Atiwa-tiwa Desa Adat Kemenuh Upacarai 54 Sawa, Libatkan Kelompok Serati untuk Efisiensi Waktu dan Biaya
- account_circle Admin
- calendar_month Sen, 30 Jun 2025

GIANYAR – Sebagai rutinitas 3 tahunan, Desa Adat Kemenuh di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, kembali menyelenggarakan Atiwa-tiwa Masa Kinembulan. Rangkaian upacara diawali dengan mapakeling pada 19 Juni 2025, sedangkan puncak ngaben pada Kamis, 26 Juni 2025.
Karya Atiwa-tiwa Desa Adat Kemenuh tahun 2025 mengupacarai sebanyak 54 sawa. Pelaksanaan upacara ini melibatkan tiga banjar adat yang ada, yakni Banjar Kemenuh, Banjar Kemenuh Kelod, dan Banjar Kemenuh Kangin.
Sehari sebelumnya atau H-1 pada Rabu, 25 Juni 2025, dilaksanakan upadesa di peyadnyan. Prosesi upacara ini dipuput oleh Ida Pedanda Griya Ageng Kemenuh dan Ida Rsi Bhujangga Griya Angkling.
Sementara itu pada puncak Atiwa-tiwa, diawali dengan prosesi ngagah di Setra Desa Adat Kemenuh pada pagi harinya. Prosesi pembakaran sendiri dilaksanakan pada siang hari. Upacara dipuput oleh Ida Pedanda Griya Jeroan dan Ida Rsi Bhujangga Griya Angkling.
Pada hari itu juga langsung dilaksanakan upacara nganyut ke Segara Pantai Lembeng, Desa Ketewel. Kemudian keesokan harinya dilaksanakan mecaru di setra, Kahyangan Tiga, bale banjar, dan rumah-rumah warga yang ikut ngaben.
Bendesa Adat Kemenuh, Ida Bagus Putu Alit, yang ditemui di sela-sela upacara menyampaikan, pihaknya terus berupaya melakukan penyempurnaan dari pelaksaan upacara sebelumnya. Tujuannya, agar upacara bersama yang dirancang tiap 3 tahun ini dapat berjalan efektif dan efisien tanpa mengurangi esensi pitra yadnya tersebut.
“Dengan adanya nilai inflasi uang, kenaikan harga-harga barang perlengkapan upacara di pasaran, sehingga membuat kami terus berinovasi. Supaya masyarakat krama Desa Adat Kemenuh dalam pelaksanaan Atiwa-tiwa Masa bisa mengikuti dengan baik tanpa membebani,” paparnya.
Lebih lanjut Ida Bagus Alit menyampaikan, dengan tekad bersatu bersama sepenanggulangan seluruh krama adat, Desa Adat Kemenuh memiliki kontribusi besar untuk bisa membuat pelaksanaan upacara yang tidak mengurangi esensi dari upacara tersebut, dengan berbagai macam cara.
Pertama, bagaimana supaya singkat dalam hal waktu pengambilan upacara dan acara yang dibangun, dan tidak harus sering melibatkan masyarakat. “Dalam hal ini, kami selaku bendesa adat memilkirkan bagaimana kesejahteraan mereka dalam hal keluarga, bisa tetap bekerja,” ujarnya.
Karena itulah, Bendesa Adat bersama penglingsir dan prajuru banjar berupaya bagaimana supaya sistem pelaksanaan upacara ini dapat lebih praktis secara pengambilan waktu, tenaga, dengan melibatkan UMKM desa adat, dalam hal ini kelompok serati banten.
“Serati memahami bagaimana membangun upacara ini dalam tatanan plutuk yang tidak terlepas dari esensi upacara,” ujar Ida Bagus Alit seraya menyebut upacara ini melibatkan peran serta dari kelompok serati banten yang berjumlah 45 orang dari ketiga banjar.
Kedua, terkait biaya upacara, Bendesa Adat Kemenuh menyebut, anggaran dana untuk pelaksanaan Karya Atiwa-tiwa Masa Kinembulan ini berasal dari berbagai sumber, baik urunan krama maupun bantuan dan punia dari berbagai pihak.
Adapun sumber pendanaan tersebut di antaranya berupa patus atau urunan seluruh krama Desa Adat Kemenuh sebesar Rp150 ribu per KK, dengan total dana terkumpul sekitar Rp67 juta. Kemudian, dari banjar adat memiliki tabungan kematian sebesar Rp116 juta.
Ada pula bantuan dari LPD Kemenuh sebesar Rp72 juta dan bantuan dari Pemerintah Desa Kemenuh sebesar Rp45 juta. Kemudian, bantuan dari Pemkab Gianyar yang rencanakan memberikan bantuan sebesar Rp4 juta per sawa. “Nah, kalau itu bisa terealisasi, astungkara, titiang kira krama pengarep paling keluar 3 juta rupiah,” imbuhnya.
Ida Bagus Alit menambahkan, dari seluruh sumber tersebut, diperkirakan akan terkumpul dana sebesar Rp750 juta. Anggaran tersebut sudah mencakup Atiwa-tiwa atau Ngaben hingga pelaksanaan Atma Wedana atau Nyekah yang puncaknya akan dilaksanakan pada Selasa, 1 Juli 2025.
Pihaknya mengucapkan terima kasih kepada sleuruh komponen masyarakat adat Kemenuh atas peran serta termasuk dalam hal punia, membantu tenaga, pikiran, terutama Ida Pedanda dan Ida Rsi pemuput seluruh rangkaian upacara serta para serati dan walaka.
Terakhir, Bendesa Adat Kemenuh menegaskan bahwa untuk selanjutnya tentu desa adat akan lebih berinovasi lagi. Harapannya di masa mendatang, bisa mengadakan upacara ngaben bersama secara gratis untuk krama Desa Adat Kemenuh.
“Saat ini kami punya Kemenuh Monkey River, harapannya nanti bisa berkontribusi signifikan. Kita berharap, mimpi kita bersama, kalau ada Atiwa-tiwa Masa, suatu saat nanti free of charge alias gratis untuk masyarakat kami,” pungkas Ida Bagus Alit. (*)
Saat ini belum ada komentar