Tubuh Manusia Ternyata Berdengung, Begini Penjelasan Yogacara Tantra tentang Getaran Energi dan Aji Pengaradan
- account_circle Admin
- calendar_month Ming, 23 Nov 2025

DENPASAR – Selama ini banyak orang memandang ajian-ajian tradisional sebagai praktik mistis yang kerap dikaitkan dengan tindakan negatif.
Namun sebuah penjelasan dari tradisi Yogacara Tantra mengungkap perspektif berbeda: tubuh manusia sesungguhnya adalah medan energi yang terus berdengung dan bergetar, menghasilkan frekuensi yang dapat memengaruhi hidup seseorang.
Dalam kajian Tantra, setiap bagian tubuh memiliki dengungan atau getaran khas. Ubun-ubun disebut berdengung “pyarsyahsyah hem”. Bahkan organ reproduksi pria memiliki dengungan “syemsyem”, sementara organ reproduksi wanita “sryemyem”. Hingga ke ujung jempol kaki—disebut ulu puwun—semuanya memiliki vibrasinya sendiri.
Getaran tersebut diyakini sebagai aktivitas medan energi tubuh. Saat medan energi bergetar, ia memunculkan frekuensi tertentu yang kemudian menarik frekuensi serupa dari lingkungan.
“Jika seseorang ingin menarik jenis energi tertentu, medan energi tubuh harus digetarkan menuju frekuensi yang selaras,” demikian konsep yang dijelaskan dalam laku Yogacara Tantra.
Cara menggetarkan medan energi tubuh dengan atensi dan kesadaran penuh inilah yang dikenal sebagai Aji Pengaradan. Masyarakat mengenal berbagai bentuk ajian, seperti Pengaradan Amertha (menarik rejeki) atau Pengasihan (menarik welas asih).
Namun sering kali ajian-ajian ini disalahpahami sebagai sesuatu yang destruktif. Padahal, menurut tradisi Tantra, ajian tersebut merupakan teknik yoga untuk menyelaraskan pusat-pusat energi tubuh agar lebih halus, lembut, dan bertenaga.
Semua proses itu dilakukan melalui penggabungan jnana (pengetahuan), napas, bija aksara, dan mantra. Ketika selaras, medan energi tubuh dapat diarahkan untuk menghadirkan kualitas positif, terutama cinta dan welas asih.
Dalam praktik tantra, cara paling sederhana memunculkan cinta dan welas asih adalah dengan mengamati dengungan energi yang muncul dari keluar-masuknya napas. “Duduklah sejenak, amati napas, dan beri perhatian penuh. Ternyata napas kita pun bermatra bija aksara dan mantra,” begitu ajaran yang ditekankan dalam laku ini.
Kesadaran akan dengungan tubuh dan napas diyakini dapat membuat seseorang merasakan kembali keajaiban hidup. “Ketika disadari semua itu, hidup adalah keajaiban—maka syukurilah,” demikian pesan penutup yang disampaikan ajaran Tantra tersebut. (Tim)

Saat ini belum ada komentar