Connect with us

Daerah

Geger Beras Palsu, LPK-LI Ungkap Ciri – Cirinya

Published

on


GatraDewata[Denpasar] – Beras merupakan komoditi pangan yang paling diminati masyarakat. Mungkin kita pernah dengar ‘gak makan nasi gak kenyang’ – nah, beras merupakan bahan pangan yang menjadi bahan utama keseharian masyarakat Indonesia.

Ditemui di halaman parkir kantor Kriminal Khusus (Krimsus) Polda Bali, perwakilan Lembaga Perlindungan Konsumen Lembakum Indonesia (LPK-LI), Wakapimkorpus Anton Hartono SE.SH.CPMTD, bersama  perwakilan perusahaan beras merk Putri Sejati, yang berkedudukan di Banyuwangi, Jawa Timur, Pujianto terlihat keluar dari ruangan kantor Krimsus Polda Bali.
Anton Hartono yang juga merupakan kuasa hukum Putri Sejati mengatakan bahwa telah terjadi keluhan masyarakat yang diadukan melalui media sosial. “Kami telusuri di wilayah hukum Polda Bali ternyata ada beberapa merk, yang merespon pengaduan ini adalah beras merk Putri Sejati, bahkan mereka membeli karung bekas seharga Rp 2,500-3,000 rupiah untuk memalsukannya, bahkan di pabrik tidak sampai Rp. 1,000 untuk kemasan kampilnya. Kami sudah mengantongi pelaku pengusaha pengoplosan yang berinisial AGS atau UD. HR.,” ungkap Anton, Selasa (19/10/2021).

Dari hal tersebut ditemukan ada perbedaan kondisi beras, yakni rasa yang berbeda dari biasanya; kemasan tidak sama; tali segel mestinya terdiri dari 5 warna; sampai dengan mengurangi bobot timbangan dari beras tersebut.

Tentu semua itu merupakan pelanggaran hukum pidana berlapis, pasal 258 KUHP, yaitu kejahatan terhadap pemalsuan ukuran dan timbangan; pelanggaran undang-undang (UU) merek karena berjualan produk palsu atau KW yakni pasal 90 dan pasal 91 dan 92 dan 93 dan 94 UU no 15 tahun 2001 tentang penggunaan merek; melanggar UU perlindungan konsumen UU nomer 8 tahun 1999 pasal 62 ayat 1 yang dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah). Bukan itu saja, pelaku juga berpotensi melanggar UU no 18 tahun 2012 tentang pangan, pasal 139 mengisi ulang kemasan akhir.

Pujianto yang merupakan perwakilan dari produsen beras Putri Sejati juga menekankan hal yang sama, dari bobot berat menggunakan tera, kualitas produk juga terjamin dari produsen. “Ciri – ciri beras putri sejati menggunakan segel 5 benang berwarna, benang nilonnya ada 2, hitam dan merah. Kalo ada yang palsu jahitannya pasti terlihat, bahkan yang KW benang cuma 3,” jelas Pujianto.

Ia juga berharap masyarakat dapat tercerahkan dengan sosialisasi ini agar teliti dalam memilih beras sebagai konsumsi untuk keluarganya. Ia juga menambahkan bahwa warna putih pada beras putri sejati bukanlah dari pemutih, melainkan technologi pencucian yang canggih, dan menjaga kualitas beras tidak berbau apek saat disimpan lama. “Beras Putri sejati itu tanpa kimia, dan juga diberikan pandan asli agar berbau harum, bahkan bila beras pecah banyak dalam satu bulir bisa dicurigai itu palsu. Berat beras Putri sejati itu memang lebih sedikit dari bobot tertera, mencegah susut, bila kurang bobotnya harap dikembalikan,” jelasnya, sembari mengatakan beras ini merupakan produk asli nusantara.

Ditemui diruang kerjanya Kasubdit (Kepala Sub Direktorat) 1 Ditreskrimsus Polda Bali, AKBP Teguh Priyo Wasono, mengungkapkan bahwa dirinya masih melakukan penyelidikan dan penyidikan adanya dugaan pelanggaran perlindungan konsumen. “Kita bersama pihak terkait, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat bekerjasama untuk bersama – sama masyarakat dalam memonitoring dilapangan. Beras 5 kilo yang dibeli tidak sesuai takarannya misalnya itu merupakan pelanggaran pidana,” pungkasnya.

