Global
PELAKU SEJARAH PERTEMPURAN LAUT ARAFURU ABK RI MATJAN KUMBANG PELTU PUR I DEWA MADE PEGEG TUTUP USIA

GATRADEWATA.COM||Denpasar, 3 Februari 2019
Salah satu putra terbaik Pulau Bali dan pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru sekaligus ABK RI Matjan Kumbang Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg tutup usia pada hari Jumat, 1 Februari 2019 yang lalu di Rumah Sakit Bali Med Denpasar pada pukul 10.12 Wita karena sakit.
Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar Bali Lantamal V, Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko bertindak sebagai Inspektur Upacara Perabuan pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru, Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg yang dikebumikan di pemakaman umum Desa Samsam Kec. Kerambitan Tabanan Bali, Minggu Sore (3/2/2019). Almarhum Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg adalah orang tua dari Kadiskesal Laksma TNI dr. I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara, Sp.,B., Sp.,BTKV (K).
Kini, prajurit yang gagah berani tersebut telah dipanggil Yang Maha Kuasa, untuk melepasnya pun dilaksanakan secara militer di pemakaman umum Desa Samsam Kec. Kerambitan Tabanan. Upacara dilakukan dalam dua tahap yakni upacara pelepasan di kediaman Almarhum serta upacara pelepasan di tempat perabuan di pemakaman.
“Pelepasan di kediaman, dilepas atas nama keluarga menyerahkan kepada negara untuk diupacarakan secara militer, kemudian di tempat pemakaman jenazah dilepas oleh negara untuk diserahkan kepada Ibu Pertiwi,”.
Upacara perabuan yang dilaksanakan hari Minggu Sore pukul 18.00 Wita itu, diiringi tembakan senjata api (Salvo) oleh enam prajurit TNI AL Lanal Bali sebagai bentuk penghormatan terakhir salah satu anggota pejuang Veteran RI tersebut.
Pelaksanaan upacara secara militer tersebut bertindak sebagai Inspektur Upacara Komandan Pangkalan TNI AL Denpasar, dengan Komandan Upacara Kapten Laut (S) Santo Harefa, dan diikuti oleh peserta Upacara 1 Ton Perwira Lanal Denpasar, 1 regu Korsik Ajendam IX/Udayana, 1 Ton Kodim 1619/Tabanan, 1 Ton Ba/Ta Lanal Denpasar, 1 Ton Baminkamtibmas Polres Tabanan.
Semasa hidup, Peltu (Purn) I Dewa Made Pegeg adalah pelaku sejarah pertempuran di Laut Arafuru yang bertugas di KRI Matjan Kumbang yang ikut bertempur secara heroik dimedan pertempuran melawan kapal perang Destroyer Belanda di Laut Arafuru pada 15 Januari tahun 1962, 57 tahun silam, tanda jasa yang dimiliki SL.VIII Th, SL.XVI Th, SL.XXIV Th, SL. Nararya, SL. Seroja, SL. Wira Dharma (Dwi Warna), SL. Dwidyasista dan Veteran Pembela Pejuang Kemerdekaan RI.
Turut hadir dalam upacara perabuan Laksda TNI (Pur) Ari Atmaja (Mantan Asops Kasal), Dandim 1619/Tabanan, Ketua Jalasenastri Cabang 10 lanal Denpasar, Palaksa Lanal Denpasar, serta para Perwira Staf dan keluarga Almarhum. Upacara perabuan disaksikan rombongan keluarga dan kerabat dari Peltu Pur I Dewa Made Pegeg yang tiba bersama jenazah di lokasi pemakaman, serta sejumlah kolega dan ratusan pelayat dari masyarakat sekitar. (Satya)

Global
Perjalanan Sejarah Intelijen dan Telik Sandi di Indonesia: Dari Mata-mata Kerajaan Hingga Badan Intelijen Negara

Oleh : Dr. Kt. Sukawati Lanang P. Perbawa, SH.,M.Hum.
DENPASAR – Dalam dunia pengintaian atau penyusupan, dahulu kita mengenal istilah “Telik Sandi”. Istilah ini berasal dari bahasa Indonesia dan dikenal pada zaman kerajaan-kerajaan, di mana Telik Sandi adalah sebutan untuk mata-mata kerajaan yang bertugas mengawasi kerajaan-kerajaan lain. Ini mirip dengan konsep intelijen yang kita kenal saat ini, di mana kecerdasan dan ketelitian dalam pengolahan informasi sangat penting.
Etimologis kata “Telik Sandi” sendiri merupakan gabungan kata “telik,” yang berarti cermat dan teliti, dengan “sandi,” yang berarti rahasia. Oleh karena itu, Telik Sandi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang cerdas yang memiliki sifat rahasia, dan mereka ditugaskan dengan tugas yang memerlukan kecermatan dan ketelitian, seperti memata-matai kerajaan lain atas perintah kerajaan atau penguasa.
Meskipun istilahnya berbeda, esensi dari Intelijen dan Telik Sandi memiliki kesamaan, yaitu dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi dengan tujuan yang berkaitan dengan keamanan dan pemahaman situasi. Perbedaan terutama terletak pada asal-usul istilah dan konteks sejarah di mana mereka muncul. Intelijen cenderung lebih modern dan luas dalam cakupannya, sementara Telik Sandi adalah istilah historis dalam konteks kerajaan.
Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan selama berbagai era sejarahnya. Mari kita bahas perjalanan dan evolusi BIN sejak awal hingga saat ini.
Era Intelijen Perjuangan (Sebelum Kemerdekaan):
Era pertama adalah masa intelijen perjuangan sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada periode ini, tujuan utama intelijen adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintahan pada masa itu, termasuk Presiden Soekarno, mengenai gerak-gerik penjajah yang berusaha kembali menduduki Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada 1945. Badan Istimewa, yang dipimpin oleh Kolonel Zulkifli Lubis, didirikan pada September 1945 untuk memenuhi tujuan tersebut. Namun, situasi geopolitik yang belum stabil dan cakupan geografis yang luas membuat tugas intelijen sulit dilaksanakan secara efektif.
Perkembangan Pasca-Proklamasi:
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, informasi intelijen tetap sangat penting dalam merumuskan strategi diplomatik dan militer. Namun, kendala dalam organisasi dan koordinasi mengarah pada perubahan nama dan struktur. Pada 7 Mei 1946, Badan Intelijen diubah menjadi Badan Rahasia Negara Indonesia (Brani).
Kehadiran Badan Pertahanan B:
Pada masa ini, Departemen Pertahanan Indonesia membentuk Badan Pertahanan B, yang menjadi lembaga intelijen terpisah dari Brani. Persaingan antara kedua lembaga ini mengarah pada pembubaran Brani dan pembentukan Bagian V oleh Departemen Pertahanan sebagai penggantinya.
Era Biro Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP):
Pada 1950-an, dengan T. B. Simatupang memimpin tentara Indonesia, dibentuk Biro Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP) sebagai lembaga intelijen baru. Namun, pada tahun 1959, pemerintahan Soekarno mencoba memisahkan badan intelijen dari militer dengan membentuk Badan Koordinasi Intelijen (BKI). BKI kemudian diubah menjadi Badan Intelijen Pusat (BIP) pada 10 November 1959 dengan Dr. Subandrio sebagai kepala.
Era Intelijen Pembangunan:
BIP menjadi simbol penutup era intelijen perjuangan dan membuka era baru, dikenal sebagai era intelijen pembangunan. Saat Soeharto berkuasa pada tahun 1967, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), yang memiliki cakupan tugas yang sangat luas untuk mengawasi usaha melawan pemerintahan.
Munculnya Komando Intelijen Negara (KIN):
Setelah Kopkamtib, Soeharto membentuk Komando Intelijen Negara (KIN) sebagai badan intelijen pengganti BIP. KIN bertanggung jawab secara langsung kepada Soeharto dan memiliki peran penting dalam membersihkan sisa-sisa kekuatan yang dianggap mengancam pemerintahan Soeharto.
Peran KIN dan Hubungan dengan AS:
KIN memiliki wewenang besar dalam mengawasi dan memantau potensi ancaman, dan juga menjalin hubungan dengan dinas intelijen Amerika Serikat, seperti CIA, melalui hubungan dekat Soeharto dengan AS.
Era Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin):
Pada tahun 1967, Soeharto mengganti KIN dengan Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Bakin fokus pada operasi luar negeri dan kontra spionase, sementara pengawasan politik dalam negeri lebih banyak dilakukan oleh Kopkamtib melalui Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel). Selain itu, Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI juga memiliki wewenang luas dalam pengawasan situasi politik dalam negeri.
Perubahan setelah Reformasi 1998:
Reformasi 1998 mengubah dinamika komunitas intelijen, khususnya intelijen dari militer. Badan Intelijen Negara (BIN) resmi disahkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001. BIN masih ada hingga saat ini.
………
Penulis : Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati.
Editor : Ray
Global
KTT AIS, Gus Bawa: Mampu Tangkap Potensi Kerjasama Regional

DENPASAR – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ‘Archipelagic and Island States’ (AIS) Forum merupakan penguatan peran AIS Forum sebagai pusat solusi cerdas dan inovatif, serta sebagai platform gotong royong dalam mendorong agenda masa depan tata kelola laut global.
Mereka akan fokus pada inisiatif-inisiatif nyata yang menyentuh masyarakat di negara – negara pulau dan kepulauan.
Menemui Ida Bagus Wibawa, SE,MAP., (Gus Wibawa), selaku pengamat publik yang juga merupakan mantan komisaris Bank BPD Bali (2019 – 2023) ini, menekankan bahwa acara tersebut memberikan platform untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Timur untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam berbagai isu strategis.
Ia juga merupakan Putra dari mantan Bupati Klungkung Drs. Ida Bagus Oka dan Letkol (Purn) CAJ Ida Ayu Sasih SAg (ibu).
Kemudian, manfaat bagi Bali dan Indonesia. Dalam diplomasi regional, kehadiran KTT AIS dapat memperkuat diplomasi Indonesia di tingkat regional. Sebagai tuan rumah, Indonesia dapat memainkan peran utama dalam mempengaruhi agenda dan keputusan yang diambil dalam acara ini.
” Secara keamanan dan stabilitas, ini juga bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan, ” ungkapnya, Selasa (10/10/2023) di sebuah Kedai Kopi di Denpasar.
Tentu dari sisi kerjasama regional, Indonesia dan Bali dapat memperoleh manfaat dari upaya bersama untuk mengatasi ancaman keamanan, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, dan permasalahan maritim.
” Yang menarik adalah, Integrasi ekonomi, forum ini juga membahas hubungan ekonomi antara negara-negara ASEAN dan Asia Timur, termasuk kerjasama perdagangan, investasi, dan pemulihan ekonomi pasca krisis ”
Hal ini dapat membantu meningkatkan akses pasar dan peluang investasi bagi Indonesia dan Bali.
Dan yang terpenting sebagai tuan rumah KTT AIS, Bali mendapat kesempatan untuk mempromosikan daya tarik pariwisata dan budaya lokal kepada para delegasi negara-negara peserta. Selain itu, event ini juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan pemasukan ekonomi bagi Bali.
Ia juga menekankan bahwa Bali sendiri memiliki 3 pulau, Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan yang masuk wilayah Kabupaten Klungkung.
” Disana (forum) Bali dapat memahami apa yang menjadi potensi dan apa yang harus dikembangkan disana, ” sebutnya.
Indonesia memang memliliki pulau yang sangat banyak sekitar 17.508 pulau yang dihuni 360 suku bangsa. Dan pulau tersebut memiliki potensinya masing – masing secara ekonomi.
” Kalo bicara soal kepulauan kita bicara tentang bagaimana memanfaatkan, menjaga dan melindungi kepulauan ini sendiri, KTT ini membuat kita bisa lebih peduli terhadap keberadaan pulau – pulau ini untuk ekonomi bangsa ini ”
Ia juga menyinggung soal dampak yang selama ini belum selesai dihadapi Bali, yakni sampah yang dihasilkan.
Menanyakan soal Nusa Penida yang sudah sebagian besar dikuasai investor, dirinya mengutarakan bahwa masyarakat lokal jangan terbuai oleh gemerincing dollar.
” Kita yang tidak mampu mengelolanya dengan baik ”
Ada baiknya saat pemerintah mengeluarkan izin ada baiknya melakukan penataan lebih dahulu, dimana yang namanya sepadan pantai yang apakah boleh dibangun atau tidak, ini wajib ditata dengan baik.
” Bahkan kita bisa tidak melihat pantai lagi nantinya, ini tentang tata ruang. Dan sampah yang dihasilkan, kemana nantinya akan dibawa, ” pungkasnya. (Ray)
Global
Samsung Keluarkan Galaxy Tab S9 Dengan Fitur Sultan
-
Mangku Bumi4 years ago
HIDUP DHARMA
-
Daerah2 years ago
Seorang Ibu Muda Tewas Gantung Diri di Setra Buleleng
-
Daerah3 years ago
Biadab! Seorang Anak Bantai Ayah Sendiri Hingga Tewas
-
Daerah3 years ago
Telah Ditemukan Gudang Segala Mesin di Batubulan
-
Daerah3 years ago
Pelajar Tewas Adu Jangkrik di Jalur Air Sanih – Karangasem
-
Daerah3 years ago
Jangan Pernah Nginep di Menzel Ubud! Simak Kenapa.
-
Daerah4 years ago
DUNIA MAYA HEBOH, JRO DALEM SAMUDRA DAPAT PAWISIK PASANG PATUNG
-
News6 years ago
Indonesian Housekeeper Association (IHKA) Bali, Menggelar Talkshow dan Exhibition 2018.