, yang beliau disuruh mengemban amanah mencari keberadaan wahyu yang pergi (oncat = hilang) dari kerajaan Pajang, ” ujarnya, Sabtu (24/06/2023).
Ki Ageng Giring III bersama dengan Ki Ageng Pemanahan, kemudian Ki Ageng Giring III bertapa di sekitaran wilayah Sodo lalu Ki Pemanahan di wilayah Kembang Lampir.
Lanjut bercerita, suatu saat Ki Ageng Giring III mendapat firasat untuk menanam sabut kelapa kering (Sepet aking) kemudian sabut tersebut tumbuh menjadi tunas kelapa yang dijaga oleh abdi dalem Ki Ageng Giring III yakni Bintulu Aji.
Lalu firasat kembali muncul, ia mengetahui bahwa barang siapa yang meminum air kelapa muda (degan) sekaligus (1 buah) habis akan menurunkan raja – raja tanah Jawa.
Pohon kelapa tersebut berbuah hanya 1 butir, siapapun dikisahkan tidak mampu memetiknya.
” Untuk memetik dari pohon itu harus menepuk batang pohonnya dan kemudian pohon itu akan menunduk dengan sendirinya dan bisalah diambil pleh Ki Ageng Giring III, ” lanjutnya bercerita.
Ki Ageng Pemanahan pun mendapat informasi tersebut dari Ki Sunan Kalijogo bahwa kelapa itu sudah dimiliki oleh Ki Ageng Giring III.
” Ki Ageng Pemanahan pun menuju arah kelapa tersebut yang ditandai oleh cahaya yang tegak lurus ke langit ”
Tidak disangka – sangka Ki Ageng Giring III yang mensucikan diri atau mandi besar di sungai yang meninggalkan buah kelapa tadi. Kemudian Ki Ageng Pemanahan sampailah ke tempat dimana kelapa itu disimpan lalu memaksa meminumnya walaupun sudah dicegah oleh istri dari Ki Ageng Giring III.
Kemudian saat Ki Ageng Giring III melihat air kelapa tersebut sudah habis, maka dikejarlah Ki Ageng Pemanahan dan menanyakan keturunan ke berapa agar keturunannya (Ki Ageng Giring III) dapat Mukti (Jawa = Makmur, Sansekerta = Bebas), agar kekuasaan tanah Jawa bisa bergantian dengan anak keturunannya, kondisi itu belum juga mendapat jawaban.

Jalan menuju Petilasan Gunung Pasar. (Sumber foto : Syaeful Cahyadi)
Konon singkat cerita di wilayah Desa Gunung Pasar (Petilasan Gunung Pasar) di Kecamatan Dlingo, Bantul ada 7 makam tiban (kijing pitu) misterius yang dipercaya sebagai tanda perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring III ihwal penerus tahta Kerajaan Mataram Islam.
” Walahualam kang mas nanti kelak keturunan ke 7 sampai ke 9 kelak keturunanmu akan menjadi raja tanah Jawa ”
Kemudian mendapatkan jawaban tersebut Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas (hutan) Mentaok (Bumi Mataram), kemudian Ki Ageng Giring III kembali ke wilayah Desa Sodo menyebarkan syiar Islam sambil menunggu kembali kapan keturunannya akan menjadi raja kelak.
” Itulah kisah singkat cerita sejarah paling sepuh dari Kerajaan Mataram Islam, yaitu disini, ” ujarnya mengakhiri. (Ray)
Mangku Bumi
Kobaborasi Biddokkes dengan Puskor Hindunesia, Bantu Kebutuhan Darah Sulinggih

DENPASAR – Relawan Manawa Dharma Puskor Hindunesia di Tabanan melakukan langkah cepat dalam upaya kemanusiaan. Dikabarkan seorang Sulinggih yang sedang dirawat di RSU Tabanan membutuhkan darah golongan O, segera dengan sigap informasi ini diteruskan ke tim PDDI Polda Bali dibawah pimpinan Kompol I Nyoman Rinda,A.Md.Kep dan A.A Gede Dalem Pemayun, SH.,MAP untuk ditindaklanjuti, Kamis (27/04/2023).
Kondisi ini dilakukan karena ketersediaan cadangan kantong darah di rumah sakit sangat minim.
Tidak membutuhkan waktu lama pihak PDDI Polda Bali bergerak dan akhirnya mendapatkan pendonor dengan segera. Bahkan tim PDDI Polda Bali langsung mengirim ambulance untuk jemput bola mendatangi pendonor agar darah yang dibutuhkan bisa cepat dimanfaatkan.

Ida Bagus Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia
“Terimakasih kepada Kapolda dan Kabiddokkes Polda Bali di bawah ke pemimpinan dr. Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL yang sudah merespon cepat, apa yang kami butuhkan, utamanya untuk kebutuhan darah Sulinggih tersebut, ” ujar Ida Bagus K Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia.
Pelayanan cepat tanggap (emergency) ini merupakan sinergitas keberhasilan dari Puskor Hindunesia dengan pihak Biddokkes Polda Bali. Pelayanan ini merupakan layanan kesehatan bergerak (mobile healthy service) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Tak hanya sebatas itu, dalam upacara besar seperti Bethara Turun Kabeh di Pura Besakih, BIDDOKKES Polda Bali dan Puskor Hindunesia juga melakukan pelayanan kesehatan dari tanggal 5-26 April 2023.
Dalam kesempatan audiensi Puskor Hindunesia dengan Kapolda Bali, Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, salah satu poin penting yang menjadi pembahasan adalah keberlanjutan dan perluasan jangkauan kerjasama organisasi swadaya keumatan Hindu tersebut dengan Polda Bali. Utamanya untuk bidang Sosial, Kemanusiaan, Kesehatan dan Pembinaan SDM Hindu.
Kapolda Bali sangat mengapresiasi hadirnya Puskor Hindunesia dalam 20 tahun ini melakukan pelayanan, pengabdian dan pemberdayaan umat Hindu.
“Kami siap akan memperluas kerjasama sosial dengan Puskor Hindunesia seperti kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, bedah rumah dan juga pelayanan kesehatan”, tambah Irjen Pol.Putu Jayan Danu Putra, yang asli Bali juga.
Pihak humas Dekornas Puskor Hindunesia juga mengucapkan terima kasib kepada Kabiddokkes Polda Bali.

Dewa Sudarsana selaku pihak Humas Dekornas Puskor Hindunesia
” Terima kasih dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT – KL atas kebersamaannya dalam melayani anggota jaga dan masyarkat di karya Besakih kemarin, ” pungkas Dewa Sudarsana. (Ray)
-
Mangku Bumi4 years ago
HIDUP DHARMA
-
Daerah2 years ago
Seorang Ibu Muda Tewas Gantung Diri di Setra Buleleng
-
Daerah3 years ago
Biadab! Seorang Anak Bantai Ayah Sendiri Hingga Tewas
-
Daerah3 years ago
Telah Ditemukan Gudang Segala Mesin di Batubulan
-
Daerah3 years ago
Pelajar Tewas Adu Jangkrik di Jalur Air Sanih – Karangasem
-
Daerah3 years ago
Jangan Pernah Nginep di Menzel Ubud! Simak Kenapa.
-
Daerah4 years ago
DUNIA MAYA HEBOH, JRO DALEM SAMUDRA DAPAT PAWISIK PASANG PATUNG
-
News6 years ago
Indonesian Housekeeper Association (IHKA) Bali, Menggelar Talkshow dan Exhibition 2018.