Pariwisata dan Budaya
Siswi SMAN 7 Denpasar Raih Medali Perak Cabor Menembak Beregu Putri

GATRADEWATA – Lyli Sulystiadewi Tirthajaya, siswi kelas X SMA Negeri 7 Denpasar, berhasil meraih medali perak dalam ajang Menembak Beregu Putri di PON Jawa Barat ke XIX. Selain itu, siswi yang menekuni olahraga menembak sejak kelas IV SD ini, di nomor Perorangan Putri, dia mampu menyabet harapan I.
Dalam perhelatan PON 2016 ini, pihak sekolah mengirim tiga orang atlet dan menariknya, kesemua perwakilan Bali ini, masih duduk di kelas X. Adapun dua atlet lainnya tersebut, yakni; I Ketut Agus Sutrisna Putra dan Bagus Putu Raka Mendra Dana.
Untuk menghadapi PON, Lyli mengaku melakukan latihan secara rutin dan lebih insentif dari guru pembinanya yang diadakan di lapangan tembak Tohpati.
“Grogi pasti ada, apalagi tim dari Jabar yang sebagai tuan rumah. Namun saya berusaha untuk tetap percaya diri,” ungkap Lyli. Selasa, 4 Oktober 2016.
Siswi asal Kerthalangu Denpasar ini, menceritakan bahwa mengenal olahraga ini dari kenalan orangtuanya yang berlanjut menjadi hobi. Dimana dalam menekuni olahraga ini, siswi ini mengaku menghabiskan peluru satu kotak seharga Rp. 135 ribu setiap minggunya.
“Untuk latihan, seminggu saya menghabiskan satu kotak peluru,” tuturnya.
Sementara, Ketut Agus Sutrisna Putra yang turun di cabang Menembak Perorangan Putra, kurang beruntung dan hanya mampu sampai dibabak kualifikasi. Kendatipun demikian, ia mengaku senang bisa ikut bertanding di PON dan ini merupakan pengalaman pertama bagi dirinya bertanding di ajang nasional.
“Kendalanya dalam pertandingan kemarin, sebelum pertandingan dimulai, saya tidak dapat latihan. Semua peserta dapat latihan untuk menjajal lapangan tembak,” ujarnya.
Sedangkan Bagus Putu Raka Mendra Dana, yang ikut dalam Dance Sport atau olahraga dansa yang merupakan cabor baru dalam PON, hanya mampu masuk babak semifinal atau juara harapan I, mengingat lawan bertanding datang dari tim Jabar sebagai juara I, disusul Jatim dan Jakarta.
Kepala SMA Negeri 7 Denpasar, Dra. Cokorda Istri Mirah Kusuma Widiawati Kepala SMAN 7 Denpasar menyampaikan apresiasi terhadap keberhasilan anak didiknya yang mampu meraih prestasi dan mengharumkan nama Bali di kancah Nasional. Dan dengan raihan prestasi tersebut, pihak sekolah sudah merancang untuk memberikan penghargaan serta dana bagi siswa-siswi ini.
“Boleh berbangga tapi sifatnya sekejap, dan saya harapkan mereka tetap berusaha untuk meningkatkan prestasi secara terus menerus serta menularkan prestasi tersebut kapada temannya. Baik untuk kiat-kiat dalam meraih prestasi tersebut sehingga teman-temannya yang lain bisa mengikuti,” kesan dan pesan Ibu Kepala Sekolah yang baru menjabat selama tiga bulan ini.
“Kita menerima mereka melalui jalur prestasi dan ini sudah terbukti bahwa inilah hasilnya. Dimana proses dalam meraih prestasi ini tidak terlepas dari orangtuanya dan itulah pentingnya kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat,” tegasnya.
Pihak sekolah, baik para guru, siswa serta dibantu orangtua siswa juga terus berkomitmen untuk memperjuangkan prestasi siswanya baik dibidang akademik maupun non akademik.
SMAN 7 Denpasar sendiri sudah mampu berjaya dibidang non akademis terutama yang tertuang dalam extra sekolah. Dan terbukti sudah banyak berhasil meraih prestasi mengingat sekolah yang memberi ruang siswa dalam mengekspresikan diri, memiliki 46 extra dan mungkin extra terbanyak dari SMA/SMK yang ada di Bali.
Sedangkan untuk akademik, pihak sekolah juga terus memperjuangkan untuk mampu meraih prestasi dan saat ini, diakui kepala sekolah sudah proses penggantian komite sekolah untuk mengangkat prestasi dibidang akademis ini.
“Saat ini kami masih menunggu salah satu siswa atlet taekwondo yang sedang bertanding di Malaysia,” akhir Cok Istri.
Alt

Pariwisata dan Budaya
I Gede Sujana, Arsitek Inovasi Budaya & Kemewahan di Royal Ambarrukmo Yogyakarta

Yogyakarta – Royal Ambarrukmo Yogyakarta, hotel ikonik yang melekat dengan sejarah dan budaya Jawa, terus menciptakan terobosan di dunia perhotelan mewah. Di tengah transformasi fasilitas dan penyempurnaan layanan, Royal Ambarrukmo kini juga memperkuat peran sosialnya melalui berbagai inisiatif berkelanjutan.
Salah satu program unggulannya adalah tukar sampah dengan pangan sehat, yang menjadi bukti nyata komitmen hotel dalam mendukung pengelolaan sampah dan pemberdayaan masyarakat lokal. Inovasi-inovasi ini hadir berkat kepemimpinan inspiratif dari I Gede Sujana, General Manager yang resmi menjabat sejak April 2025.
Jejak Karier Penuh Dedikasi
Lahir di Bali, I Gede Sujana memiliki rekam jejak panjang di industri perhotelan. Karier manajerialnya dimulai sebagai General Manager Fairfield by Marriott Belitung pada 2016, dilanjutkan ke Four Points by Sheraton Makassar pada 2018, hingga memimpin Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa pada 2022. Kini, ia memegang kendali di Royal Ambarrukmo Yogyakarta dengan visi menyelaraskan kemewahan dan kearifan lokal.
Harmoni Kemewahan dan Budaya
Di bawah arahannya, Royal Ambarrukmo Yogyakarta tampil sebagai rumah kedua bagi para tamu, menggabungkan sentuhan modern dengan kekayaan budaya Jawa yang autentik. Bagi Sujana, hospitality bukan sekadar layanan, tapi seni menghadirkan pengalaman yang menyentuh — dari arsitektur, kuliner tradisional, keramahan staf, hingga nilai budaya yang hidup dalam setiap sudut hotel.
Bergerak Bersama Komunitas
Komitmen terhadap Sustainable Development Goals menjadi prioritas Sujana dalam menjalankan strategi hotel. Dengan menggandeng komunitas lokal, Royal Ambarrukmo memperkuat peran industri perhotelan sebagai penggerak pariwisata yang inklusif dan ramah lingkungan.
Kepemimpinan yang Membumi dan Visioner
Tak hanya memimpin operasional harian, Sujana juga membangun budaya kerja yang kolaboratif, inovatif, dan berbasis pembelajaran berkelanjutan. Di tangannya, Royal Ambarrukmo tidak hanya mempertahankan standar tinggi layanan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai simbol hidup dari kemewahan yang berpadu dengan warisan budaya.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Royal Ambarrukmo Yogyakarta di (0274) 488 488, kunjungi Instagram @royalambarrukmo, atau akses situs resminya di www.royalambarrukmo.com.
“Kembali ke Jantung Budaya, Menginaplah di Legenda.”
#RoyalAmbarrukmo #LivingLegend #LuxuryMeetsCulture
Pariwisata dan Budaya
Investasi Ilegal WNA Rugikan Bali, Dr. Panudiana Kuhn Desak Penertiban Menyeluruh

DENPASAR — Fenomena pelanggaran hukum yang dilakukan warga negara asing (WNA) di sektor pariwisata Bali menuai sorotan tajam dari Dr. Panudiana Kuhn, Ketua Pembina Apindo Bali sekaligus pengusaha senior yang lama bergelut di industri lokal. Ia menilai praktik-praktik bisnis gelap yang kian marak bukan hanya menggerus pendapatan pajak daerah, tetapi juga mengancam kelangsungan usaha milik warga lokal.
Menurut Dr. Kuhn, modus operandi yang kerap terjadi adalah penyewaan vila oleh WNA yang kemudian kembali disewakan kepada sesama WNA secara diam-diam dari luar negeri, tanpa jejak administratif, tanpa izin usaha, dan tentu tanpa kontribusi pajak. Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa banyak transaksi jual beli properti dilakukan menggunakan mata uang asing dan dibayarkan di luar negeri—sebuah pelanggaran serius yang luput dari pantauan otoritas.
“Ironisnya, pemerintah Bali bahkan tidak memiliki data pasti soal jumlah vila yang disewakan tiap tahun, padahal pungutan keamanan dari pecalang terus berjalan,” ujarnya.
Ia menyerukan agar aparat pemerintah, mulai dari dinas hingga imigrasi dan kepolisian, tidak hanya menunggu laporan masyarakat, tetapi aktif melakukan inspeksi ke lapangan. Setiap usaha ilegal harus ditindak tegas—dengan jalan legalisasi melalui SIUP dan NPWP, atau penutupan permanen.
“Persaingan bisnis saat ini tidak sehat. Warga lokal terdesak oleh kekuatan modal asing yang tidak bermain sesuai aturan. Ini harus dihentikan,” tegasnya.
Kuhn juga menyoroti ketidakjelasan implementasi program Golden Visa 10 tahun yang memungkinkan WNA memiliki vila senilai miliaran rupiah serta hak pakai tanah hingga 80 tahun. Ia menilai regulasi yang longgar membuat konflik antara pemodal besar dan pemilik lokal semakin sering terjadi.
“Bila Bali ingin tetap menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan dan adil, maka penegakan hukum terhadap bisnis ilegal WNA bukan lagi pilihan—melainkan kewajiban mendesak,” pungkasnya. (Ray)
Pariwisata dan Budaya
Bayangan Gelap di Surga, Ketika Bali Kehilangan Pemasukan dari Pariwisata Ilegal

BADUNG – Di balik citra glamor dan keindahan Pulau Dewata, terselip sebuah ironi yang menggerogoti perekonomian lokal. Banyak wisatawan asing datang ke Bali, namun tidak tercatat menginap di hotel atau vila resmi. Ternyata, sebagian besar dari mereka memilih akomodasi alternatif seperti vila pribadi atau rumah kos milik warga lokal yang belum memiliki izin operasional lengkap.
Tak hanya itu, marak pula praktik ilegal di mana Warga Negara Asing (WNA) menyewa vila secara daring dan menyewakannya kembali kepada kolega sesama WNA, bahkan sebelum mereka sendiri menempatinya. Aktivitas ini kerap terjadi di luar pengawasan pemerintah dan menghindari kewajiban pajak yang seharusnya dibayarkan.
Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Putu Anom, B.Sc., M.Par., mengungkapkan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap properti-properti yang disewakan kepada orang asing, baik berupa vila, rumah pribadi, maupun bentuk akomodasi lainnya.
“Pernah terjadi kasus di Seminyak di mana seorang tamu asing tinggal melebihi masa izin tinggalnya hingga menyebabkan keributan besar, bahkan menewaskan seorang anggota polisi. Mirisnya, vila tersebut ternyata tidak memiliki izin legal,” ungkap Prof. Anom saat dihubungi, Sabtu (10/5/2025).
Ia juga menyoroti keberadaan guest house mewah dan rumah kos elite yang kerap luput dari pengawasan pajak. Meskipun dimiliki oleh warga lokal, bentuk bisnis ini tak terklasifikasi sebagai akomodasi resmi, sehingga pendapatannya tidak dikenakan pajak hotel dan restoran.
“Bayangkan satu kamar disewakan seharga Rp2–3 juta. Jika ada 10 kamar, bisa menghasilkan Rp30 juta tanpa perlu promosi. Semua langsung masuk ke kantong pribadi, sementara daerah tidak memperoleh apa pun,” tegasnya.
Prof. Anom juga menyoroti praktik pembelian tanah oleh WNA yang memanfaatkan nama warga lokal sebagai perantara melalui akta notaris. Setelah membangun vila di atas tanah tersebut, mereka kemudian menyewakannya kepada turis asing lainnya. Keuntungan pun langsung dinikmati pemilik modal asing, sementara warga lokal hanya menjadi nama di atas kertas.
“Fenomena ini jelas menyebabkan potensi pajak daerah yang sangat besar tidak masuk ke kas negara,” tambahnya.
Untuk itu, ia menyarankan agar desa adat maupun desa dinas dilibatkan aktif dalam pengawasan akomodasi di wilayahnya. Karena mereka yang paling mengetahui siapa pemilik dan penyewa properti di daerah masing-masing, serta dapat melakukan pencatatan rutin untuk memastikan semua berjalan sesuai aturan.
Sebagai penutup, Prof. Anom juga menyinggung soal kebijakan Golden Visa dan retirement visa, yakni visa pensiun yang memungkinkan warga asing tinggal dalam jangka panjang di Indonesia. Menurutnya, kebijakan tersebut perlu dikaji ulang agar tidak membuka celah baru bagi penyalahgunaan izin tinggal untuk kepentingan bisnis ilegal. (Ray)
-
Mangku Bumi6 years ago
HIDUP DHARMA
-
News1 year ago
Diduga Gelapkan Dana Ratusan Calon Pekerja Migran, Pengusaha Ibukota Diajukan Ke Meja Hijau
-
News2 years ago
Geger!! Siswi Kelas 2 Smp Ditemukan Gantung Diri Di Kandang Sapi
-
News10 years ago
Post Format: Gallery
-
Daerah5 years ago
Jangan Sampai Jadi Pemangku Tanggung, Ikuti Kursus Kepemangkuan Disini!
-
News3 years ago
Kasus Ungasan, Orang Misterius Hadir ditengah Upacara sebut Kutukan Telah Jalan
-
Mangku Bumi7 years ago
Mengenal lebih dekat Sareng Ide Sire Empu Dharma Sunu dari Griya Taman Pande Tonja Denpasar
-
Daerah4 years ago
Miris! Nusa Dua Tampak Seperti Abandoned City