Hukum
Advokat Togar Situmorang Soroti Pelanggaran Etika dan Hukum di Beach Club Finns Bali

BADUNG – Advokat dan kurator, Dr. Togar Situmorang, menyampaikan rasa keprihatinannya atas peristiwa yang baru-baru ini menggemparkan masyarakat Bali.
Kejadian tersebut dianggap memilukan sekaligus memalukan, terutama mengingat Pulau Dewata yang dikenal sebagai Pulau Seribu Pura dengan kekayaan budaya dan tradisi, dilecehkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Insiden yang dimaksud adalah pesta kembang api yang digelar oleh Beach Club Finns, yang berlangsung di tengah prosesi persembahyangan umat Hindu di pantai. Video kejadian ini telah viral di media sosial, memicu kekecewaan di kalangan masyarakat Hindu Bali.
“Saya sangat prihatin dan ingin memberikan komentar terkait kejadian ini,” ungkap Dr. Togar Situmorang.
Ia menekankan bahwa setiap kegiatan atau acara yang diadakan di suatu tempat harus mendapatkan izin dan memenuhi standar yang berlaku, baik dari segi legalitas maupun etika.
Namun yang lebih penting, ia menyoroti bahwa penyelenggara acara harus mengedepankan rasa toleransi dan menghormati masyarakat lokal, terutama mayoritas Hindu di Bali.
Dalam insiden ini, Beach Club Finns tetap melaksanakan pesta kembang api meskipun telah ada koordinasi sebelumnya dengan Desa Adat Berawa, yang meminta agar acara tersebut ditunda karena bertepatan dengan upacara persembahyangan. Permintaan ini, sayangnya, diabaikan oleh pihak penyelenggara karena acara telah dijadwalkan.
Dr. Togar menyampaikan rasa kekecewaannya atas sikap tersebut, mengingat prinsip “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” seharusnya dipegang teguh oleh siapa pun yang menyelenggarakan kegiatan di Bali.
“Menghormati tradisi lokal dan masyarakat setempat adalah hal yang wajib dilakukan, apalagi ketika acara tersebut berlangsung di wilayah yang menjadi tempat penting bagi ritual keagamaan,” tegasnya.
Sebagai advokat, Dr. Togar meminta Majelis Desa Adat, Satpol PP, dan pihak terkait, termasuk imigrasi, untuk memeriksa izin yang dimiliki oleh Beach Club Finns. Berdasarkan beberapa informasi yang diperolehnya, terdapat ketentuan adat yang menyatakan bahwa beach club hanya diizinkan menggelar pesta kembang api dua kali seminggu di pantai, namun Finns diduga melanggar aturan tersebut dengan menggelar pesta setiap hari.
Tidak hanya itu, keberadaan tenaga kerja asing di Finns Beach Club juga menjadi perhatian. Informasi yang diterima Dr. Togar menunjukkan bahwa terdapat sekitar 300 tenaga kerja asing yang bekerja di sana, namun pihak Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai hanya mencatat sekitar 20 orang saja yang terdaftar secara resmi.
“Kami meminta pihak imigrasi untuk menindaklanjuti dan memastikan legalitas formal dari tenaga kerja asing yang dipekerjakan oleh Finns Beach Club,” ujar Dr. Togar.
Ia juga menambahkan bahwa banyak tenaga kerja asing yang diduga bekerja di Bali dengan menggunakan visa turis, yang seharusnya tidak diperbolehkan.
Jika ditemukan ada warga negara asing yang bekerja tanpa izin resmi, mereka dapat dikenakan sanksi administratif hingga deportasi.
Selain itu, sanksi pidana juga berlaku bagi mereka yang menyalahgunakan izin tinggal atau bagi pihak yang memberikan pekerjaan kepada tenaga asing yang tidak memenuhi persyaratan.
Berdasarkan Pasal 122 UU Keimigrasian, pelanggaran ini dapat diancam pidana penjara maksimal lima tahun dan denda hingga Rp500 juta.
Dr. Togar Situmorang menutup pernyataannya dengan harapan agar kejadian serupa tidak terulang lagi dan pihak berwenang dapat mengambil tindakan tegas terhadap segala bentuk pelanggaran hukum dan etika di Pulau Bali. (Ich)

Hukum
Setahun Mandek Laporan Polda Bali, Kasus Penipuan Tanah Rp1,85 M di Badung Tuai Sorotan

DENPASAR – Kasus dugaan penipuan jual beli tanah senilai Rp1,85 miliar di wilayah Mengwi, Badung, hingga kini belum menunjukkan perkembangan berarti sejak dilaporkan ke Ditreskrimum Polda Bali lebih dari setahun lalu. Lambannya penanganan perkara ini memicu sorotan dari publik dan tim kuasa hukum korban.
Korban, seorang agen properti bernama Liana, membeli sebidang tanah seluas 3,3 are di Desa Tumbak Bayuh dari pria berinisial FH pada 2022. Transaksi dilakukan secara resmi melalui notaris berinisial IFF, lengkap dengan akta jual beli (AJB). Namun belakangan terungkap, tanah tersebut telah lebih dahulu dijual kepada pihak lain.
Merasa dirugikan, Liana melaporkan FH ke Polda Bali pada Maret 2024. Sayangnya, hingga kini proses hukum masih jalan di tempat. Salah satu kuasa hukum korban, Benny Wullur, menyayangkan lambatnya penanganan perkara ini.
“Kami pernah menangani kasus serupa yang bisa cepat selesai. Tapi ini sudah lebih dari setahun, belum ada kejelasan,” ujar Benny saat ditemui di Denpasar, Rabu (30/4/2025). Ia menambahkan, kliennya mengalami kerugian tidak hanya secara materiil, tetapi juga psikologis karena gagal memiliki rumah dan masih harus mengontrak hingga saat ini.
Kuasa hukum lainnya, I Putu Harry Suandana Putra, menegaskan bahwa pihaknya telah menyerahkan seluruh bukti yang diperlukan, dan kliennya juga telah menjalani pemeriksaan beberapa kali. Namun, ia menilai penyelidikan berjalan lambat dengan alasan klasik.
“Katanya terlapor belum ditemukan, padahal kami sudah memberikan petunjuk keberadaan FH di Jakarta,” jelas Harry. Ia juga menyoroti isi tiga kali Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) yang diterima, yang dinilai hanya normatif dan tidak menyentuh pokok perkara.
Saat mereka menemui Kanit 1 Subdit 2 Ditreskrimum Polda Bali, Kompol I Nyoman Widiarsana, pihaknya diberi informasi bahwa gelar perkara sedang dijadwalkan untuk menentukan peningkatan status dari penyelidikan ke penyidikan.
Kasus ini kini menjadi sorotan publik, mencerminkan lambannya proses hukum meskipun bukti awal telah dimiliki penyidik. Tim kuasa hukum berharap ada atensi khusus dari Kapolri, Propam, dan pimpinan Polda Bali untuk segera menuntaskan perkara ini secara adil. (Ray)
Hukum
MK Putuskan Pasal Penghinaan di UU ITE Tak Bisa Dipakai Pemerintah dan Korporasi

JAKARTA – Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa ketentuan pidana penghinaan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tidak berlaku bagi lembaga pemerintah, korporasi, institusi, kelompok masyarakat, maupun profesi atau jabatan tertentu.
Dalam pembacaan putusan perkara Nomor 105/PUU-XXII/2024, Selasa (29/4/2025), Ketua MK Suhartoyo menjelaskan bahwa frasa “orang lain” dalam Pasal 27A dan Pasal 45 ayat (4) UU ITE hanya berlaku bagi individu atau perseorangan. Dengan demikian, pasal tersebut tidak dapat digunakan untuk menjerat pelaku yang dianggap mencemarkan nama baik lembaga atau kelompok.
“Frasa ‘orang lain’ dalam pasal tersebut bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat jika tidak dimaknai sebagai individu atau perseorangan,” ujar Suhartoyo.
MK juga menilai bahwa penyebaran informasi yang bersifat hasutan atau menimbulkan permusuhan hanya dapat dijerat hukum jika secara substansial mengandung unsur kebencian berbasis identitas tertentu, dilakukan secara terbuka, dan menimbulkan risiko nyata terhadap diskriminasi, permusuhan, atau kekerasan.
Hakim Konstitusi Arief Hidayat dalam pendapatnya memperjelas bahwa korban pencemaran nama baik yang dimaksud dalam Pasal 27A adalah individu, bukan lembaga. Namun, lembaga atau korporasi tetap bisa menempuh jalur hukum perdata jika merasa dirugikan.
Permohonan uji materi ini diajukan oleh Daniel Frits Maurits Tangkilisan, warga Jepara, Jawa Tengah, yang menggugat empat pasal dalam UU ITE: Pasal 27A, Pasal 45 ayat (4), Pasal 45 ayat (2), dan Pasal 28 ayat (2). (Tim)
Hukum
Sengketa Lahan di Denpasar Memanas, Polisi Turun Tangan Amankan Pengukuran BPN

DENPASAR – Ratusan anggota kepolisian dari berbagai unit diterjunkan untuk mengantisipasi perlawanan dari pihak yang melaporkan persoalan pengerusakan yang kini ditangani kepolisian polresta Denpasar.
Pengukuran lahan ini terletak di wilayah premium di Kota Denpasar, yakni Jalan Badak Agung Utara, Sumerta Klod, Denpasar Timur, pada Selasa (29/4/2025). Ini dilakukan untuk mengetahui secara jelas patok – patok kepemilikan Nyoman Suarsana Hardika alias Nyoman Liang.
Berdasarkan keterangan Kabag Ops Polresta Denpasar, Kompol I Nyoman Wiranata dirinya mengatakan kegiatan ini untuk membantu penyelidikan yang sedang berlangsung.
“Kami hanya mengantisipasi bila ada miskomunikasi”
Ia juga menjelaskan bahwa dirinya atas permohonan bantuan yang dilakukan atas permintaan Satreskrim Polresta Denpasar, dalam menangani kasus pelaporan pengerusakan terhadap tembok yang didirikan oleh pemilik SHM.
“Kita mengerahkan kurang lebih 219 personel yang terdiri dari 60 Brimob, 62 dari Samapta Polda Bali dan 97 personel Polresta, ” Ungkapnya.
Menanyakan langsung kepada pihak kuasa hukum pemegang SHM I Dewa Gede Wiswaha Nida, yang merupakan kuasa hukum Nyoman Suarsana Hardika alias Nyoman Liang, mengatakan,
“Pengukuran ini bukan sekadar formalitas. Kami ingin pastikan batas tanah yang diduga dirusak memang berada dalam SHM klien kami, ” terangnya.
Nyoman Liang merupakan pemilik sah Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 1565 atas lahan tersebut. SHM ini diterbitkan oleh Kantor ATR/BPN Denpasar pada 5 Januari 2024. Namun, hingga kini, kliennya belum dapat memanfaatkan tanah itu karena klaim dari pihak lain.
“Klien kami pemilik sah dari SHM tersebut dan sampai saat ini belum ada keputusan inkracht terhadap pembatalan sertifikat tersebut, ” Ujarnya menambahkan.
I Made Suryawan selau petugas pengukur dari ATR/BPN, kegiatan ini adalah permohonan dari pihak kepolisian untuk bahan penyidikan.
“Kami hanya ambil data di lapangan, tidak ada kepentingan pemecahan atau penetapan batas”
Berlanjut kepada pihak terlapor yang mengklaim sebagai ahli waris, I Wayan Jayadi Putra selaku kuasa hukum menyatakan akan menghormati proses hukum yang ada.
“Kami dukung pengukuran ini, tapi jika hasilnya digunakan di luar kepentingan penyidikan, tentu kami akan ambil langkah hukum,” tandas Jayadi.
Putra dari AA Ngurah Mayun, Anak Agung Ngurah Bagus Wirananta alias Turah Bagus, menambahkan bahwa ia tidak setuju bila ada upaya pengalihan hak kepemilikan lahan.
Perlu diketahui bahwa dari pemberitaan sebelumnya, sengketa ini bermula sejak upaya Nyoman Liang memasang papan plang pada Januari lalu berujung konflik. Bahkan, tembok yang sempat dibangun kemudian dirusak oleh pihak tak dikenal, hingga kasus ini dilaporkan ke Polresta Denpasar.
Kini, dengan adanya data resmi dari BPN, kuasa hukum berharap proses hukum berjalan lebih objektif.
“Semoga ini menjadi bukti penting bagi penyidik dalam menentukan langkah selanjutnya,” tutup Dewa Nida. (Ray/tim)
-
Mangku Bumi6 years ago
HIDUP DHARMA
-
News1 year ago
Diduga Gelapkan Dana Ratusan Calon Pekerja Migran, Pengusaha Ibukota Diajukan Ke Meja Hijau
-
News2 years ago
Geger!! Siswi Kelas 2 Smp Ditemukan Gantung Diri Di Kandang Sapi
-
News10 years ago
Post Format: Gallery
-
News3 years ago
Kasus Ungasan, Orang Misterius Hadir ditengah Upacara sebut Kutukan Telah Jalan
-
Daerah4 years ago
Jangan Sampai Jadi Pemangku Tanggung, Ikuti Kursus Kepemangkuan Disini!
-
Mangku Bumi7 years ago
Mengenal lebih dekat Sareng Ide Sire Empu Dharma Sunu dari Griya Taman Pande Tonja Denpasar
-
Daerah4 years ago
Miris! Nusa Dua Tampak Seperti Abandoned City