Mangku Bumi
TANTRA SHASTRA

Pemaparan lebih tinggi dari kesadaran adalah hidup yang mengetahui rasa hidupnya, yang semula kosong tiada wujud itu berkesadaran hidup di dalam pembungkus hidup’nya, yang hidup yang mulanya kosong ini tidak menjalani perubahan, kesadaran atas hidup’nya tersedia atas terjemahan tubuh pembungkusnya
Tubuh pembungkus inilah Tantra, wujud yang mengandung kekuatan maha mencipta, bukti Kemahaan Kekuatan Ciptanya tidak lain “Dirinya Yang Mewujud Pembungkus Hidup”, dialah kekuatan tertinggi sekaligus terendah, dia batas sekaligus tiada batas, yang tertinggi sekaligus terenadah, begitulah Tantra
Asal kata Tantra :
Tan : memaparkan, mewujudkan sakti/kekuatan kecerdasan dewata yang mengejawantah,
Tra : menyeberangkan, paparan (manifestasi) yang menyeberangkan kondisi “tiada wujud” kepada “wujud”, itulah esensi Tantra
Tantra bisa diartikan sebagai intisari, esensi, atau asal, asal dari kesadaran hidup tidak lain wujud pembungkus hidup’nya, sedangkan wujud berasal dari hidup, dan asal mula dari semua itu : ‘Hidup” yang kemudian berkesadaran atas hidup’nya pada tubuh pembungkus hidup:nya, demikian TANTRA
Dalam perkembangan terjadi penyusutan kesadaran atas kemurnian hidup, pemahaman Tantra ini berakhir memuja siwa, siwa sendiri berarti poros pelayanan, yang setia melayani kesadaran hidupnya, yang melayani kesadaran hidupnya tidak lain yang melihat di balik materi, dia yang menyatakan ini kesadaran hidup’KU, acintya
Sada shiva adalah “dia yang selalu terserap dalam kesadaran”, yang kemudian dikenal sebagai Shiva (Siwa), dia seorang guru rohani. sumbangan terbesarnya terhadap peradaban adalah konsep dharma yang pengajaranya disampaikan dari mulut ke mulut, dan baru kemudian setelahnya ditulis ke dalam kitab
Prinsip-prinsip Tantra terdapat dalam Nigama (pengetahuan), sedangkan praktiknya di dalam Agama/Ageman (Lelaku/Prilaku), sebagian wejangan Siwa itu hilang, sebagian lagi tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga kerahasiaan Tantra terhadap mereka yang awam
Diceritakan Parwati Istri Siwa sering bertanya padanya mengenai pengetahuan rohani. Siwa memberikan jawabannya, dan kumpulan tanya-jawab tersebut dikenal sebagai “Tantra Shastra”
Jika Siwa inti kesadaran, maka Parwa adalah (bagian dalam kesadaran) yang menjadi Titi/Tiang (TI) (jembatan) : bagian dalam yang menjembatani yang tiada wujud pada wujudnya, yaitu kesadaran (Parwa+ti : bagian dalam yang menjadi jembatan) demikian “Tantra”
Jika kita amati lebih seksama, kesadaran hiudp kitalah yang sering bertanya-tanya tentang segala hal, di awali pertanyaan-pertanyaan atas penderitaan kehidupan materi yang teejawab di sisi lebih dalam pada sisi spirit/rohani, asal kata roh itu wruh/weruh/tau atau sadar, kesadaran yang intinya adalah Siwa (pelayan rasa hidup) itu sendiri yang bertanya dan menjawab
Yang adalah kesadaran itu satu-satunya wujud
(eksistensi hidup/ identitas hidup) yang paling setia menemani kehidupan manusia’nya, dalam senang maupun susah hanya dialah yang tak pernah meninggalkannya, dialah yang Satya/Setia, dialah parwa-ti, sakti (istri/dewi) dari Siwa “Kecerdasan/Dewata” sang pelayan yang sadar,
Sadha Siwa
Parwati atau Pertiwi atau “Dewi Ibu” atau Dewi Kemakmuran, Dalam satu sloka githa pujaan dilukiskan sebagai penjelmaan kekuatan (sakti) penyokong alam semesta
Bagaimanakah dia di sebut sebagai Dewi kemakmuran, Dewi adalah sebutan lain dari sakti/kekuatan yang adalah bayangan kecerdasan “maha-sempurna” yang berwujud, Dewi tidak lain wujud nyata dari kekuatan cipta itu sendiri atau kekuatan cipta sang hidup itu sendiri atau kekuatan sakti dari Sang Maha Hidup, sehingga setiap wujud itu mengandung sakti, sedang inti hidup yang mewujud disebut Siwa/Sang Pelayan
Parwa-Titi disebut Dewi Kemakmuran sebab apapun yang mewujud diawali oleh penopang hidup, semisal diawali terbetuknya rantai makanan, sebab tidak ada mahluk hiidp yang bisa bertahan hidup tanpa makanan, dikenalah dia sebagai “Dewi-Kemakmuran”
Yang hidup tidak lepas dari keinginan hidupnya, dimulai perlombaan berenang dari lebih 60 juta sperma mencapai ovum untuk menjadi Zygote, melalui gerbang saluran reproduksi wanita yang dirancang sedemikian rupa untuk menghentikan sperma yang lemah
Jalur sulit dari serviks ke telur hanya bisa dilewati oleh yang tercepat, ia harus mengalahkan semua saingan dan juga menghadapi serangan imunitas dan kolam asam, hanya perenang terkuat yang berhasil melewati jalur-jalur sempit striktur, sementara yang lemah terperangkap arus dari arah berlawanan, sehingga mendorong mereka mundur saat makin mendekat
Sehingga dipastikan yang mencapai ovum membentuk zyhote kemudian berkembamg menjadi Embrio adalah benih hidup yang terkuat, dan yang terlahir adalah yang terkuat sejak semula, yang lemah tereliminasi sedemikian adanya, tidak ada istilah memohon kemudahn kepada sel telur atau petugas penguasa gerbang saluran reproduksi,mereka harus tampil mandiri (swaha) layaknya jawara sampai terlahir sebagai “ksatria Bintang Kehidupan”, demikian ketatnya perjuangan menjadi manusia sejak awal mula
Sedemikian kehendak bebas itulah kehendak asli hidup, bahkan yang hidup itu sendiri lah yang berusaha membebaskan diri ketika bangunan penopang (kesadaran) hidupnya mulai kehilangan keseimbangan fusi’nya
Atau kehendak membebaskan diri dari derita rasa hidup , disinilah Parwati atau kesadaran yang lebih dalam mulai berperan, kesadaran mulai bertanya-tanya atas pelayanan hidupnya, bertanya-tanya tentang inti dari esensi hidup itu sendiri, kepada Siwa atau sang pelayan yang melihat di balik materi, Acintya
Atlantia Ra

Mangku Bumi
Ki Ageng Giring III, Royal Ambarrukmo Ajak Tamu Asal Bali Wisata Spiritual Desa Sodo

YOGYAKARTA – Perjalanan wisata spiritual yang dilaksanakan salah satu tamu Royal Ambarrukmo mendapatkan kisah unik dibelakangnya.
Pengertian tentang pariwisata spiritual juga pernah dikemukakan oleh Bali Travel News (2008) dalam Susanty (2009) di mana pariwisata spiritual merupakan salah satu kegiatan wisata minat khusus, yakni perjalanan wisata menuju tempat- tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi dan lainnya.
Kali ini ke tempat yang dikeramatkan warga sekitar, Pesarean Ki Ageng Giring III di Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kisah ini diceritakan oleh Susilo seorang juru kunci makam Ki Ageng Giring III yang sudah 30 tahun.
” Ki Ageng Giring III merupakan keturunan dari Brawijaya IV dari raja Majapahit, yang beliau disuruh mengemban amanah mencari keberadaan wahyu yang pergi (oncat = hilang) dari kerajaan Pajang, ” ujarnya, Sabtu (24/06/2023).
Ki Ageng Giring III bersama dengan Ki Ageng Pemanahan, kemudian Ki Ageng Giring III bertapa di sekitaran wilayah Sodo lalu Ki Pemanahan di wilayah Kembang Lampir.
Lanjut bercerita, suatu saat Ki Ageng Giring III mendapat firasat untuk menanam sabut kelapa kering (Sepet aking) kemudian sabut tersebut tumbuh menjadi tunas kelapa yang dijaga oleh abdi dalem Ki Ageng Giring III yakni Bintulu Aji.
Lalu firasat kembali muncul, ia mengetahui bahwa barang siapa yang meminum air kelapa muda (degan) sekaligus (1 buah) habis akan menurunkan raja – raja tanah Jawa.
Pohon kelapa tersebut berbuah hanya 1 butir, siapapun dikisahkan tidak mampu memetiknya.
” Untuk memetik dari pohon itu harus menepuk batang pohonnya dan kemudian pohon itu akan menunduk dengan sendirinya dan bisalah diambil pleh Ki Ageng Giring III, ” lanjutnya bercerita.
Ki Ageng Pemanahan pun mendapat informasi tersebut dari Ki Sunan Kalijogo bahwa kelapa itu sudah dimiliki oleh Ki Ageng Giring III.
” Ki Ageng Pemanahan pun menuju arah kelapa tersebut yang ditandai oleh cahaya yang tegak lurus ke langit ”
Tidak disangka – sangka Ki Ageng Giring III yang mensucikan diri atau mandi besar di sungai yang meninggalkan buah kelapa tadi. Kemudian Ki Ageng Pemanahan sampailah ke tempat dimana kelapa itu disimpan lalu memaksa meminumnya walaupun sudah dicegah oleh istri dari Ki Ageng Giring III.
Kemudian saat Ki Ageng Giring III melihat air kelapa tersebut sudah habis, maka dikejarlah Ki Ageng Pemanahan dan menanyakan keturunan ke berapa agar keturunannya (Ki Ageng Giring III) dapat Mukti (Jawa = Makmur, Sansekerta = Bebas), agar kekuasaan tanah Jawa bisa bergantian dengan anak keturunannya, kondisi itu belum juga mendapat jawaban.

Jalan menuju Petilasan Gunung Pasar. (Sumber foto : Syaeful Cahyadi)
Konon singkat cerita di wilayah Desa Gunung Pasar (Petilasan Gunung Pasar) di Kecamatan Dlingo, Bantul ada 7 makam tiban (kijing pitu) misterius yang dipercaya sebagai tanda perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring III ihwal penerus tahta Kerajaan Mataram Islam.
” Walahualam kang mas nanti kelak keturunan ke 7 sampai ke 9 kelak keturunanmu akan menjadi raja tanah Jawa ”
Kemudian mendapatkan jawaban tersebut Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas (hutan) Mentaok (Bumi Mataram), kemudian Ki Ageng Giring III kembali ke wilayah Desa Sodo menyebarkan syiar Islam sambil menunggu kembali kapan keturunannya akan menjadi raja kelak.
” Itulah kisah singkat cerita sejarah paling sepuh dari Kerajaan Mataram Islam, yaitu disini, ” ujarnya mengakhiri. (Ray)
Mangku Bumi
Kobaborasi Biddokkes dengan Puskor Hindunesia, Bantu Kebutuhan Darah Sulinggih

DENPASAR – Relawan Manawa Dharma Puskor Hindunesia di Tabanan melakukan langkah cepat dalam upaya kemanusiaan. Dikabarkan seorang Sulinggih yang sedang dirawat di RSU Tabanan membutuhkan darah golongan O, segera dengan sigap informasi ini diteruskan ke tim PDDI Polda Bali dibawah pimpinan Kompol I Nyoman Rinda,A.Md.Kep dan A.A Gede Dalem Pemayun, SH.,MAP untuk ditindaklanjuti, Kamis (27/04/2023).
Kondisi ini dilakukan karena ketersediaan cadangan kantong darah di rumah sakit sangat minim.
Tidak membutuhkan waktu lama pihak PDDI Polda Bali bergerak dan akhirnya mendapatkan pendonor dengan segera. Bahkan tim PDDI Polda Bali langsung mengirim ambulance untuk jemput bola mendatangi pendonor agar darah yang dibutuhkan bisa cepat dimanfaatkan.

Ida Bagus Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia
“Terimakasih kepada Kapolda dan Kabiddokkes Polda Bali di bawah ke pemimpinan dr. Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL yang sudah merespon cepat, apa yang kami butuhkan, utamanya untuk kebutuhan darah Sulinggih tersebut, ” ujar Ida Bagus K Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia.
Pelayanan cepat tanggap (emergency) ini merupakan sinergitas keberhasilan dari Puskor Hindunesia dengan pihak Biddokkes Polda Bali. Pelayanan ini merupakan layanan kesehatan bergerak (mobile healthy service) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Tak hanya sebatas itu, dalam upacara besar seperti Bethara Turun Kabeh di Pura Besakih, BIDDOKKES Polda Bali dan Puskor Hindunesia juga melakukan pelayanan kesehatan dari tanggal 5-26 April 2023.
Dalam kesempatan audiensi Puskor Hindunesia dengan Kapolda Bali, Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, salah satu poin penting yang menjadi pembahasan adalah keberlanjutan dan perluasan jangkauan kerjasama organisasi swadaya keumatan Hindu tersebut dengan Polda Bali. Utamanya untuk bidang Sosial, Kemanusiaan, Kesehatan dan Pembinaan SDM Hindu.
Kapolda Bali sangat mengapresiasi hadirnya Puskor Hindunesia dalam 20 tahun ini melakukan pelayanan, pengabdian dan pemberdayaan umat Hindu.
“Kami siap akan memperluas kerjasama sosial dengan Puskor Hindunesia seperti kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, bedah rumah dan juga pelayanan kesehatan”, tambah Irjen Pol.Putu Jayan Danu Putra, yang asli Bali juga.
Pihak humas Dekornas Puskor Hindunesia juga mengucapkan terima kasib kepada Kabiddokkes Polda Bali.

Dewa Sudarsana selaku pihak Humas Dekornas Puskor Hindunesia
” Terima kasih dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT – KL atas kebersamaannya dalam melayani anggota jaga dan masyarkat di karya Besakih kemarin, ” pungkas Dewa Sudarsana. (Ray)
Mangku Bumi
Yayasan Widya Kerthi – UNHI, Satu Napas Kuatkan Hindu Nusantara

DENPASAR – Napas Hindu merupakan bagian dari Nusantara masa lalu, kini kepopuleran Hindu yang minoritas di negeri ini menjadi tantangan baru bagi semboyan kebangkitan Hindu di Nusantara. Banyak legenda, cerita rakyat yang dikemas yang mengatakan Hindu akan bangkit.
Tentu ini harus sejalan dengan semangat kebangkitan Hindu Nusantara, melalui sebuah wadah besar keumatan yakni Puskor Hindunesia.
Menemui Kolonel (Purn). Dr. I Dewa Ketut Budiana, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi mengharapkan support dari seluruh umat Hindu di Nusantara.
” ini sejalan dengan visi dan misi UNHI yang selama ini menjadi lembaga pendidikan perguruan tinggi Hindu ”
Dengan adanya kerjasama ini ia menceritakan harapannya adalah UNHI bisa dapat menjadi center dari pengetahuan Umat Hindu di Indonesia.
” Seluruh permasalahan yang dihadapi oleh Umat Hindu diharapkan UNHI dapat menjadi barometer penyelesaian dari setiap permasalahan umat Hindu sendiri, ” jelasnya.
Lanjut menemui pengurus Dewan Koordinator Nasional (DEKORNAS) Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (PUSKOR HINDUNESIA) di Kampus Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, yang diterima langsung Dr. Dewa Ketut Budiana, M.Fil., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi – Universitas Hindu Indonesia, Kamis (09/02/2023).
Anak Agung Gde Agung selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) PUSKOR HINDUNESIA menjelaskan kedatangannya dan pengurus Dekornas lainnya ke UNHI adalah bagian dari program PUSKOR HINDUNESIA dalam memajukan umat sedharma.
” Kita sebagai lembaga organisasi yang mengedepankan dalam memajukan umat (Hindu) melalui pengembangan SDM-nya (Sumber Daya Manusia) dan dimanapun PUSKOR berada dapat membawa Umat menjadi lebih sejuk, ” terangnya.
Bagi PUSKOR UNHI sendiri merupakan pusat pengetahuan Hindu itu sendiri, jadi dengan misi yang sama tentu menjadi penting dalam bersinergi dengan PUSKOR HINDUNESIA.
” Kita akan melakukan MoU (memorandum of Understanding) dengan UNHI, mungkin minggu depan. Mengenai teknologi, SDM, informasi jadi PUSKOR HINDUNESIA dapat memperkenalkan UNHI sebagai pusat secara Nasional ”
PUSKOR HINDUNESIA sendiri saat ini telah memiliki 23 perwakilan di setiap provinsi di Indonesia. Targetnya dalam 5 tahun kepengurusan baru ini memiliki target bahwa organisasi ini lebih berkembang dan ada di 38 provinsi di Indonesia.
Putu Dewa Sudarsana selaku Wakil Ketua Umum (Waketum) PUSKOR HINDUNESIA bidang Hubungan Masyarakat (Humas) mengiyakan pernyataan dari A.A. Gde Agung. Ia menyebutkan bahwa sinergitas antara PUSKOR HINDUNESIA dengan UNHI merupakan bagian dari ‘Sradha Bhakti’ sebagai umat Hindu.
” Kami di PUSKOR menginginkan agar manusia Hindu ini baik dibidang Yowana, Kepemangkuan dan kehidupan yang lain, dimana umat Hindu Nusantara ini bisa lebih mengenal jati dirinya yang tentu berbasis di UNHI ini juga nantinya ”
Menanyakan soal banyaknya organisasi sejenis dan hubungannya dengan politik praktis, Dewaaji Sudarsana menjelaskan bahwa PUSKOR HINDUNESIA adalah milik umat Hindu seluruh Indonesia.
” Kita di PUSKOR HINDUNESIA tidak melaksanakan politik praktis, tetapi tentu kehidupan kita tidak lepas dari politik. Kita juga sebagai umat Hindu harus taat dan patuh kepada guru Wisesa (Pemimpin/Pemerintah) kita, ” jelasnya.
Kembali menanyakan soal benturan sesama umat Hindu yang berbeda aliran bagi Dewa Sudarsana yang mewakili PUSKOR HINDUNESIA mengatakan bahwa organisasi ini hadir untuk menjawab permasalahan umat seperti itu juga.
” ‘Gema Shanti’ merupakan program kami yang hadir untuk ikut berada menjaga kedamaian Hindu Indonesia sendiri. Kita memang tidak masuk keranah konflik tersebut tetapi kami mengulurkan tangan untuk membantu menselaraskan energinya menjadi positif dalam kita melaksanakan ‘Sradha Bhakti kita ” (Ray)
-
Mangku Bumi4 years ago
HIDUP DHARMA
-
Daerah2 years ago
Seorang Ibu Muda Tewas Gantung Diri di Setra Buleleng
-
Daerah2 years ago
Biadab! Seorang Anak Bantai Ayah Sendiri Hingga Tewas
-
Daerah3 years ago
Telah Ditemukan Gudang Segala Mesin di Batubulan
-
Daerah3 years ago
Pelajar Tewas Adu Jangkrik di Jalur Air Sanih – Karangasem
-
Daerah3 years ago
Jangan Pernah Nginep di Menzel Ubud! Simak Kenapa.
-
Daerah3 years ago
DUNIA MAYA HEBOH, JRO DALEM SAMUDRA DAPAT PAWISIK PASANG PATUNG
-
News5 years ago
Indonesian Housekeeper Association (IHKA) Bali, Menggelar Talkshow dan Exhibition 2018.