Connect with us

Mangku Bumi

“WANGKE LUMAKU” (Bangkai Berjalan) IV

Published

on


Yening kite tan weruh maring linging “Sanghyang Aji Aksara”,
Tan bina kite “Wangke Lumaku”

Matahari selalu bersinar di tempatnya berada, bumilah yang berputar membuat cahayanya terhalang mencapai bagian membelakangi, putaran bumi yang menentukan siang malam pada bagian dirinya, halnya kesadaran yang lupa kesejatian diri menjalani kebelapan hidup

Demikian putaran pikiran manusia memunculkan segenap prasangka atas apa yang di saksikan, manusia menamainya “mata-tunggal” MATA’nya’HARI, matahari sendiri hanya bersinar tidak pernah melakukan klaim diri sebagai penyinar kehidupan bumi atau sebagai yang tidak menyinari bumi, demikian tuhan

Tak ada bahasa ketuhanan yang meng’klaim “sosok hidup” sebagai perwakilan tuhan, jika seseorang atau “AKU” masih merasa diri, di pastikan dia belum pernah bersentuhan dengan tuhan, klaim adalah indikasi dia belum mewarisi sifat welas-asih tuhan yang tidak terikat pada apa yang diciptanya , yang mengklaim dirinya tuhan samasekali bukan tuhan, itu hanya sebatas prasangka wujud ego belaka

Masuklah mengamati kedalam dirimu, perhatikanlah dengan seksama “apa saja yang di kerjakan oleh yang melihat di balik materi” itu, adakah dia mengklaim diri sebagai yang mengamati di balik materi ataukah dia hanya diam mengamati, “menjadi” yang mencapai pengetahuan, menjadi yang mencerahkan sekaligus yang tercerahkan

Dimulai dari SA-KANAN- kecerahan, yang juga tempat mulai terbitnya matahari, berawal dari kecerahan, namun yang terikat pada kecerahan terjebak dalam angan-angan kesucian, ego spiritualitas maupun rasa berketuhanan, kecerahan memulai guna mewaspadai kebinatang tubuh, bukan terus-menerus bergelut dengan pengetahuan kecerahan, bahkan tidak untuk disembah melebihi tuhan itu sendiri

Kecerahan guna pencerahan sang diri untuk melihat dan mewaspadai kebinatangan tubuh, yang cerah penyaksi kebenaran, sebagai penyaksi pengetahuan, namun belum “menjadi”,
masih tahap belajar dari kesaksian, dan yang melekat pada kecerahan yang menjadi pelajar seumur hidupnya, bahkan kecerahan itu dibawanya sampai mati

Halnya wadah pendidikan formal, diberi pelajaran berhitung dan membaca, rumus-rumus dasar dan lain sebagainya, namun ketika memasuki pergaulan luas atau dunia kerja dan ketika menjalani realitas hidup, rumus efektif untuk penuntasan masalah hidup bukan rumus matematika, fisika atau kimia, tetapi rumus hidup pemegang peran utama

Siapakah yang bisa mengajari rumus hidup, bisa jadi satu rumus kehidupan relevan pada dua, tiga hingga sejuta orang, namun bermilyar yang lain, belum tentu sepakat dengan ide dimaksud, karena setiap diri mewarisi kehendak bebas penciptanya, setiap pribadi unik

Ketuhanan bukan tentang kemelekatan pada peraihan kecerahan, “SA” awal kecerahan masih terdiri pada kondisi wujud, masih tersisa sembilan lompatan untuk memasuki poros, pusat putaran “I-YA” tercapainya poros, posisi diam melihat kesegala penjuru, sedemikian SA belum lah akhir dari segalanya, sebaliknya “awal” di mulainya perjalanan mencapai kesejatian, boro-boro tuhan

Yang terjebak kondisi kecerahan, memberi penilaian hidup sedangkal gelap-terang, baik-buruk, salah-benar, yang masih terjerat kebinatangan tubuh, yang memiliki rasa cemburu, balas dendam, memerangi, pemaksaan kehendak, memperbudak, bersifat menjajah, yang merasa diri telah suci, yang merasa menemukan kebenaran tuhan, yang tidak berdaya pada ombang-ambing gejolak rasa, yang merasa

Yang mengenal tuhan tidak merasakan tuhan, namun bekesadaran satya yang tidak tergoyahkan, halnya tuhan memanifestasikan diri sebagai seluruh keberadaan itu tidak “merasa” sebagai pencipta, akan tetapi “menjadi”, ketika berada di dalam tubuh pembungkusnya lah ia merasa, atau tersadar atas hidupnya, kesadaran lah yang menimbulkan prasangka

Demikian dengan prilaku tuan pemilik kesadaran sempurma ini, idealnya meniru prilaku tuhan pencipta yang “menjadi”, bukan yang mengklaim diri tuhan atau wakil tuhan mencipta kekacau-balauan di kehidupan manusia

Manusia terlahir sebagai Angkara mengandung sifat liar kebinatangan tubuh, Angkara yang sama pada giliranya mencapai Ongkara yang berpengetahuan, pencapaian keseimbangan keduanya manjadi Ungkara atas “GUNA” pemelihara kehidupan semesta

Angkara Ungkara Ongkara merupakan satu kesatuan utuh tidak terpisah, keselarasan ketiga aspek utama hidup itu jalan mencapai keseimbangan hidup, suka tanpa wali duka : Mokshartam Jagadhita Ya Cha Ity Dharma, api kebahagiaan yang tidak padam

Atlantia Ra


Mangku Bumi

Peringati Hari Pahlawan PEKAT IB Laksanakan Penanaman 100 Bibit Bakau

Published

on

Denpasar – Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (PEKAT IB)) DPW PEKAT IB Provinsi Bali kali ini mengadakan kegiatan yang sangat positif dalam rangka memperingati hari Pahlawan tahun 2023, di hutan Mangrove Tuban, Kamis /02/11/2023

Widodo Marmer SE, MMA selaku Sekretaris Wilayah PEKAT IB Provinsi Bali mengatakan Program kegiatan DPW PEKAT IB ini diiimplementasikan melalui program kegiatan penanaman bakau.

” Kami rencanakan tanggal 10 November sementara dari hitungan iklim tanggal 10 November itu air laut pasang atau tinggi, maka kegiatan di majukan pada hari ini tanggal 2 November kondisi air memungkinkan menanam bakau dengan mengundang teman – teman organisasi lain yang mau ikut dalam kegiatan ini “ucap Widodo Marmer SE, MMA

Lanjut Widodo Marmer, Kegiatan penanaman pohon bakau kali ini menyediakan 100 pohon bakau saja dan program akan terus berkelanjutan dan ini merupakan program PEKAT IB untuk melestarikan alam atau lingkungan.

Kegiatan ini juga turut serta ormas dan partai, terkait hal tersebut Widodo Marmer menjelaskan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran Rumah Tangga PEKAT IB pasal 7 bahwa PEKAT IB tidak ber afiliasi dengan atau kepada salah satu partai tetapi ada kegiatan di DPP Pusat yang sudah mendukung salah satu partai tetapi kami di DPW tidak mendukung siapapun dan kami murni memiliki tujuan membantu tanah air dan pemerintah melalui organisasi kemasyarakatan

Kami juga akan membantu TNI dan POLRI menjaga keamanan dalam pelaksanaan Pemilu yang akan datang , imbuh Widodo Marmer. (Ich)

Continue Reading

Mangku Bumi

Ki Ageng Giring III, Royal Ambarrukmo Ajak Tamu Asal Bali Wisata Spiritual Desa Sodo

Published

on

By

Susilo Juru Kunci Makam Ki Ageng Giring III (selama 30 tahun) baju kuning menceritakan kepada Herman Courbois GM Royal Ambarrukmo kisah tentang wahyu air kelapa Ki Ageng Giring III.

YOGYAKARTA – Perjalanan wisata spiritual yang dilaksanakan salah satu tamu Royal Ambarrukmo mendapatkan kisah unik dibelakangnya.

Pengertian tentang pariwisata spiritual juga pernah dikemukakan oleh Bali Travel News (2008) dalam Susanty (2009) di mana pariwisata spiritual merupakan salah satu kegiatan wisata minat khusus, yakni perjalanan wisata menuju tempat- tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi dan lainnya.

Kali ini ke tempat yang dikeramatkan warga sekitar, Pesarean Ki Ageng Giring III di Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kisah ini diceritakan oleh Susilo seorang juru kunci makam Ki Ageng Giring III yang sudah 30 tahun.

” Ki Ageng Giring III merupakan keturunan dari Brawijaya IV dari raja Majapahit, yang beliau disuruh mengemban amanah mencari keberadaan wahyu yang pergi (oncat = hilang) dari kerajaan Pajang, ” ujarnya, Sabtu (24/06/2023).

Ki Ageng Giring III bersama dengan Ki Ageng Pemanahan, kemudian Ki Ageng Giring III bertapa di sekitaran wilayah Sodo lalu Ki Pemanahan di wilayah Kembang Lampir.

Lanjut bercerita, suatu saat Ki Ageng Giring III mendapat firasat untuk menanam sabut kelapa kering (Sepet aking) kemudian sabut tersebut tumbuh menjadi tunas kelapa yang dijaga oleh abdi dalem Ki Ageng Giring III yakni Bintulu Aji.

Lalu firasat kembali muncul, ia mengetahui bahwa barang siapa yang meminum air kelapa muda (degan) sekaligus (1 buah) habis akan menurunkan raja – raja tanah Jawa.

Pohon kelapa tersebut berbuah hanya 1 butir, siapapun dikisahkan tidak mampu memetiknya.

” Untuk memetik dari pohon itu harus menepuk batang pohonnya dan kemudian pohon itu akan menunduk dengan sendirinya dan bisalah diambil pleh Ki Ageng Giring III, ” lanjutnya bercerita.

Ki Ageng Pemanahan pun mendapat informasi tersebut dari Ki Sunan Kalijogo bahwa kelapa itu sudah dimiliki oleh Ki Ageng Giring III.

” Ki Ageng Pemanahan pun menuju arah kelapa tersebut yang ditandai oleh cahaya yang tegak lurus ke langit ”

Tidak disangka – sangka Ki Ageng Giring III yang mensucikan diri atau mandi besar di sungai yang meninggalkan buah kelapa tadi. Kemudian Ki Ageng Pemanahan sampailah ke tempat dimana kelapa itu disimpan lalu memaksa meminumnya walaupun sudah dicegah oleh istri dari Ki Ageng Giring III.

Kemudian saat Ki Ageng Giring III melihat air kelapa tersebut sudah habis, maka dikejarlah Ki Ageng Pemanahan dan menanyakan keturunan ke berapa agar keturunannya (Ki Ageng Giring III) dapat Mukti (Jawa = Makmur, Sansekerta = Bebas), agar kekuasaan tanah Jawa bisa bergantian dengan anak keturunannya, kondisi itu belum juga mendapat jawaban.

Jalan menuju Petilasan Gunung Pasar. (Sumber foto : Syaeful Cahyadi)

Konon singkat cerita di wilayah Desa Gunung Pasar (Petilasan Gunung Pasar) di Kecamatan Dlingo, Bantul ada 7 makam tiban (kijing pitu) misterius yang dipercaya sebagai tanda perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring III ihwal penerus tahta Kerajaan Mataram Islam.

” Walahualam kang mas nanti kelak keturunan ke 7 sampai ke 9 kelak keturunanmu akan menjadi raja tanah Jawa ”

Kemudian mendapatkan jawaban tersebut Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas (hutan) Mentaok (Bumi Mataram), kemudian Ki Ageng Giring III kembali ke wilayah Desa Sodo menyebarkan syiar Islam sambil menunggu kembali kapan keturunannya akan menjadi raja kelak.

” Itulah kisah singkat cerita sejarah paling sepuh dari Kerajaan Mataram Islam, yaitu disini, ” ujarnya mengakhiri. (Ray)

Continue Reading

Mangku Bumi

Kobaborasi Biddokkes dengan Puskor Hindunesia, Bantu Kebutuhan Darah Sulinggih

Published

on

By

dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT - KL selaku Kabiddokkes Polda Bali.

DENPASAR – Relawan Manawa Dharma Puskor Hindunesia di Tabanan melakukan langkah cepat dalam upaya kemanusiaan. Dikabarkan seorang Sulinggih yang sedang dirawat di RSU Tabanan membutuhkan darah golongan O, segera dengan sigap informasi ini diteruskan ke tim PDDI Polda Bali dibawah pimpinan Kompol I Nyoman Rinda,A.Md.Kep dan A.A Gede Dalem Pemayun, SH.,MAP untuk ditindaklanjuti, Kamis (27/04/2023).

Kondisi ini dilakukan karena ketersediaan cadangan kantong darah di rumah sakit sangat minim.

Tidak membutuhkan waktu lama pihak PDDI Polda Bali bergerak dan akhirnya mendapatkan pendonor dengan segera. Bahkan tim PDDI Polda Bali langsung mengirim ambulance untuk jemput bola mendatangi pendonor agar darah yang dibutuhkan bisa cepat dimanfaatkan.

Ida Bagus Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia

“Terimakasih kepada Kapolda dan Kabiddokkes Polda Bali di bawah ke pemimpinan dr. Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL yang sudah merespon cepat, apa yang kami butuhkan, utamanya untuk kebutuhan darah Sulinggih tersebut, ” ujar Ida Bagus K Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia.

Pelayanan cepat tanggap (emergency) ini merupakan sinergitas keberhasilan dari Puskor Hindunesia dengan pihak Biddokkes Polda Bali. Pelayanan ini merupakan layanan kesehatan bergerak (mobile healthy service) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Tak hanya sebatas itu, dalam upacara besar seperti Bethara Turun Kabeh di Pura Besakih, BIDDOKKES Polda Bali dan Puskor Hindunesia juga melakukan pelayanan kesehatan dari tanggal 5-26 April 2023.

Dalam kesempatan audiensi Puskor Hindunesia dengan Kapolda Bali, Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, salah satu poin penting yang menjadi pembahasan adalah keberlanjutan dan perluasan jangkauan kerjasama organisasi swadaya keumatan Hindu tersebut dengan Polda Bali. Utamanya untuk bidang Sosial, Kemanusiaan, Kesehatan dan Pembinaan SDM Hindu.

Kapolda Bali sangat mengapresiasi hadirnya Puskor Hindunesia dalam 20 tahun ini melakukan pelayanan, pengabdian dan pemberdayaan umat Hindu.

“Kami siap akan memperluas kerjasama sosial dengan Puskor Hindunesia seperti kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, bedah rumah dan juga pelayanan kesehatan”, tambah Irjen Pol.Putu Jayan Danu Putra, yang asli Bali juga.

Pihak humas Dekornas Puskor Hindunesia juga mengucapkan terima kasib kepada Kabiddokkes Polda Bali.

Dewa Sudarsana selaku pihak Humas Dekornas Puskor Hindunesia

” Terima kasih dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT – KL atas kebersamaannya dalam melayani anggota jaga dan masyarkat di karya Besakih kemarin, ” pungkas Dewa Sudarsana. (Ray)

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku