Connect with us

Kesehatan

Popularitas Daun Kelor Potensial Bikin Pisang Ketar – Ketir

Published

on


GatraDewata⌊Denpasar⌋ Daun Kelor, atau Moringa, sebetulnya bukan barang baru. Hampir semua generasi yang lahir sebelum tahun 90an sering menyantap daun Kelor sebagai sayuran. Paling enak kalau dimasak bumbu santan. Tapi ketika bumbu dapur tidak lagi terbeli maka dijadikan sayur beningpun tetap nikmat.

Namun, peradaban yang kian moderen membuat reputasi Kelor meredup. Apalagi anak – anak zaman sekarang sudah dikenalkan dengan makanan siap saji sejak kecil. Tidak heran jika mereka lebih memilih ayam goreng waralaba tinimbang sayuran jenis Kelor. Sialnya lagi, peradaban ini membuat Kelor terkesan sebagai santapan orang miskin.

Tapi siapa sangka ternyata Kelor adalah makanan super yang kembali populer. Di dunia barat Kelor dikonsumsi dalam beberapa variasi, misalnya dalam bentuk bubuk maupun kapsul. Beberapa media luar mengklaim bahwa Kelor lebih super dari makanan super lainnya. Istilah kerennya, the sperfood of the superfood. Di tanah air, nenek – nenek zaman dulu menempatkan Kelor sedikit terhormat. Mereka kerap menyarankan ibu menyusui untuk makan sup Kelor karena dapat membantu produksi ASI.

Nah, kebangkitan Kelor ini tidak lepas dari kandungan nutrisinya yang melimpah ruah, bahkan sampai tumpah. Bubuk Kelor kering mengandung sekitar 90 varian nutrisi termasuk vitamin, mineral dan asam amino. Bukan itu saja, bubuk ajaib ini juga mengandung lebih dari 40 antioksidan dan zat – zat anti-imflamatory, zat yang berguna untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Kandungan seratnya sangat tinggi hingga 24%. Jika disederhanakan kandungan proteinnya 9 kali lebih banyak daripada Yoghurt, mengandung vitamin A hingga 3 kali lebih banyak dari wortel, 12 kali lebih kaya akan vitamin C daripada keluarga jeruk dan 15 kali lipat kandungan potasium berbagai jenis pisang. Jika benar popularitas Kelor kembali muncul di tanah air maka keberadaan pisang sedikitnya bisa terancam.<swn>


Kesehatan

Jamu: Mengulik Kearifan Nenek Moyang Nusantara

Published

on

By

DENPASAR – Dalam riuhnya kehidupan modern, sejenak kita membutuhkan kehadiran jamu, warisan luhur nenek moyang Nusantara. Setiap teguk menuntun pada perjalanan melintasi zaman, menghargai kearifan yang terpatri dalam setiap tetes ramuan.

Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap, penjaga khazanah jamu Bunda Meneer, menjaga dengan penuh kebanggaan. Baginya, jamu bukan sekadar minuman, tapi juga cerminan kearifan dan kekayaan budaya. “Jamu adalah warisan yang patut dijaga dan diapresiasi,” katanya, dengan mata bersinar penuh kesetiaan pada tradisi.

Ilustrasi bakul jamu (sumber google picture).

“Jamu bukan hanya sekadar minuman, tapi juga pintu gerbang menuju kesehatan dan kesejahteraan,” ungkap Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap. “Setiap tetes jamu yang kami hasilkan adalah ungkapan rasa terima kasih kepada nenek moyang yang telah meninggalkan warisan berharga ini,” imbuhnya.

Namun, di balik cerita jamu, sosok Mooryati Soedibyo, pionir kecantikan alami Indonesia dan pendiri Mustika Ratu, tak pernah pudar. Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap mengaguminya dengan tulus. “Beliau adalah sumber inspirasi saya dalam mengolah jamu,” ujarnya. “Dengan dedikasi dan inovasinya, beliau mengangkat derajat jamu dan kecantikan alami Indonesia ke panggung dunia,” imbuhnya.

Dalam setiap proses mengolah jamu, Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap terinspirasi oleh semangat dan keberhasilan Mooryati Soedibyo. Setiap tetes jamu adalah ungkapan rasa terima kasih pada nenek moyang yang meninggalkan warisan berharga.