Di hari yang sama LPK-LI juga melakukan sidak di bilangan Mahendradata, Denpasar. Bertemu dengan pemilik toko agus adi Nugraha yang sempat tokonya disatroni pihak kepolisian yang kedapatan diduga memiliki beras dengan bobot timbangan yang kurang, mengaku bahwa pihaknya membeli dari supplier sekitar.

“Saya hanya menjual kembali, saya gak ada menjual barang palsu apalagi mengemas ulang. Saya kedepannya berjanji dan juga memberitahukan bahwa distributor untuk tidak melakukan hal tersebut yang merugikan kami,”tutupnya.[SWN]


Daerah

Dukung Penuh Petani, Bupati Kembang Salurkan ribuan Bibit Tanaman dan Pupuk Organik

Published

on

Jembrana – Kakao menjadi komoditas unggulan di kabupaten Jembrana yang mendapat perhatian khusus dari Pemkab Jembrana mulai dari hulu sampai hilir sehingga kakao Jembrana mampu merambah pangsa pasar dunia Internasional.

Melalui kerjasama dengan berbagai pihak, Pemkab Jembrana terus mendorong mewujudkan kebun-kebun kakao yang bersertifikasi yang mampu menghasilkan produk kakao fermentasi dengan kualitas “Organik Aromatik Spesifik”.

Upaya itu pun direalisasikan dengan pemberian bantuan 19.999 bibit kakao unggul dan 99,9 ton pupuk organik kepada 8 subak abian dan kelompok tani di Kabupaten Jembrana oleh Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dan Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna, Minggu (11/5) di Kelompok Tani Kakao Rastani, Banjar Candikusuma, Desa Candikusuma.

Bupati Kembang saat melakukan simbolis penyerahan bibit kakao di Kelompok Tani Kakao Rastani, Banjar Candikusuma, Desa Candikusuma.

“Hari ini saya ingin bibit yang diterima cukup banyak ini dengan anggaran hampir setengah miliar yang murni dianggarkan dari APBD supaya bisa betul-betul bermanfaat,” ucap Bupati Kembang, usai acara penyerahan secara simbolis.

Diharapkan, pemberian bantuan bibit unggul dan pupuk organik dapat memicu peningkatan produktivitas dan daya saing produk kakao, yang pada saat ini produksinya mencapai 3.000 ton pertahun.

Kakao Jembrana yang telah berhasil menembus pasar ekspor, menjadi pemacu semangat Bupati Kembang Hartawan dan Wabup Patriana Krisna untuk terus mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas kakao ini. Salah satu upayanya juga dengan meminta dana bagi hasil melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) di bawah Kementerian Keuangan RI.

“Karena kakao kita sudah menembus pasar ekspor, maka kita akan bersurat, sehingga nanti harapannya kita mendapat dana bagi hasil cukai kakao, dan kita akan gunakan dana itu sepenuhnya untuk petani kakao,” ujar Bupati Kembang.

Pihaknya menegaskan tidak akan mengembangkan terlalu banyak jenis komoditi perkebunan, pengembangan kakao akan menjadi prioritas untuk semakin meningkatkan posisi Jembrana sebagai produsen kakao berkualitas dunia.

“Tidak banyak jenis yang kita kembangkan, yang kita utamakan justru kakao. Mudah-mudahan, kita doakan petani kita sukses semua,” tutupnya.

Continue Reading

Daerah

Tegas! Polsek Gilimanuk Kembalikan Anak Punk Tanpa Identitas

Published

on

Jembrana – Sebanyak lima orang anak punk yang masuk ke Bali tanpa dilengkapi identitas resmi berhasil diamankan di kawasan SPBU Gilimanuk, Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Rabu (30/4) siang. Penanganan cepat dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Babinsa, Satpol PP dan Linmas Kelurahan Gilimanuk dengan didampingi aparat setempat, demi menjaga kondusivitas wilayah pintu gerbang Bali tersebut.

Kejadian bermula sekitar pukul 12.30 Wita, saat petugas melakukan patroli rutin di seputaran Pelabuhan Gilimanuk. Mereka menemukan lima pemuda bergaya punk yang mencurigakan tanpa membawa kelengkapan identitas diri. Dari hasil pendataan, kelima orang tersebut masing-masing bernama Trian (21), Dean (27), Ahmad Bajuri (32), Edi (24), dan Hisan Fauzi (25), seluruhnya berasal dari Bandung, Jawa Barat.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun, kelima anak punk ini mengaku berangkat dari Bandung dengan tujuan Denpasar. Namun, untuk menghindari pemeriksaan petugas di pintu masuk resmi Pelabuhan Gilimanuk, mereka memilih berjalan kaki melewati jalur pesisir pantai.

Kelima anak punk tanpa identitas dikembalikan ke pulau jawa dengan dikawal ketat anggota kepolisian Polsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk

Kapolsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Kompol I Komang Muliyadi, S.H., M.M., menyatakan bahwa pihaknya memang rutin memperketat pengawasan terhadap orang-orang yang keluar-masuk Bali, khususnya di area pelabuhan. “Kami selalu tekankan personel di pos-pos pemeriksaan, termasuk mengawasi jalur-jalur tidak resmi yang kerap dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Selanjutnya, Lurah Gilimanuk, Ida Bagus Tony Wirahadikusuma yang didampingi Kasi Trantib, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan personel Pol PP setempat, langsung memberikan pembinaan dan imbauan kepada para anak punk tersebut. Mereka diingatkan agar tidak melakukan tindakan yang mengganggu ketertiban umum maupun lalu lintas jalan.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kelima anak punk itu akhirnya diputuskan untuk dikembalikan ke daerah asal. Pada pukul 14.20 Wita, mereka diberangkatkan menggunakan KMP Trisakti Elfina melalui Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk. Pengawalan ketat dilakukan hingga mereka naik ke atas kapal oleh personel Polsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Lurah Gilimanuk, Satpol PP, Linmas, dan Bhabinkamtibmas.

Continue Reading

Daerah

Bersama dalam Sunyi, Warga Serangan dan BTID Bangun Masa Depan

Published

on

By

Masyarakat Adat Serangan.

DENPASAR – Di tengah dinamika pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Desa Adat Serangan dan PT Bali Turtle Island Development (BTID) menunjukkan kolaborasi yang kuat dan konsisten. Tanpa banyak sorotan, keduanya terus berjalan beriringan membangun kawasan dengan semangat kebersamaan dan saling percaya.

Sejak lama, hubungan antara warga Serangan dan BTID tidak hanya bersifat formal, tapi juga personal dan kekeluargaan. Dalam setiap aspek kehidupan—adat, budaya, lingkungan, hingga pembangunan—masyarakat dilibatkan secara aktif.

“Keterbukaan untuk berkomunikasi selalu kita jaga. Tidak semua harus diumumkan, yang penting kepercayaan dan niat baik,” ujar Jro Ketut Sudiarsa, Mangku Pura Pat Payung.

Jro Ketut menyampaikan dukungan penuh terhadap pembangunan KEK Kura Kura Bali, seraya berharap berkah dari Ida Betara Dalem Pat Payung agar semua rencana berjalan lancar.

Bendesa Adat Serangan, I Nyoman Gede Pariatha, menegaskan pentingnya menjaga harmoni. Ia menyebut bahwa komunikasi adalah kunci untuk merawat hubungan yang baik, termasuk dengan investor seperti BTID.

“Kami ingin pembangunan ini membawa manfaat dan kesejahteraan bagi warga. Kura Kura Bali adalah bagian dari desa kami,” ujarnya.

Kontribusi nyata BTID selama ini juga tak sedikit. Sejak kesepakatan tahun 1998, BTID telah menyerahkan lahan lebih dari 7 hektar, menyediakan fasilitas umum, dan membantu akses ibadah. Salah satu hal yang paling dikenang adalah keputusan BTID untuk tidak melakukan PHK terhadap karyawan asal Serangan saat pandemi Covid-19.

“Saat perusahaan lain memberhentikan pegawai, warga kami tetap digaji. Itu sangat berarti,” kata Gede Pariatha.

Lurah Serangan, Ni Wayan Sukanami, turut menyampaikan hal senada. Ia mengapresiasi komunikasi baik yang terus dibangun antara warga dan BTID, termasuk dalam pengembangan infrastruktur seperti jembatan ke Pura Sakenan yang dulunya hanya bisa diakses dengan berjalan kaki atau jukung.

“Kontribusi BTID banyak dan positif. Hubungan tetap harmonis dan kondusif,” ujarnya.

Kolaborasi ini membuktikan bahwa pembangunan yang berakar pada budaya dan keharmonisan bukan hanya mimpi. Ia sudah berjalan nyata, meski tanpa hingar-bingar. (Tim)

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku