Connect with us

Pariwisata dan Budaya

IHGMA Bali Rayakan Akhir Tahun 2024 dengan Tema “Rock On! The 80’s”

Published

on

Tamu undangan dari member IHGMA.

JIMBARAN – Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Bali sukses menggelar acara tahunan bertajuk End Year Gathering 2024 pada Jumat, 20 Desember 2024.

Bertempat di Jimbaran Bay Resort and Spa, acara yang dimulai pukul 16.30 WITA ini mengusung tema unik, “Rock On! The 80’s”, sekaligus menjadi ajang pengukuhan Dewan Pengurus Cabang (DPC) IHGMA Bali.

Ketua IHGMA DPD Bali, Komang Artana, S.Pd, menjelaskan bahwa gathering ini merupakan salah satu dari lima program utama asosiasi untuk mempererat sinergi antara anggota, mitra strategis, akademisi, dan sponsor.

“Acara ini menjadi platform bagi anggota untuk saling berbagi wawasan, memperluas relasi, dan memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang mendukung perjalanan IHGMA Bali,” ungkap Komang.

Komitmen Mencetak Pemimpin Masa Depan

IHGMA Bali berfokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui program-program inovatif, seperti GM Lab, yang bertujuan membekali calon general manager dengan keahlian strategis di bidang revenue management, pemasaran, hingga operasional.

“Kami bercita-cita menciptakan pemimpin masa depan yang tidak hanya cakap memimpin, tetapi juga mampu berkontribusi positif bagi perkembangan industri perhotelan di Bali,” tambah Komang.

 

Pertumbuhan Keanggotaan dan Potensi Kolaborasi

Sejak 2020, jumlah anggota IHGMA Bali meningkat signifikan, mencapai sekitar 200 orang per Mei 2023. Namun, masih ada peluang besar karena lebih dari 60% properti perhotelan di Bali belum bergabung dengan asosiasi ini.

“Kolaborasi adalah kunci untuk meningkatkan kualitas SDM perhotelan Bali agar dapat bersaing secara global.

Sebagai general manager, tugas kami tidak hanya memimpin tetapi juga membimbing generasi berikutnya demi keberlanjutan industri perhotelan di Bali,” tegas Komang.

Dengan tema yang nostalgik dan pelaksanaan yang meriah, End Year Gathering 2024 diharapkan menjadi momen bersejarah yang memperkuat posisi IHGMA Bali sebagai pionir perubahan positif di sektor perhotelan Pulau Dewata. (Ray)


Kebanggaan sebagai wartawan adalah selalu silahturahmi kepada semua pihak, tetap belajar dan selalu konfirmasi dalam pemberitaan yang adil dan berimbang.

Pariwisata dan Budaya

Patehan, Legasi Budaya Minum Teh ala Raja di Royal Ambarrukmo Yogyakarta

Published

on

By

YOGYAKARTA – Royal Ambarrukmo Yogyakarta adalah hotel bintang 5 yang terkenal dengan kompleks Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo. Dahulu, area ini bernama Jenu, sebuah kebun kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono II, yang memiliki bangunan pendopo kecil.

Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V, pendopo tersebut direnovasi dan diperbesar, hingga akhirnya berfungsi sebagai Pesanggrahan Harja Purna, tempat Sri Sultan menyambut tamu kehormatan. Di masa Sultan Hamengku Buwono VII, namanya berubah menjadi Pesanggrahan Ambarrukmo.

Tidak hanya menjadi tempat bersejarah, Royal Ambarrukmo Yogyakarta juga menawarkan pengalaman bersantap tradisional bertajuk Royal Moments, salah satunya adalah Patehan.

 

Patehan: Tradisi Minum Teh ala Raja

Patehan adalah tradisi minum teh yang hingga kini masih diselenggarakan di Kraton Kasultanan Yogyakarta. Sebelum prosesi dimulai, para tamu akan mengenakan busana tradisional Jawa, lalu menikmati mini tour di area Kedhaton Ambarrukmo yang dipandu oleh Abdi Dalem Juru Kunci dan narator. Para tamu akan mendengarkan sejarah dan filosofi dari tujuh area Kedhaton Ambarrukmo, sebelum memasuki prosesi Patehan.

Di Gadri atau Pendopo, para tamu akan duduk bersila (untuk pria) dan timpuh (untuk wanita), sambil menyaksikan prosesi arak-arakan atau Kirab Patehan.

Pada prosesi ini, sajian teh dibawakan oleh paraga yang mengenakan pakaian Abdi Dalem. Salah satu paraga juga membawa Songsong, payung kuning yang digunakan untuk memayungi Klemuk, wadah teh spesial Patehan. Warna kuning pada Songsong melambangkan kekuasaan.

Setelah menyambut para tamu, paraga akan berjalan jongkok (laku dodok) sambil membawa nampan sejajar kepala, sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Sambil menikmati prosesi ini, tamu juga akan mendapatkan penjelasan mengenai filosofi Patehan dan hidangan yang akan disajikan.

 

Hidangan Patehan

Teh yang disajikan dalam Patehan adalah teh tradisional Jawa yang dibuat dengan air dari sumur Kedhaton Ambarrukmo. Teh ini memiliki rasa yang kuat (sepet dan harum) serta lebih kental dibandingkan teh biasa.

Hidangan utama yang menemani teh adalah:

1. Sanggabuwana

2. Dadar Gulung

Sedangkan makanan pendampingnya berupa jajanan tradisional seperti Klepon, Wajik, Jadah, Semar Mendem, Criping Telo, Lupis, dan lainnya.

Sanggabuwana adalah hasil akulturasi budaya Eropa dan Jawa. Dulu, hidangan ini hanya dinikmati kalangan bangsawan. Filosofinya, manusia harus turut melestarikan dunia demi keseimbangan. Hidangan ini terdiri dari soft choux dengan daging cincang berbumbu rempah, telur, acar, selada, serta saus mayonnaise khas Jawa.

Dadar Gulung diadaptasi dari pancake Eropa. Kulitnya terbuat dari tepung dan pandan, sehingga berwarna hijau cerah, dengan isian kelapa parut dan gula Jawa yang memberikan rasa manis gurih.

 

Patehan: Lebih dari Sekadar Minum Teh

Patehan bukan sekadar pengalaman bersantap, tetapi juga sebuah perjalanan edukasi mengenai sejarah dan budaya Jawa, khususnya Yogyakarta. Para tamu bisa merasakan sensasi minum teh ala Raja sambil memahami filosofi di baliknya.

Patehan dapat dinikmati dengan harga IDR 250.000 nett per pax, dengan minimum pemesanan 4 pax.

Informasi & Pemesanan

Untuk informasi lebih lanjut dan reservasi, hubungi FB Sales melalui:

WhatsApp: +62 821-3630-4848

Telepon: (0274) 488 488

Informasi mengenai paket lainnya dapat ditemukan di:

Instagram: @royalambarrukmo

Website: royalambarrukmo.com

Continue Reading

Pariwisata dan Budaya

Saran AWK Tinggalkan Pendidikan Pariwisata, Komang Artana Bali Harus Dijaga SDMnya

Published

on

By

Ilustrasi Bali tidak baik - baik saja arah kanan, Komang Artana (kiri) dan AWK (kanan).

DENPASAR – Opini yang dilontarkan Senator Arya Wedakarna yang menganjurkan untuk stop atau mengurangi mengambil jurusan sekolah maupun perkuliahan Pariwisata membuat beberapa tokoh Pariwisata angkat bicara.

Arya Wedakarna (AWK) menuturkan bahwa indikasi ekonomi di Bali dengan adanya program efisiensi dari pemerintah pusat, mengakibatkan banyaknya kegiatan kerja di Bali ditiadakan.

Disana ia mengatakan bahwa keadaan itu akan berlangsung sampai tahun 2029 mendatang. Solusi itulah yang ditawarkan oleh AWK untuk masyarakat Bali.

“Lebih kepada jurusan perikanan, pertanian, perkebunan, agro wisata, wirausaha yang diluar dunia pariwisata, agar tidak terjadi pengangguran selama 5 tahun kedepan, ” ujarnya dalam sebuah tayangan Video.

Hal lain diungkapkan oleh tokoh Pariwisata Komang Artana, selaku Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Bali. Ia menuturkan Bali memiliki kekayaan budaya, adat istiadat dan keindahan alam yang memiliki potensi besar untuk terus berkembang menjadi destinasi pariwisata utama dunia.

“Dalam upaya mencapai hal tersebut, Bali membutuhkan tenaga profesional yang terampil dalam bidang pariwisata untuk mengelola dan mengembangkan industri ini, ” tulisnya dalam sebuah wawancara singkat melalui pesan elektronik, Rabu 19 Maret 2025.

Justru terbalik dalam penuturannya, Industri pariwisata Bali saat ini mengalami perkembangan pesat dan menjadi pilar utama perekonomian pulau ini. Pada tahun 2024, Bali menerima 6.333.360 wisatawan mancanegara, meningkat 20,10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian adat, budaya, dan seni. Namun, tanpa perekonomian yang sehat dan sistem pendukung yang kuat, Bali akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga dan mengembangkan berbagai aspek yang ada di pulau ini.

“Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata menjadi hal yang sangat penting. Sekolah-sekolah pariwisata dengan tenaga ahli harus terus menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan spesialisasi yang sesuai dengan kebutuhan industri yang berkembang, ” tekannya.

“Bahkan, sebagian besar di antaranya hanya berstatus pekerja harian lepas dengan gaji yang lebih rendah dari upah minimum kota (UMK)”

“Fenomena ini, yang sering dibenarkan dengan alasan efisiensi perusahaan, mencerminkan ketimpangan yang terjadi di sektor ini, dengan rasio pekerja kontrak dan harian lepas mencapai 80:20 hingga 50:50, bahkan 40:60”

“Perbandingan ini jelas menunjukkan bahwa penghargaan terhadap tenaga profesional pariwisata di Bali masih sangat minim, meskipun mereka seharusnya mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang mereka miliki, ” paparnya.

Seirama dengan tagar kabur aja dulu yang sempat viral itu, akibatnya banyak lulusan pariwisata Bali memilih bekerja di luar negeri, di mana mereka memperoleh imbalan yang lebih sesuai dengan keahlian mereka, khususnya di bidang keramahtamahan yang diakui dunia.

“Tentu ini akan menjadi masalah besar dalam mempertahankan tenaga profesional terampil, situasi ini seharusnya menjadi pemicu bagi seluruh pihak terkait untuk segera memperhatikan permasalahan ini dan melakukan perubahan mendasar di sektor pariwisata, ” harapnya.

Saatnya memberikan penghargaan yang sepantasnya kepada lulusan pariwisata Bali, karena mereka adalah aset utama yang akan menjaga dan memastikan Bali tetap menjadi destinasi pariwisata dunia yang tak tertandingi. (Ray)

Continue Reading

Pariwisata dan Budaya

Mercure Kuta Bali Celebrates Ramadan with UMKM Bazaar & Community Support Activities

Published

on

By

KUTA ‐ Kamis 13/3, Mercure Kuta Bali is proud to host an MSME Bazaar during the month of Ramadan, as part of its commitment in supporting Bali’s young entrepreneurs and local economic empowerment. The bazaar offers affordable fees for MSME players who wish to market their products to domestic and foreign tourists at the strategic location of Kuta Beachfront.

In addition to supporting local entrepreneurs, Mercure Kuta Bali also held a sharing activity with underprivileged and orphaned children as part of its Corporate Social Responsibility (CSR) program. In this blessed moment, the hotel held a charity event and breaking fast together which was also attended by media partners, travel agents, WO, and EO to provide happiness and support for those in need.

As part of the effort to preserve Balinese culture, Mercure Kuta Bali also presents Balinese Cultural Show every Thursday. This event provides a platform for Balinese dancers to showcase the beauty of traditional dance while contributing to the sustainability of cultural tourism in Bali. With this program, it is hoped that the younger generation will still have pride in their cultural heritage and tourists can have an authentic experience while staying at Mercure Kuta Bali.

“We want to make this month of Ramadan more meaningful by providing support for local MSMEs and sharing happiness with those in need. In addition, we also continue to be committed to preserving Balinese culture through art performances that can be enjoyed by guests and the local community,” said Pantri Arini, Hotel Manager of Mercure Kuta Bali.

With the spirit of togetherness and sustainability, Mercure Kuta Bali invites all local communities, tourists, and stakeholders to participate in this special event.(Tim)

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku