Pariwisata dan Budaya
Cegah Penyalahgunaan Narkotika, BNNK Denpasar Undang 30 Sekolah

GATRADEWATA-Dalam rangka mencegah sejak dini Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba(P4GN), Badan Narkotika Nasional Kota(BNNK) Denpasar mengundang 30 sekolah SMP Negeri dan Swasta yang ada di wilayah Kota Denpasar untuk melakukan Rapat Kerja.
Dalam pertemuan Rapat Kerja bertajuk “Meningkatkan Peranan dan Partisipasi Lingkungan Pendidikan dalam Upaya P4GN” tersebut, BNN menggandeng Dinas Pendidikan Kota Denpasar dan Ketua Forum Pembina Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba(KSPAN) Provinsi Bali sebagai narasumber.
“Sekolah sebagai basis pertama untuk mencegah peredaran gelap barang haram ini. Dan dengan raker ini, kita bisa bersama-sama mengetahui dan bisa mencegah sejak dini jika terjadi penyalahgunaan narkotika di lingkungan sekolah.” Kata AKBP I Gede Suwahyu Kepala BNNK Denpasar. Jumat, 17 Maret 2016.
Lebih lanjut mengatakan, tanggung jawab untuk pemberantasan narkotika tidak hanya menjadi beban BNN saja. Melainkan semua pihak, khususnya sekolah sebagai leading sector dalam pencegahan bahaya barang haram ini.
“Sebagai tindak lanjut rapat ini, kita akan meminta satu siswa sebagai perwakilan masing-masing sekolah untuk di Training of Trainer(TOT) atau dilatih. Dan ini yang akan menjadi duta anti narkotika, yang diharapkan bisa mengkampanyekan anti narkotika di masing-masing sekolah.” Jelasnya.
Perwakilan dari Dinas Pendidikan Kota Denpasar, I Wayan Supartha menyambut baik dan mengapresiasi langkah BNN dalam penanggulangan peredaran gelap barang berbahaya ini.
“BNN dengan Disdikpora sudah berkomitmen dalam upaya pencegahan dan penyalahgunaan obat terlarang khususnya di lingkungan sekolah di wilayah Denpasar.” Kata Wayan.
Disdikpora menambahkan, sebelumnya pihaknya juga telah melakukan kerjasama dengan BNN untuk hal yang sama pada bulan lalu untuk sekolah tingkat SMA.
“Dengan raker seperti ini, kita akan terus membangun komitmen dengan BNN Denpasar untuk menyelamatkan pelajar. Dan sebagai tindak lanjutnya dari raker ini, pihak sekolah harus pro-aktif mengundang BNN untuk sosialisasi dan pembinaan pada apel sekolah maupun dalam masa orientasi siswa(MOS).” paparnya.
Sementara A.A. Ketut Sujana, Ketua Forum Pembina KSPAN Bali menyampaikan bahwa kegiatan KSPAN ini merupakan bentuk ekstrakulikuler yang ada hampir di seluruh sekolah di Bali. Dimana KSPAN sendiri bertujuan untuk membentuk siswa sehingga siswa mempunyai pengetahuan konprehensif tentang bahaya HIV/AIDS dan Bahaya Narkoba.
“Saya menghimbau kepada seluruh sekolah di Bali untuk membentuk KSPAN, sedangkan untuk sekolah yang sudah memiliki KSPAN agar lebih meningkatkannya. Sedangkan untuk orang tua siswa, kita himbau agar ikut anaknya dalam KSPAN dan dengan ikut serta dalam kegiatan ini, kita berharap bisa membentengi anak-anak dari bahaya HIV/AIDS dan Narkotika.” Kata Ketua Forum Pembina KSPAN.
Bahaya Narkotika menjadi tanggung jawab semua pihak. Dimana mendeteksi penyalahgunaan barang haram ini sangat sulit untuk diketahui dengan ciri-ciri ataupun gejala. Namun umumnya, gejala terjadinya penyalahgunaan bisa dilihat perubahan anak, seperti; kurang aktif, penyendiri dan sering ditemui orang yang berganti-ganti. Hal tersebut juga tidak menjadi jaminan bahwa siswa tersebut menggunakan barang haram ini.
Menurut BNN Denpasar, langkah yang tepat untuk mengetahui bahwa siswa tersebut pemakai atau tidak, dengan melakukan tes urine. Mengingat BNN Denpasar hanya mendapatkan sebanyak 400 biji alat tes ini, diharapkan sekolah ikut berperan mengadakan alat tes tersebut secara swadaya dengan menggandeng komite, paling tidak tes tersebut diadakan setiap enam bulan sekali.
ALT

Pariwisata dan Budaya
Investasi Ilegal WNA Rugikan Bali, Dr. Panudiana Kuhn Desak Penertiban Menyeluruh

DENPASAR — Fenomena pelanggaran hukum yang dilakukan warga negara asing (WNA) di sektor pariwisata Bali menuai sorotan tajam dari Dr. Panudiana Kuhn, Ketua Pembina Apindo Bali sekaligus pengusaha senior yang lama bergelut di industri lokal. Ia menilai praktik-praktik bisnis gelap yang kian marak bukan hanya menggerus pendapatan pajak daerah, tetapi juga mengancam kelangsungan usaha milik warga lokal.
Menurut Dr. Kuhn, modus operandi yang kerap terjadi adalah penyewaan vila oleh WNA yang kemudian kembali disewakan kepada sesama WNA secara diam-diam dari luar negeri, tanpa jejak administratif, tanpa izin usaha, dan tentu tanpa kontribusi pajak. Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa banyak transaksi jual beli properti dilakukan menggunakan mata uang asing dan dibayarkan di luar negeri—sebuah pelanggaran serius yang luput dari pantauan otoritas.
“Ironisnya, pemerintah Bali bahkan tidak memiliki data pasti soal jumlah vila yang disewakan tiap tahun, padahal pungutan keamanan dari pecalang terus berjalan,” ujarnya.
Ia menyerukan agar aparat pemerintah, mulai dari dinas hingga imigrasi dan kepolisian, tidak hanya menunggu laporan masyarakat, tetapi aktif melakukan inspeksi ke lapangan. Setiap usaha ilegal harus ditindak tegas—dengan jalan legalisasi melalui SIUP dan NPWP, atau penutupan permanen.
“Persaingan bisnis saat ini tidak sehat. Warga lokal terdesak oleh kekuatan modal asing yang tidak bermain sesuai aturan. Ini harus dihentikan,” tegasnya.
Kuhn juga menyoroti ketidakjelasan implementasi program Golden Visa 10 tahun yang memungkinkan WNA memiliki vila senilai miliaran rupiah serta hak pakai tanah hingga 80 tahun. Ia menilai regulasi yang longgar membuat konflik antara pemodal besar dan pemilik lokal semakin sering terjadi.
“Bila Bali ingin tetap menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan dan adil, maka penegakan hukum terhadap bisnis ilegal WNA bukan lagi pilihan—melainkan kewajiban mendesak,” pungkasnya. (Ray)
Pariwisata dan Budaya
Bayangan Gelap di Surga, Ketika Bali Kehilangan Pemasukan dari Pariwisata Ilegal

BADUNG – Di balik citra glamor dan keindahan Pulau Dewata, terselip sebuah ironi yang menggerogoti perekonomian lokal. Banyak wisatawan asing datang ke Bali, namun tidak tercatat menginap di hotel atau vila resmi. Ternyata, sebagian besar dari mereka memilih akomodasi alternatif seperti vila pribadi atau rumah kos milik warga lokal yang belum memiliki izin operasional lengkap.
Tak hanya itu, marak pula praktik ilegal di mana Warga Negara Asing (WNA) menyewa vila secara daring dan menyewakannya kembali kepada kolega sesama WNA, bahkan sebelum mereka sendiri menempatinya. Aktivitas ini kerap terjadi di luar pengawasan pemerintah dan menghindari kewajiban pajak yang seharusnya dibayarkan.
Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Putu Anom, B.Sc., M.Par., mengungkapkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap properti-properti yang disewakan kepada orang asing, baik berupa vila, rumah pribadi, maupun bentuk akomodasi lainnya.
“Pernah terjadi kasus di Seminyak di mana seorang tamu asing tinggal melebihi masa izin tinggalnya hingga menyebabkan keributan besar, bahkan menewaskan seorang anggota polisi. Mirisnya, vila tersebut ternyata tidak memiliki izin legal,” ungkap Prof. Anom saat dihubungi, Sabtu (10/5/2025).
Ia juga menyoroti keberadaan guest house mewah dan rumah kos elite yang kerap luput dari pengawasan pajak. Meskipun dimiliki oleh warga lokal, bentuk bisnis ini tak terklasifikasi sebagai akomodasi resmi, sehingga pendapatannya tidak dikenakan pajak hotel dan restoran.
“Bayangkan satu kamar disewakan seharga Rp2–3 juta. Jika ada 10 kamar, bisa menghasilkan Rp30 juta tanpa perlu promosi. Semua langsung masuk ke kantong pribadi, sementara daerah tidak memperoleh apa pun,” tegasnya.
Prof. Anom juga menyoroti praktik pembelian tanah oleh WNA yang memanfaatkan nama warga lokal sebagai perantara melalui akta notaris. Setelah membangun vila di atas tanah tersebut, mereka kemudian menyewakannya kepada turis asing lainnya. Keuntungan pun langsung dinikmati pemilik modal asing, sementara warga lokal hanya menjadi nama di atas kertas.
“Fenomena ini jelas menyebabkan potensi pajak daerah yang sangat besar tidak masuk ke kas negara,” tambahnya.
Untuk itu, ia menyarankan agar desa adat maupun desa dinas dilibatkan aktif dalam pengawasan akomodasi di wilayahnya. Karena mereka yang paling mengetahui siapa pemilik dan penyewa properti di daerah masing-masing, serta dapat melakukan pencatatan rutin untuk memastikan semua berjalan sesuai aturan.
Sebagai penutup, Prof. Anom juga menyinggung soal kebijakan Golden Visa dan retirement visa, yakni visa pensiun yang memungkinkan warga asing tinggal dalam jangka panjang di Indonesia. Menurutnya, kebijakan tersebut perlu dikaji ulang agar tidak membuka celah baru bagi penyalahgunaan izin tinggal untuk kepentingan bisnis ilegal. (Ray)
Pariwisata dan Budaya
Segenap Manajemen DTW Tanah Lot Mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan

“Rahajeng nyanggra rahina jagat Galungan lan Kuningan semeton titiang semuanya. Dumogi Ida Sang Hyang Widhi ngicenin kerahayuan”
I Wayan Sudiana
Manajer DTW Tabah Lot 2021-2026
-
Mangku Bumi6 years ago
HIDUP DHARMA
-
News1 year ago
Diduga Gelapkan Dana Ratusan Calon Pekerja Migran, Pengusaha Ibukota Diajukan Ke Meja Hijau
-
News2 years ago
Geger!! Siswi Kelas 2 Smp Ditemukan Gantung Diri Di Kandang Sapi
-
News10 years ago
Post Format: Gallery
-
Daerah4 years ago
Jangan Sampai Jadi Pemangku Tanggung, Ikuti Kursus Kepemangkuan Disini!
-
News3 years ago
Kasus Ungasan, Orang Misterius Hadir ditengah Upacara sebut Kutukan Telah Jalan
-
Mangku Bumi7 years ago
Mengenal lebih dekat Sareng Ide Sire Empu Dharma Sunu dari Griya Taman Pande Tonja Denpasar
-
Daerah4 years ago
Miris! Nusa Dua Tampak Seperti Abandoned City