“Jamu, tidak hanya minuman tradisional. Ia adalah jalinan antara manusia dan alam, mencerminkan keseimbangan dan keharmonisan. Dengan pengakuan UNESCO, jamu semakin dikenal dunia, memperkuat ikatan kita dengan warisan budaya yang tak ternilai harganya,” ungkap Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap dengan penuh rasa bangga.

Sejak zaman kerajaan, jamu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Nusantara. “Kini, dengan pengakuan dari UNESCO, jamu semakin merajut hubungan harmonis antara manusia dan alam, menjaga kearifan nenek moyang untuk generasi mendatang,” jelasnya.

Proses pengajuan jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh UNESCO pada April 2022 melibatkan Jamupedia, lembaga riset dan pengarsipan budaya sehat jamu. “Riset yang melibatkan ratusan pelaku langsung budaya sehat jamu dari empat provinsi di Indonesia menyatakan bahwa jamu bukan hanya minuman, melainkan pengetahuan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah digunakan selama ribuan tahun dari generasi ke generasi,” terang Ni Wayan Sukarni, S.Sos., M.Ap.

Sejarah panjang jamu, dari zaman Kerajaan Mataram hingga kini, memperlihatkan betapa jamu telah menjadi kebanggaan tersendiri seperti halnya dengan ayurveda dari India dan zhongyi dari Tiongkok. “Dalam setiap tegukan jamu, kita merasakan kekayaan budaya Indonesia yang melampaui sekadar rasa,” ungkapnya.

Keterlibatan masyarakat lokal dalam proses pengajuan jamu sebagai WBTb oleh UNESCO dinilai positif dan dapat menjadi contoh bagi negara lain. Insripsi jamu oleh UNESCO diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap warisan budaya ini serta berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan global.

Dari kisah mereka, kita belajar makna yang lebih dalam dari secangkir jamu. Di dalamnya terkandung lebih dari sekadar ramuan, melainkan kearifan dan semangat untuk menjaga dan menghargai warisan nenek moyang kita. Dengan itu, kita merayakan bukan hanya kesehatan, tapi juga keindahan alam Indonesia yang tak ternilai. (Tim)

Continue Reading

Kesehatan

Gejala, Penyebab hingga Pengobatan Veruka Vulgaris

Published

on

By

Artikel Edukasi Kesehatan

Oleh: Dr. dr. Ketut Kwartantaya Winaya, Sp.D.V.E, Subsp.O.B.K, FINSDV, FAADV

Bali – Veruka vulgaris atau yang sering disebut sebagai kutil merupakan benjolan pada kulit dengan permukaan kasar. Penyakit ini bisa muncul pada siapa saja, baik pada anak-anak, dewasa maupun lansia.

Kutil dapat muncul pada bagian tubuh manapun, namun paling sering pada biasanya sering muncul pada area tangan, kaki serta jari-jari. Selain itu, penyakit kulit ini juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain ketika penderitanya menggaruk bagian kulit yang terinfeksi lalu menyentuh bagian kulit lainnya.

Gambar1. Veruka vulgaris pada jari tangan

Gejala Veruka Vulgaris

Veruka vulgaris muncul sebagai kutil kulit, bisa satu atau lebih yang menyebar dan paling sering memengaruhi penampilan kulit secara keseluruhan. Berikut merupakan karakteristik kutil veruka yang dapat muncul pada kulit.

Munculnya benjolan kecil yang keras dan berbentuk bulat atau menyerupai kembang kol (cauliflowers-like papules) di permukaan kulit.

Benjolan memiliki warna menyerupai kulit, keabu-abuan, putih, atau merah muda.

Bertekstur kasar, tebal, dan memiliki permukaan yang membulat.

Berukuran sekitar 1 mm–1 cm.

Bisa muncul satu atau berkelompok.

Umumnya tidak berbahaya, tidak nyeri, dan bisa menghilang dengan sendirinya.

 

Penyebab Veruka Vulgaris

Penyebab utama veruka vulgaris adalah human papillomavirus (HPV), yaitu jenis virus yang juga menyebabkan kutil kelamin serta kanker serviks. Umumnya, jenis virus HPV yang menyebabkan munculnya kutil di permukaan kulit tangan dan kaki adalah HPV tipe 1, 2, 3, 4 (paling sering), 27, 19, dan 57. Pada kasus common warts, infeksi virus HPV dapat terjadi melalui luka pada permukaan kulit sehingga menyebabkan sel-sel pada area kulit tersebut memperbanyak diri dengan cepat.

Terapi pengobatan veruka vulgaris dapat dilakukan sesuai dengan gejala, lokasi munculnya kutil, serta preferensi pasien. Pada dasarnya, belum ada metode pengobatan khusus yang benar-benar efektif untuk menangani kutil. Namun, karena kemunculan kondisi ini sering kali dikaitkan dengan sistem imun tubuh yang lemah, dokter biasanya akan memberikan terapi untuk membantu meningkatkan sistem imun tubuh pasien.

Beberapa pilihan yang tersedia untuk menangani kutil kulit ini adalah Krioterapi, electrosurgery, penggunaan laser hingga Tindakan pembedahan. Akan tetapi, pemilihan opsi terapi pada setiap orang berbeda-beda, maka dari itu hendaknya konsultasikan dahulu ke dokter spesialis dermatologi dan venereologi jika anda memiliki keluhan serupa.

 

Referensi:

1. Cuda JD, Moore RF, Busam KJ. Melanocytic Nevi. 2019. Fitzpatricks Dermatology 9th Edition. United States: McGraw-Hill Education, 1944-1951.

2. Dall’Oglio F, D’Amico V, Nasca M, Micali G. Treatment of Cutaneous Warts. American Journal of Clinical Dermatology. 2012;13(2):73-96.

Continue Reading

Daerah

Serba-serbi Keratosis Seboroik

Published

on

By

Oleh: Dr. dr. Ketut Kwartantaya Winaya, Sp.D.V.E, Subsp.O.B.K, FINSDV, FAADV

DENPASAR – Keratosis seboroik merupakan tumor jinak yang biasanya ditemui pada orang tua. Keratosis seboroik lebih sering ditemui pada ras kulit putih.

Keratosis seboroik dapat muncul sejak usia 15 tahun dan kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada dekade kelima. Penyebab keratosis seboroik hingga saat ini masih belum diketahui, namun banyak terjadi setelah peradangan kulit dan paparan sinar matahari.

Keratosis seboroik dapat muncul di bagian tubuh manapun, terutama pada daerah wajah dan tubuh bagian atas. Tanda keratosis seboroik yaitu peninggian atau penonjolan kulit berwarna cokelat hingga hitam berbentuk kubah, permukaan licin tidak berkilat atau berdungkul-dungkul, berbatas tegas, berukuran 1 mm hingga beberapa cm, dan disertai sisik berminyak diatasnya.

Diagnosis keratosis seboroik dapat ditegakan secara klinis dan jika perlu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu histopatologi.

Peninggian atau penonjolan kulit yang meluas dengan cepat, menimbulkan gejala, atau gambaran yang mengarah ke kanker kulit (asimetri, batas tidak tegas, warna bervariasi, diameter 6 mm atau lebih, evolusi atau elevasi) merupakan beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan histopatologi untuk menyingkirkan keganasan.

Keratosis seboroik biasanya tidak perlu diobati, namun terdapat beberapa alasan dilakukannya terapi yaitu kosmetik, gatal, meradang atau nyeri. Terapi keratosis seboroik yang dapat dilakukan diantaranya bedah beku (krioterapi), bedah listrik atau bedah laser (ablasi laser). Keratosis seboroik berukuran besar dapat dilakukan dermabrasi atau fluorouracil topikal.

Beberapa efek samping yang dapat timbul dari terapi keratosis seboroik yaitu timbulnya jaringan parut, perubahan warna kulit, pengangkatan yang tidak komplit atau muncul berulang.

 

Referensi:

1. Cipto H, Suriadiredja ASD. 2016. Tumor Kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI,  269-273.

2. Cuda JD, Rangwala S, Taube JM. 2019. Benign Epithelial Tumors, Hamartomas, and Hyperplasias. Fitzpatricks Dermatology 9th Edition. United States: McGraw-Hill Education, 1918-1934.

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku