Daerah
Mengaktifkan Museum Dengan Arsip Rilisan Piringan Hitam Dan Kaset Pita

BULELENG – Kamis malam (10/11), lampu pencahayaan di ruang Museum Soenda Ketjil, nampak menyala dan dipenuhi dengan oleh para anak muda. Dengan mengunakan pakaian trendi masa kini, mereka menikmati musik dan lagu yang diputar dengan Turntable atau pemutar piringan hitam.
Kedatangan mereka ke Museum Soenda Ketjil untuk menghadiri acara Senandung Padu Irama. Acara Senandung Padu Irama digelar oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam kelompok Hulutara.
Acara digelar dari petang hingga malam harı. Acara ini dirangkaikan dengan peringatan Hari Pahlawan. Dalam kegiatan ini, dikemas dalam bentuk gelar arsip rilisan piringan hitam dan kaset tua serta pemutaran musik dari piringan hitam dan kaset pita. Arsip yang dipamerkan tahun produksi tahun 60an hingga tahun 90an. Total ada 50 buah piringan hitam dan 100 kaset pita.
Acara Sendung Padu Irama ini digelar, berawal dari kesamaan ketertarikan tentang asrip rilisan fisik piringan hitam dan kaset pita yang dilanjutkan dengan penelurusan arsip.
Arsip rilisan fisik ini banyak ditemukan di berbagai Radio dan perorangan yang ada di Singaraja. Salah satunya, di RRI Singaraja banyak ditemukan rilisan fisik piringan hitam yang saat ini tidak termanfaatkan lagi. Hal inilah mendorong Hulutara, merasa penting untuk laksanakan gelar arsip.
Aryawan salah satu inisiator Hulutara mengatakan “Kita melihat ada arsip piringan hitam yang cukup banyak di RRI Singaraja, dan penting untuk disebarluaskan kepada anak-anak muda yang mempunyai ketertarikan tentang rilisan fisik. Hal inilah yang mendorong kami menggelag acara ini” Ungkapnya.
Dalam pemilihan tempat pun, cukup banyak pertimbangan yang dilakukan dan akhirnya memilih Museum Soenda Ketjil. Pemilihan Museum ini, dilakukan selain untuk menambah kesan vintage pada acara juga untuk mengenalkan Museum.
Banyak yang tidak mengetahui isi Museum Soenda Ketjil. Dengan acara gelar arsip rilisan fisik ini, kita mencoba untuk mengenalkan dan mengaktifkan Museum Soenda Ketjil. “Museum ini, sangat bangus dan mempunyai nilai histori yang kuat tenting Buleleng.
Kami sangat bersyukur Dinas Kebudayaan Buleleng, bersedia mendukung kami, dalam acara kali ini. Kami diijinkan untuk menggelar acara Senandung Padu Irama ditempat yang penuh histori ini” Imbuhnya,
Acara yang dimulai dari pukul 17.30-21.30 Wita ini, para pengunjung disuguhkan gelar arsip rilisan fisik piringan hitam dan kaset pita. Selain itu para pengunjung juga dapat mendengarkan musik dan lagu dengan menggunakan truntable dan tape kaset pita. Para pengunjung diijinkan untuk memilih musik dan lagu yang mereka ingin dengarkan. Selain itu, para pengunjung pun diajak untuk berdendang selayaknya konser musik private denna adanya pemandu lagu.
Suasana hangat dan intim terlihat dari para pengunjung yang datang.Pengujung yang sebagian besar adalah anak muda, mengaku baru pertama kali masuk ke Museum Soenda Ketjil. “Ini pertama kali massue Museum ini, kalau tidak acara gelar arsip rilisan fisik ini, saya tidak akan datang kesini. Ternyata tempatnya keren juga jika diaktifkan seperti ini. Mau-mau ya kita pasti melihat isi dari musem”. Ucap Mulya Pradita, Frontman Pemuda Karaoke Sehat.
Senandung Padu Irama salah satu program yang baru diluta oleh Hulutara. Hulutara sendiri baru dibentuk pada awal tahun 2020. Kelompok ini dibentuk atas dasar keinginan menjelajah Bali Utara. Mereka berharap bisa mengenal lebih dalam singaraja dari hulu sampai hilir. Sebelum menginisiasi program Senandung Padu Irama, Hulutara diketahui telah melahirkan 2 program lain, yakni program kuliner bersama Dapur Bali Mula dan kunjungan ke Pagi Motley serta workshop penulisan lontar bersama Sugi Lanus. (Mga)

Daerah
Dukung Penuh Petani, Bupati Kembang Salurkan ribuan Bibit Tanaman dan Pupuk Organik

Jembrana – Kakao menjadi komoditas unggulan di kabupaten Jembrana yang mendapat perhatian khusus dari Pemkab Jembrana mulai dari hulu sampai hilir sehingga kakao Jembrana mampu merambah pangsa pasar dunia Internasional.
Melalui kerjasama dengan berbagai pihak, Pemkab Jembrana terus mendorong mewujudkan kebun-kebun kakao yang bersertifikasi yang mampu menghasilkan produk kakao fermentasi dengan kualitas “Organik Aromatik Spesifik”.
Upaya itu pun direalisasikan dengan pemberian bantuan 19.999 bibit kakao unggul dan 99,9 ton pupuk organik kepada 8 subak abian dan kelompok tani di Kabupaten Jembrana oleh Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dan Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna, Minggu (11/5) di Kelompok Tani Kakao Rastani, Banjar Candikusuma, Desa Candikusuma.

Bupati Kembang saat melakukan simbolis penyerahan bibit kakao di Kelompok Tani Kakao Rastani, Banjar Candikusuma, Desa Candikusuma.
“Hari ini saya ingin bibit yang diterima cukup banyak ini dengan anggaran hampir setengah miliar yang murni dianggarkan dari APBD supaya bisa betul-betul bermanfaat,” ucap Bupati Kembang, usai acara penyerahan secara simbolis.
Diharapkan, pemberian bantuan bibit unggul dan pupuk organik dapat memicu peningkatan produktivitas dan daya saing produk kakao, yang pada saat ini produksinya mencapai 3.000 ton pertahun.
Kakao Jembrana yang telah berhasil menembus pasar ekspor, menjadi pemacu semangat Bupati Kembang Hartawan dan Wabup Patriana Krisna untuk terus mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas kakao ini. Salah satu upayanya juga dengan meminta dana bagi hasil melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) di bawah Kementerian Keuangan RI.
“Karena kakao kita sudah menembus pasar ekspor, maka kita akan bersurat, sehingga nanti harapannya kita mendapat dana bagi hasil cukai kakao, dan kita akan gunakan dana itu sepenuhnya untuk petani kakao,” ujar Bupati Kembang.
Pihaknya menegaskan tidak akan mengembangkan terlalu banyak jenis komoditi perkebunan, pengembangan kakao akan menjadi prioritas untuk semakin meningkatkan posisi Jembrana sebagai produsen kakao berkualitas dunia.
“Tidak banyak jenis yang kita kembangkan, yang kita utamakan justru kakao. Mudah-mudahan, kita doakan petani kita sukses semua,” tutupnya.
Daerah
Tegas! Polsek Gilimanuk Kembalikan Anak Punk Tanpa Identitas

Jembrana – Sebanyak lima orang anak punk yang masuk ke Bali tanpa dilengkapi identitas resmi berhasil diamankan di kawasan SPBU Gilimanuk, Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Rabu (30/4) siang. Penanganan cepat dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Babinsa, Satpol PP dan Linmas Kelurahan Gilimanuk dengan didampingi aparat setempat, demi menjaga kondusivitas wilayah pintu gerbang Bali tersebut.
Kejadian bermula sekitar pukul 12.30 Wita, saat petugas melakukan patroli rutin di seputaran Pelabuhan Gilimanuk. Mereka menemukan lima pemuda bergaya punk yang mencurigakan tanpa membawa kelengkapan identitas diri. Dari hasil pendataan, kelima orang tersebut masing-masing bernama Trian (21), Dean (27), Ahmad Bajuri (32), Edi (24), dan Hisan Fauzi (25), seluruhnya berasal dari Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun, kelima anak punk ini mengaku berangkat dari Bandung dengan tujuan Denpasar. Namun, untuk menghindari pemeriksaan petugas di pintu masuk resmi Pelabuhan Gilimanuk, mereka memilih berjalan kaki melewati jalur pesisir pantai.

Kelima anak punk tanpa identitas dikembalikan ke pulau jawa dengan dikawal ketat anggota kepolisian Polsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk
Kapolsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Kompol I Komang Muliyadi, S.H., M.M., menyatakan bahwa pihaknya memang rutin memperketat pengawasan terhadap orang-orang yang keluar-masuk Bali, khususnya di area pelabuhan. “Kami selalu tekankan personel di pos-pos pemeriksaan, termasuk mengawasi jalur-jalur tidak resmi yang kerap dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab,” tegasnya.
Selanjutnya, Lurah Gilimanuk, Ida Bagus Tony Wirahadikusuma yang didampingi Kasi Trantib, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan personel Pol PP setempat, langsung memberikan pembinaan dan imbauan kepada para anak punk tersebut. Mereka diingatkan agar tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban umum maupun lalu lintas jalan.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kelima anak punk itu akhirnya diputuskan untuk dikembalikan ke daerah asal. Pada pukul 14.20 Wita, mereka diberangkatkan menggunakan KMP Trisakti Elfina melalui Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk. Pengawalan ketat dilakukan hingga mereka naik ke atas kapal oleh personel Polsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Lurah Gilimanuk, Satpol PP, Linmas, dan Bhabinkamtibmas.
Daerah
Bersama dalam Sunyi, Warga Serangan dan BTID Bangun Masa Depan

DENPASAR – Di tengah dinamika pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Desa Adat Serangan dan PT Bali Turtle Island Development (BTID) menunjukkan kolaborasi yang kuat dan konsisten. Tanpa banyak sorotan, keduanya terus berjalan beriringan membangun kawasan dengan semangat kebersamaan dan saling percaya.
Sejak lama, hubungan antara warga Serangan dan BTID tidak hanya bersifat formal, tapi juga personal dan kekeluargaan. Dalam setiap aspek kehidupan—adat, budaya, lingkungan, hingga pembangunan—masyarakat dilibatkan secara aktif.
“Keterbukaan untuk berkomunikasi selalu kita jaga. Tidak semua harus diumumkan, yang penting kepercayaan dan niat baik,” ujar Jro Ketut Sudiarsa, Mangku Pura Pat Payung.
Jro Ketut menyampaikan dukungan penuh terhadap pembangunan KEK Kura Kura Bali, seraya berharap berkah dari Ida Betara Dalem Pat Payung agar semua rencana berjalan lancar.
Bendesa Adat Serangan, I Nyoman Gede Pariatha, menegaskan pentingnya menjaga harmoni. Ia menyebut bahwa komunikasi adalah kunci untuk merawat hubungan yang baik, termasuk dengan investor seperti BTID.
“Kami ingin pembangunan ini membawa manfaat dan kesejahteraan bagi warga. Kura Kura Bali adalah bagian dari desa kami,” ujarnya.
Kontribusi nyata BTID selama ini juga tak sedikit. Sejak kesepakatan tahun 1998, BTID telah menyerahkan lahan lebih dari 7 hektar, menyediakan fasilitas umum, dan membantu akses ibadah. Salah satu hal yang paling dikenang adalah keputusan BTID untuk tidak melakukan PHK terhadap karyawan asal Serangan saat pandemi Covid-19.
“Saat perusahaan lain memberhentikan pegawai, warga kami tetap digaji. Itu sangat berarti,” kata Gede Pariatha.
Lurah Serangan, Ni Wayan Sukanami, turut menyampaikan hal senada. Ia mengapresiasi komunikasi baik yang terus dibangun antara warga dan BTID, termasuk dalam pengembangan infrastruktur seperti jembatan ke Pura Sakenan yang dulunya hanya bisa diakses dengan berjalan kaki atau jukung.
“Kontribusi BTID banyak dan positif. Hubungan tetap harmonis dan kondusif,” ujarnya.
Kolaborasi ini membuktikan bahwa pembangunan yang berakar pada budaya dan keharmonisan bukan hanya mimpi. Ia sudah berjalan nyata, meski tanpa hingar-bingar. (Tim)
-
Mangku Bumi6 years ago
HIDUP DHARMA
-
News1 year ago
Diduga Gelapkan Dana Ratusan Calon Pekerja Migran, Pengusaha Ibukota Diajukan Ke Meja Hijau
-
News2 years ago
Geger!! Siswi Kelas 2 Smp Ditemukan Gantung Diri Di Kandang Sapi
-
News10 years ago
Post Format: Gallery
-
Daerah5 years ago
Jangan Sampai Jadi Pemangku Tanggung, Ikuti Kursus Kepemangkuan Disini!
-
News3 years ago
Kasus Ungasan, Orang Misterius Hadir ditengah Upacara sebut Kutukan Telah Jalan
-
Mangku Bumi7 years ago
Mengenal lebih dekat Sareng Ide Sire Empu Dharma Sunu dari Griya Taman Pande Tonja Denpasar
-
Daerah4 years ago
Miris! Nusa Dua Tampak Seperti Abandoned City