Connect with us

Pariwisata dan Budaya

Rencana Tata Pantai Kuta, Legian, Seminyak Tetapi Jangan Bunuh Pedagang

Published

on

Penataan pantai membuat para pedagang khawatir

GATRA DEWATA | BALI | Melalui Dinas Pekerjaan umum dan penataan ruang, pusat pemerintahan Mangupraja Mandala, Pemerintah Kabupaten Badung, mengirimkan surat pemberitahuan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan permukiman di kawasan strategis daerah kabupaten/kota dengan Pekerjaan Penataan Kawasan Pantai Seminyak, Pantai Legian dan Pantai Kuta.

I Wayan Dodik Widnyana, pedagang di pantai Legian

Saat ini seperti edaran surat tersebut masih dalam proses tender, dimana target dimulainya pelaksanaan kegiatan di lapangan pada awal April 2022. Dalam surat itu dimohonkan agar para pedagang segera mengambil langkah-langkah persiapan pengosongan area lokasi pekerjaan.

Biaya untuk merelokasi tersebut diupayakan dari pihak pengelola mengingat tidak disediakannya anggaran dari APBD menyangkut relokasi dimaksud. Biaya penataan tersebut dikabarkan adalah dana pinjaman dari pemerintah pusat melalui APBN.

Wayan Dodik Widnyana yang merupakan salah satu pedagang di pantai Legian, saat ditanya hal tersebut mengaku belum mendengar langsung dengan alasan tidak ikut rapat di banjar. Ia juga mengaku bahwa penghasilannya sangat menurun walau masih ada tamu.

Surat himbauan untuk mengosongkan area pantai dari barang dagangan

“Efektifnya kita berdagang sebenarnya hanya 6 bulan, sisanya ada low season, musim hujan, musim angin bahkan musim sampah. Itu membuat tamu enggan untuk ke pantai, jadi tidak selalu penuh, “ungkap Wayan, Selasa (25/01/2022), di pantai tempatnya berjualan.

Dodik merupakan warga banjar adat Legian Kaja ini berjualan minuman dan sewa kursi untuk berjemur. Ia juga menambahkan bahwa bila dibuat rapi baginya setuju saja, tetapi bila nanti tidak boleh barang dagangannya ditinggal ia mengaku berat. “Bolak balik bawa pickup itu beratlah, “keluhnya.

Kadek Adi (Jro Mangku Dalem), butuh kepastian kejelasan dari pemerintah nasib para pedagang nantinya

Begitu juga hal yang sama diutarakan oleh Kadek Adi (Jro Mangku Dalem) dan Wayan Wirata yang sempat kita tanyakan. “Kita masih belum jelas, kelian banjar saya tanyakan juga tidak terlalu mengerti regulasinya seperti apa nantinya, ” sebut Jro yang sudah 10 tahun berjualan di pantai Legian.

Biaya iuran yang mereka bayar tiap bulan untuk dapat berjualan adalah Rp. 340.000,- untuk berdagang minuman, Rp. 250.000,- untuk jasa sewa kursi, Rp. 250.000,- untuk berjualan makanan.

“Untuk long chair (kursi panjang) tidak ada yang sewa karena gak ada bule (orang asing), yang laku adalah bean bag orang lokal suka ini, “sebutnya.

Ia juga menanyakan nasibnya bila nanti di relokasi, setelah dikosongkan ia menanyakan nasibnya, karena inilah satu-satunya mata pencahariannya untuk menghidupi keluarga. “Bila dilarang berjualan bisa-bisa seperti dulu banyak yang sembunyi-sembunyi berjualan. Tetapi sempat juga kita dengar bahwa aturannya tidak akan sama lagi, ini yang kedengarannya memberatkan, “ujarnya.

Alokasi dana penataan yang dikabarkan berjumlah total 600 milliar, dan Legian Kaja mendapatkan alokasi anggaran penataan 49 milliar ini, mendapatkan tanggapan langsung dari Drs. I Wayan Suata (Aya). Ia mengaku tidak tahu yang akan dibangun disini, tetapi yang menjadi konsentrasinya adalah kemana akan direlokasi pedagang-pedagang ini yang notabene warga asli Legian.

“Pemkab akan tata pantai ini, selama proyek penataan pantai ini, apakah selama itu pedagang tidak boleh jualan. Ini sama aja namanya pemerintah seperti membunuh rakyatnya sendiri, “ungkapnya kecewa.

Ia juga menanyakan apa urgensinya (pentingnya) membangun penataan pantai ini di masa pandemi covid-19. Masyarakat sangat butuh penghasilan yang baik untuk memenuhi kehidupannya yang serba sulit saat ini. Aya menginginkan pemerintah daerah memikirkan juga bantuan atau berupa kompensasi kepada para pedagang saat tidak boleh berjualan nantinya.

“Pemerintah jangan egois, harus juga memikirkan masyarakat yang menggantungkan hidupnya berjualan di pantai, “pungkasnya. (Ray)


Kebanggaan sebagai wartawan adalah selalu silahturahmi kepada semua pihak, tetap belajar dan selalu konfirmasi dalam pemberitaan yang adil dan berimbang.

Advertisement

Pariwisata dan Budaya

Laut, Mimpi, dan Generasi Baru, Sukses Grom Challenge 2025 di Pantai Serangan

Published

on

By

Peselancar Bali Dharma Wisesa membelah ombak di lepas pantai Serangan, Foto: Serangan Board Riders/Farhan Yahya)

Denpasar, 5 April 2025 – Riuh rendah suara ombak dan sorakan penonton menjadi saksi semangat para peselancar muda Bali yang berlaga di Grom Challenge 2025. Ajang tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas Serangan Board Riders (SBR) ini digelar di Pantai Serangan, dengan dukungan berbagai pihak, termasuk akses kawasan yang difasilitasi oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID) selaku pengelola KEK Kura Kura Bali.

Tahun ini, sebanyak 54 anak berlaga dalam kategori Under-12 (pria) dan Under-18 (pria dan wanita). Mayoritas peserta berasal dari Desa Serangan dan berbagai daerah lain di Bali, menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam menaklukkan ombak.

Istilah “grom” yang berasal dari Australia dan kini digunakan secara global merujuk pada peselancar muda yang menekuni olahraga ini dengan semangat tinggi. Semangat pantang menyerah, rasa ingin tahu, dan dedikasi sejak dini menjadi jiwa dari ajang ini.

Peselancar remaja internasional, Matsui Yuki yang tinggal di Desa Serangan, Foto: Serangan Board Riders/Farhan Yahya)

Lebih dari sekadar kompetisi, Grom Challenge merupakan bagian dari perjalanan panjang SBR dalam membina generasi baru peselancar Bali. Selama bertahun-tahun, komunitas ini menjadi ruang tumbuh anak-anak berbakat meniti karier sejak usia dini. Dengan kerja keras dan semangat kebersamaan, SBR konsisten menciptakan ekosistem pembinaan yang sehat dan inklusif.

“Kami bukan hanya bikin kontes, tapi juga merawat mimpi. Anak-anak ini adalah masa depan surfing Bali dan Indonesia,” ujar Wayan Mudira Jaya, Penanggung Jawab Kontes dan tokoh utama SBR. “Kami juga berterima kasih kepada BTID atas dukungannya yang mempermudah mobilisasi peserta dan kelancaran acara. Ini bukti kerja sama komunitas dan pengelola kawasan berjalan baik.”

Salah satu kisah inspiratif datang dari Dharma Wisesa, peselancar Under-12 yang berhasil meraih gelar juara meski hanya berlatih selama tiga jam sehari sebelumnya.

“Senang banget bisa menang, Ombaknya bagus, tempatnya seru, dan banyak yang dukung,” ujarnya dengan antusias.

Kejutan lainnya datang dari peselancar perempuan asal Australia berusia 10 tahun yang meraih posisi kedua di kategori Under-18 putri. Hal ini menunjukkan betapa luas dan inklusifnya jangkauan pembinaan SBR. Selain teknik, para peserta juga belajar tentang disiplin, sportivitas, dan menjadi bagian dari ekosistem yang lebih besar.

Jro Bendesa Adat Serangan, I Nyoman Gede Pariatha, turut menyampaikan apresiasi:

“Kegiatan seperti ini sangat positif dan perlu terus dilanjutkan. Semoga semakin banyak anak-anak Serangan yang mampu mengasah kemampuannya hingga ke tingkat internasional. Kami sangat menghargai dukungan dari berbagai pihak, termasuk akses yang diberikan oleh BTID.”

Tidak hanya diramaikan oleh para atlet dan keluarganya, Grom Challenge tahun ini juga menunjukkan peningkatan profesionalitas dalam pelaksanaan mulai dari pengelolaan acara, kebersihan area, hingga aspek keselamatan. Sinergi antara komunitas dan mitra, termasuk BTID, memainkan peran penting dalam kesuksesan ini, terlebih karena acara berlangsung di tengah proses pembangunan kawasan KEK Kura Kura Bali.

“Ini sudah beberapa kali kami mendukung kegiatan bersama SBR, dan yang paling menyentuh adalah melihat semangat anak-anak hari ini. Pantai Serangan punya ombak level internasional, tapi yang lebih luar biasa adalah anak-anak dan komunitasnya,” ujar Zakki Hakim, Kepala Komunikasi BTID.

Momentum ini juga mengingatkan akan keberhasilan SBR dalam melahirkan atlet-atlet berbakat yang berkiprah di panggung dunia, seperti I Made Pajar Ariyana. Pemuda kelahiran 2005 asal Serangan ini telah mewakili Indonesia di berbagai ajang bergengsi, mulai dari Asian Surfing Championship di Maladewa, WSL Manokwari Pro QS 1000 di Papua Barat, hingga Kejuaraan Dunia Junior WSL di La Union, Filipina. Pajar yang mulai berselancar sejak usia enam tahun adalah bukti nyata keberhasilan pembinaan komunitas SBR.

Sinergi antara komunitas dan pengelola kawasan menunjukkan bahwa ombak bukan hanya menciptakan gelombang di laut, tapi juga membangkitkan harapan dan cita-cita tinggi dari Desa Serangan untuk dunia.

Tentang Kura Kura Bali:

Kura Kura Bali adalah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk Pariwisata Berkualitas dan Industri Kreatif, yang diresmikan oleh Pemerintah Indonesia pada April 2023. Dikelola oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID) sebagai Master Developer, kawasan ini mencakup 498 hektar, memadukan semangat Bali modern dengan kekayaan budaya yang berakar pada filosofi Tri Hita Karana, harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.

Dengan fokus pada gaya hidup marina, komunitas berbasis pengetahuan, dan pencapaian kualitas hidup holistik, Kura Kura Bali menghadirkan beragam peluang di era baru pariwisata dan inovasi. Berlandaskan penghormatan terhadap tradisi dan perencanaan yang matang, kawasan ini berkomitmen menjadi pelopor pembangunan berkelanjutan bagi komunitas lokal maupun global.(Tim/Ich)

Continue Reading

Pariwisata dan Budaya

Patehan, Legasi Budaya Minum Teh ala Raja di Royal Ambarrukmo Yogyakarta

Published

on

By

YOGYAKARTA – Royal Ambarrukmo Yogyakarta adalah hotel bintang 5 yang terkenal dengan kompleks Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo. Dahulu, area ini bernama Jenu, sebuah kebun kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II, yang memiliki bangunan pendopo kecil.

Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V, pendopo tersebut direnovasi dan diperbesar, hingga akhirnya berfungsi sebagai Pesanggrahan Harja Purna, tempat Sri Sultan menyambut tamu kehormatan. Di masa Sultan Hamengku Buwono VII, namanya berubah menjadi Pesanggrahan Ambarrukmo.

Tidak hanya menjadi tempat bersejarah, Royal Ambarrukmo Yogyakarta juga menawarkan pengalaman bersantap tradisional bertajuk Royal Moments, salah satunya adalah Patehan.

 

Patehan: Tradisi Minum Teh ala Raja

Patehan adalah tradisi minum teh yang hingga kini masih diselenggarakan di Kraton Kasultanan Yogyakarta. Sebelum prosesi dimulai, para tamu akan mengenakan busana tradisional Jawa, lalu menikmati mini tour di area Kedhaton Ambarrukmo yang dipandu oleh Abdi Dalem Juru Kunci dan narator. Para tamu akan mendengarkan sejarah dan filosofi dari tujuh area Kedhaton Ambarrukmo, sebelum memasuki prosesi Patehan.

Di Gadri atau Pendopo, para tamu akan duduk bersila (untuk pria) dan timpuh (untuk wanita), sambil menyaksikan prosesi arak-arakan atau Kirab Patehan.

Pada prosesi ini, sajian teh dibawakan oleh paraga yang mengenakan pakaian Abdi Dalem. Salah satu paraga juga membawa Songsong, payung kuning yang digunakan untuk memayungi Klemuk, wadah teh spesial Patehan. Warna kuning pada Songsong melambangkan kekuasaan.

Setelah menyambut para tamu, paraga akan berjalan jongkok (laku dodok) sambil membawa nampan sejajar kepala, sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Sambil menikmati prosesi ini, tamu juga akan mendapatkan penjelasan mengenai filosofi Patehan dan hidangan yang akan disajikan.

 

Hidangan Patehan

Teh yang disajikan dalam Patehan adalah teh tradisional Jawa yang dibuat dengan air dari sumur Kedhaton Ambarrukmo. Teh ini memiliki rasa yang kuat (sepet dan harum) serta lebih kental dibandingkan teh biasa.

Hidangan utama yang menemani teh adalah:

1. Sanggabuwana

2. Dadar Gulung

Sedangkan makanan pendampingnya berupa jajanan tradisional seperti Klepon, Wajik, Jadah, Semar Mendem, Criping Telo, Lupis, dan lainnya.

Sanggabuwana adalah hasil akulturasi budaya Eropa dan Jawa. Dulu, hidangan ini hanya dinikmati kalangan bangsawan. Filosofinya, manusia harus turut melestarikan dunia demi keseimbangan. Hidangan ini terdiri dari soft choux dengan daging cincang berbumbu rempah, telur, acar, selada, serta saus mayonnaise khas Jawa.

Dadar Gulung diadaptasi dari pancake Eropa. Kulitnya terbuat dari tepung dan pandan, sehingga berwarna hijau cerah, dengan isian kelapa parut dan gula Jawa yang memberikan rasa manis gurih.

 

Patehan: Lebih dari Sekadar Minum Teh

Patehan bukan sekadar pengalaman bersantap, tetapi juga sebuah perjalanan edukasi mengenai sejarah dan budaya Jawa, khususnya Yogyakarta. Para tamu bisa merasakan sensasi minum teh ala Raja sambil memahami filosofi di baliknya.

Patehan dapat dinikmati dengan harga IDR 250.000 nett per pax, dengan minimum pemesanan 4 pax.

Informasi & Pemesanan

Untuk informasi lebih lanjut dan reservasi, hubungi FB Sales melalui:

WhatsApp: +62 821-3630-4848

Telepon: (0274) 488 488

Informasi mengenai paket lainnya dapat ditemukan di:

Instagram: @royalambarrukmo

Website: royalambarrukmo.com

Continue Reading

Pariwisata dan Budaya

Saran AWK Tinggalkan Pendidikan Pariwisata, Komang Artana Bali Harus Dijaga SDMnya

Published

on

By

Ilustrasi Bali tidak baik - baik saja arah kanan, Komang Artana (kiri) dan AWK (kanan).

DENPASAR – Opini yang dilontarkan Senator Arya Wedakarna yang menganjurkan untuk stop atau mengurangi mengambil jurusan sekolah maupun perkuliahan Pariwisata membuat beberapa tokoh Pariwisata angkat bicara.

Arya Wedakarna (AWK) menuturkan bahwa indikasi ekonomi di Bali dengan adanya program efisiensi dari pemerintah pusat, mengakibatkan banyaknya kegiatan kerja di Bali ditiadakan.

Disana ia mengatakan bahwa keadaan itu akan berlangsung sampai tahun 2029 mendatang. Solusi itulah yang ditawarkan oleh AWK untuk masyarakat Bali.

“Lebih kepada jurusan perikanan, pertanian, perkebunan, agro wisata, wirausaha yang diluar dunia pariwisata, agar tidak terjadi pengangguran selama 5 tahun kedepan, ” ujarnya dalam sebuah tayangan Video.

Hal lain diungkapkan oleh tokoh Pariwisata Komang Artana, selaku Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Bali. Ia menuturkan Bali memiliki kekayaan budaya, adat istiadat dan keindahan alam yang memiliki potensi besar untuk terus berkembang menjadi destinasi pariwisata utama dunia.

“Dalam upaya mencapai hal tersebut, Bali membutuhkan tenaga profesional yang terampil dalam bidang pariwisata untuk mengelola dan mengembangkan industri ini, ” tulisnya dalam sebuah wawancara singkat melalui pesan elektronik, Rabu 19 Maret 2025.

Justru terbalik dalam penuturannya, Industri pariwisata Bali saat ini mengalami perkembangan pesat dan menjadi pilar utama perekonomian pulau ini. Pada tahun 2024, Bali menerima 6.333.360 wisatawan mancanegara, meningkat 20,10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian adat, budaya, dan seni. Namun, tanpa perekonomian yang sehat dan sistem pendukung yang kuat, Bali akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga dan mengembangkan berbagai aspek yang ada di pulau ini.

“Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata menjadi hal yang sangat penting. Sekolah-sekolah pariwisata dengan tenaga ahli harus terus menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan spesialisasi yang sesuai dengan kebutuhan industri yang berkembang, ” tekannya.

“Bahkan, sebagian besar di antaranya hanya berstatus pekerja harian lepas dengan gaji yang lebih rendah dari upah minimum kota (UMK)”

“Fenomena ini, yang sering dibenarkan dengan alasan efisiensi perusahaan, mencerminkan ketimpangan yang terjadi di sektor ini, dengan rasio pekerja kontrak dan harian lepas mencapai 80:20 hingga 50:50, bahkan 40:60”

“Perbandingan ini jelas menunjukkan bahwa penghargaan terhadap tenaga profesional pariwisata di Bali masih sangat minim, meskipun mereka seharusnya mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang mereka miliki, ” paparnya.

Seirama dengan tagar kabur aja dulu yang sempat viral itu, akibatnya banyak lulusan pariwisata Bali memilih bekerja di luar negeri, di mana mereka memperoleh imbalan yang lebih sesuai dengan keahlian mereka, khususnya di bidang keramahtamahan yang diakui dunia.

“Tentu ini akan menjadi masalah besar dalam mempertahankan tenaga profesional terampil, situasi ini seharusnya menjadi pemicu bagi seluruh pihak terkait untuk segera memperhatikan permasalahan ini dan melakukan perubahan mendasar di sektor pariwisata, ” harapnya.

Saatnya memberikan penghargaan yang sepantasnya kepada lulusan pariwisata Bali, karena mereka adalah aset utama yang akan menjaga dan memastikan Bali tetap menjadi destinasi pariwisata dunia yang tak tertandingi. (Ray)

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku