Connect with us

Mangku Bumi

Mandala Giri Cintamani, Tonggak Peradaban Keberaksaraan di Bali

Published

on


GATRADEWATA.COM ||BANGLI, 13 October 2018.
Pada milenial kedua ini, kawasan Kintamani, Bangli dikenal sebagai sebuah kawasan yang kental nuansa agraris. Padahal, pada era klasik, daerah ini memegang peranan yang sentral dlaam tradisi keberaksaraan, bahkan dapat dikatakan sebagai tonggak awal keberaksaraan di Bali.

Jejak keberaksaraan di kawasan Mandala Giri Cintamani (kawasan pegunungan Kintamani) tersebar luas, dibuktikan dengan sebaran prasasti-prasasti Bali Kuno yang hingga saat ini diwarisi sejumlah desa-desa di kawasan tersebut. Hingga saat ini, data Arkeologi menobatkan Prasasti Sukawana A I (berangka tahun 804 Saka atau 882 Masehi) sebagai tonggak awal peradaban aksara di Bali, jejak keberaksaraan tertua yang ditemukan di Bali.

Demikian dinyatakan staf Pusat Kajian Lontar Universitas Udayana, Putu Eka Guna Yasa dalam Diskusi Peradah Indonesia (Dipa) Bangli yang digelar DPK Peradah Indonesia Bangli di kawasan Pura Jati, Sabtu (13/10). Dikatakannya, sejumlah desa-desa di kawasan Mandala Giri Cintamani yang menyimpan prasasti-prasasti era Bal Kuno diantaranya Prasasti Terunyan A I dan B I, Prasasti Dausa Pura Bukit Indrakila A I dan B, Prasasti Manikliyu A I, B I, dan C, Prasasti Kintamani A, B, C, Prasasti Serai A II, Prasasti Gunung Penulisan, dan masih banyak lagi.

“Wilayah Cintamani ini tidak hanya penting sebagai tonggak literasi manusi Bali dan bahasa Bali Kuno, tapi juga merekam arti khusus Kintamani sebagai suatu wilayah yang sangat diperhitungkan oleh raja-raja di zamannya,” ungkapnya pada diskusi yang digelar untuk memperingati Hari Saraswati itu.

Uraian-uraian prasasti yang bertebaran menguraikan sejumlah hal, mulai dari sisi ekologis yang menyangkut aturan-aturan konservasi alam, maupun sisi sosio-religius yang menyangkut keberadaan pertapaan-pertapaan para rsi, tatanan sosial, batas-batas desa dan lain sebagainya.

Dari segi geografis, secara kasat mata Kintamani merupakan paduan komplit unsur gunung dan segara (danau). Dalam tataran filsafat Hindu, konsep ini menjadi penting, sebab pertemuan gunung (lingga) dan segara (yoni) dipercaya asal muasal kehidupan. Konsep ini jelas dibuktikan dengan ritus-ritus segara-giri yang hingga kini masih dilakoni oleh umat Hindu di Bali pada umumnya.

Namun, saat ini masalah besar tengah menerpa kawasan Kintamani. Meski masnusia modern paham gunung dan laut sumber amerta dan kesucian, sejumlah rongrongan justru tengah mengancam. Di bidang lingkungan, danau Batur sebagai danau terbesar di Bali tengah berada dalam kondisi yang tidak baik. Begitu pula pada hutan dan pegunungannya.

Untuk itu, diperlukan upaya-upaya konkret menanggulangi tantangan tersebut. Kebakaran hutan yang menimpa sejumlah titik di Kintamani adalah bukti nyata hal tersebut. Efek domino seperti ancaman longsor di musim hujan pun akan tetap menjadi ancaman.

Terkait dengan tradisi keberaksaraan, salah seorang peserta Putu Edi Swastawan menilai, ancaman kalangan milenial Kintamani, dan Bali pada umumnya terkait pada pelanjutan tradisi keberaksaraan. Pemuda yang berasal dari Desa Landih, Bangli itu mengamati, meski memiliki sejumlah prasasti yang memiliki nilai budaya tinggi, faktanya pesan yang ada di dalam prasasti itu jarang diketahui generasi muda.

“Saat inisaya lihat prasasti-prasasti yang sejatinya memiliki nilai budaya tinggi itu hanya dikeramatkan semata, disungsung sebagai bhatara, namun tak banyak yang tahu isinya. Ini tantangan besar bagi kita,” katanya.( INN.W)


Mangku Bumi

Ki Ageng Giring III, Royal Ambarrukmo Ajak Tamu Asal Bali Wisata Spiritual Desa Sodo

Published

on

By

Susilo Juru Kunci Makam Ki Ageng Giring III (selama 30 tahun) baju kuning menceritakan kepada Herman Courbois GM Royal Ambarrukmo kisah tentang wahyu air kelapa Ki Ageng Giring III.

YOGYAKARTA – Perjalanan wisata spiritual yang dilaksanakan salah satu tamu Royal Ambarrukmo mendapatkan kisah unik dibelakangnya.

Pengertian tentang pariwisata spiritual juga pernah dikemukakan oleh Bali Travel News (2008) dalam Susanty (2009) di mana pariwisata spiritual merupakan salah satu kegiatan wisata minat khusus, yakni perjalanan wisata menuju tempat- tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi dan lainnya.

Kali ini ke tempat yang dikeramatkan warga sekitar, Pesarean Ki Ageng Giring III di Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kisah ini diceritakan oleh Susilo seorang juru kunci makam Ki Ageng Giring III yang sudah 30 tahun.

” Ki Ageng Giring III merupakan keturunan dari Brawijaya IV dari raja Majapahit, yang beliau disuruh mengemban amanah mencari keberadaan wahyu yang pergi (oncat = hilang) dari kerajaan Pajang, ” ujarnya, Sabtu (24/06/2023).

Ki Ageng Giring III bersama dengan Ki Ageng Pemanahan, kemudian Ki Ageng Giring III bertapa di sekitaran wilayah Sodo lalu Ki Pemanahan di wilayah Kembang Lampir.

Lanjut bercerita, suatu saat Ki Ageng Giring III mendapat firasat untuk menanam sabut kelapa kering (Sepet aking) kemudian sabut tersebut tumbuh menjadi tunas kelapa yang dijaga oleh abdi dalem Ki Ageng Giring III yakni Bintulu Aji.

Lalu firasat kembali muncul, ia mengetahui bahwa barang siapa yang meminum air kelapa muda (degan) sekaligus (1 buah) habis akan menurunkan raja – raja tanah Jawa.

Pohon kelapa tersebut berbuah hanya 1 butir, siapapun dikisahkan tidak mampu memetiknya.

” Untuk memetik dari pohon itu harus menepuk batang pohonnya dan kemudian pohon itu akan menunduk dengan sendirinya dan bisalah diambil pleh Ki Ageng Giring III, ” lanjutnya bercerita.

Ki Ageng Pemanahan pun mendapat informasi tersebut dari Ki Sunan Kalijogo bahwa kelapa itu sudah dimiliki oleh Ki Ageng Giring III.

” Ki Ageng Pemanahan pun menuju arah kelapa tersebut yang ditandai oleh cahaya yang tegak lurus ke langit ”

Tidak disangka – sangka Ki Ageng Giring III yang mensucikan diri atau mandi besar di sungai yang meninggalkan buah kelapa tadi. Kemudian Ki Ageng Pemanahan sampailah ke tempat dimana kelapa itu disimpan lalu memaksa meminumnya walaupun sudah dicegah oleh istri dari Ki Ageng Giring III.

Kemudian saat Ki Ageng Giring III melihat air kelapa tersebut sudah habis, maka dikejarlah Ki Ageng Pemanahan dan menanyakan keturunan ke berapa agar keturunannya (Ki Ageng Giring III) dapat Mukti (Jawa = Makmur, Sansekerta = Bebas), agar kekuasaan tanah Jawa bisa bergantian dengan anak keturunannya, kondisi itu belum juga mendapat jawaban.

Jalan menuju Petilasan Gunung Pasar. (Sumber foto : Syaeful Cahyadi)

Konon singkat cerita di wilayah Desa Gunung Pasar (Petilasan Gunung Pasar) di Kecamatan Dlingo, Bantul ada 7 makam tiban (kijing pitu) misterius yang dipercaya sebagai tanda perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dengan Ki Ageng Giring III ihwal penerus tahta Kerajaan Mataram Islam.

” Walahualam kang mas nanti kelak keturunan ke 7 sampai ke 9 kelak keturunanmu akan menjadi raja tanah Jawa ”

Kemudian mendapatkan jawaban tersebut Ki Ageng Pemanahan melanjutkan perjalanan ke Alas (hutan) Mentaok (Bumi Mataram), kemudian Ki Ageng Giring III kembali ke wilayah Desa Sodo menyebarkan syiar Islam sambil menunggu kembali kapan keturunannya akan menjadi raja kelak.

” Itulah kisah singkat cerita sejarah paling sepuh dari Kerajaan Mataram Islam, yaitu disini, ” ujarnya mengakhiri. (Ray)

Continue Reading

Mangku Bumi

Kobaborasi Biddokkes dengan Puskor Hindunesia, Bantu Kebutuhan Darah Sulinggih

Published

on

By

dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT - KL selaku Kabiddokkes Polda Bali.

DENPASAR – Relawan Manawa Dharma Puskor Hindunesia di Tabanan melakukan langkah cepat dalam upaya kemanusiaan. Dikabarkan seorang Sulinggih yang sedang dirawat di RSU Tabanan membutuhkan darah golongan O, segera dengan sigap informasi ini diteruskan ke tim PDDI Polda Bali dibawah pimpinan Kompol I Nyoman Rinda,A.Md.Kep dan A.A Gede Dalem Pemayun, SH.,MAP untuk ditindaklanjuti, Kamis (27/04/2023).

Kondisi ini dilakukan karena ketersediaan cadangan kantong darah di rumah sakit sangat minim.

Tidak membutuhkan waktu lama pihak PDDI Polda Bali bergerak dan akhirnya mendapatkan pendonor dengan segera. Bahkan tim PDDI Polda Bali langsung mengirim ambulance untuk jemput bola mendatangi pendonor agar darah yang dibutuhkan bisa cepat dimanfaatkan.

Ida Bagus Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia

“Terimakasih kepada Kapolda dan Kabiddokkes Polda Bali di bawah ke pemimpinan dr. Komang Nurada Mahardana, Sp.THT-KL yang sudah merespon cepat, apa yang kami butuhkan, utamanya untuk kebutuhan darah Sulinggih tersebut, ” ujar Ida Bagus K Susena selaku Ketua Umum Puskor Hindunesia.

Pelayanan cepat tanggap (emergency) ini merupakan sinergitas keberhasilan dari Puskor Hindunesia dengan pihak Biddokkes Polda Bali. Pelayanan ini merupakan layanan kesehatan bergerak (mobile healthy service) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Tak hanya sebatas itu, dalam upacara besar seperti Bethara Turun Kabeh di Pura Besakih, BIDDOKKES Polda Bali dan Puskor Hindunesia juga melakukan pelayanan kesehatan dari tanggal 5-26 April 2023.

Dalam kesempatan audiensi Puskor Hindunesia dengan Kapolda Bali, Irjen Pol. Putu Jayan Danu Putra, salah satu poin penting yang menjadi pembahasan adalah keberlanjutan dan perluasan jangkauan kerjasama organisasi swadaya keumatan Hindu tersebut dengan Polda Bali. Utamanya untuk bidang Sosial, Kemanusiaan, Kesehatan dan Pembinaan SDM Hindu.

Kapolda Bali sangat mengapresiasi hadirnya Puskor Hindunesia dalam 20 tahun ini melakukan pelayanan, pengabdian dan pemberdayaan umat Hindu.

“Kami siap akan memperluas kerjasama sosial dengan Puskor Hindunesia seperti kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu, bedah rumah dan juga pelayanan kesehatan”, tambah Irjen Pol.Putu Jayan Danu Putra, yang asli Bali juga.

Pihak humas Dekornas Puskor Hindunesia juga mengucapkan terima kasib kepada Kabiddokkes Polda Bali.

Dewa Sudarsana selaku pihak Humas Dekornas Puskor Hindunesia

” Terima kasih dr. Komang Nurada Mahardana Sp. THT – KL atas kebersamaannya dalam melayani anggota jaga dan masyarkat di karya Besakih kemarin, ” pungkas Dewa Sudarsana. (Ray)

Continue Reading

Mangku Bumi

Yayasan Widya Kerthi – UNHI, Satu Napas Kuatkan Hindu Nusantara

Published

on

By

Kolonel (Purn). Dr. I Dewa Ketut Budiana, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi

DENPASAR – Napas Hindu merupakan bagian dari Nusantara masa lalu, kini kepopuleran Hindu yang minoritas di negeri ini menjadi tantangan baru bagi semboyan kebangkitan Hindu di Nusantara. Banyak legenda, cerita rakyat yang dikemas yang mengatakan Hindu akan bangkit.

Tentu ini harus sejalan dengan semangat kebangkitan Hindu Nusantara, melalui sebuah wadah besar keumatan yakni Puskor Hindunesia.

Menemui Kolonel (Purn). Dr. I Dewa Ketut Budiana, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi mengharapkan support dari seluruh umat Hindu di Nusantara.

” ini sejalan dengan visi dan misi UNHI yang selama ini menjadi lembaga pendidikan perguruan tinggi Hindu ”

Dengan adanya kerjasama ini ia menceritakan harapannya adalah UNHI bisa dapat menjadi center dari pengetahuan Umat Hindu di Indonesia.

” Seluruh permasalahan yang dihadapi oleh Umat Hindu diharapkan UNHI dapat menjadi barometer penyelesaian dari setiap permasalahan umat Hindu sendiri, ” jelasnya.

Lanjut menemui pengurus Dewan Koordinator Nasional (DEKORNAS) Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (PUSKOR HINDUNESIA) di Kampus Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, yang diterima langsung Dr. Dewa Ketut Budiana, M.Fil., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi – Universitas Hindu Indonesia, Kamis (09/02/2023).

Anak Agung Gde Agung selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) PUSKOR HINDUNESIA menjelaskan kedatangannya dan pengurus Dekornas lainnya ke UNHI adalah bagian dari program PUSKOR HINDUNESIA dalam memajukan umat sedharma.

” Kita sebagai lembaga organisasi yang mengedepankan dalam memajukan umat (Hindu) melalui pengembangan SDM-nya (Sumber Daya Manusia) dan dimanapun PUSKOR berada dapat membawa Umat menjadi lebih sejuk, ” terangnya.

Bagi PUSKOR UNHI sendiri merupakan pusat pengetahuan Hindu itu sendiri, jadi dengan misi yang sama tentu menjadi penting dalam bersinergi dengan PUSKOR HINDUNESIA.

” Kita akan melakukan MoU (memorandum of Understanding) dengan UNHI, mungkin minggu depan. Mengenai teknologi, SDM, informasi jadi PUSKOR HINDUNESIA dapat memperkenalkan UNHI sebagai pusat secara Nasional ”

PUSKOR HINDUNESIA sendiri saat ini telah memiliki 23 perwakilan di setiap provinsi di Indonesia. Targetnya dalam 5 tahun kepengurusan baru ini memiliki target bahwa organisasi ini lebih berkembang dan ada di 38 provinsi di Indonesia.

Putu Dewa Sudarsana selaku Wakil Ketua Umum (Waketum) PUSKOR HINDUNESIA bidang Hubungan Masyarakat (Humas) mengiyakan pernyataan dari A.A. Gde Agung. Ia menyebutkan bahwa sinergitas antara PUSKOR HINDUNESIA dengan UNHI merupakan bagian dari ‘Sradha Bhakti’ sebagai umat Hindu.

” Kami di PUSKOR menginginkan agar manusia Hindu ini baik dibidang Yowana, Kepemangkuan dan kehidupan yang lain, dimana umat Hindu Nusantara ini bisa lebih mengenal jati dirinya yang tentu berbasis di UNHI ini juga nantinya ”

Menanyakan soal banyaknya organisasi sejenis dan hubungannya dengan politik praktis, Dewaaji Sudarsana menjelaskan bahwa PUSKOR HINDUNESIA adalah milik umat Hindu seluruh Indonesia.

” Kita di PUSKOR HINDUNESIA tidak melaksanakan politik praktis, tetapi tentu kehidupan kita tidak lepas dari politik. Kita juga sebagai umat Hindu harus taat dan patuh kepada guru Wisesa (Pemimpin/Pemerintah) kita, ” jelasnya.

Kembali menanyakan soal benturan sesama umat Hindu yang berbeda aliran bagi Dewa Sudarsana yang mewakili PUSKOR HINDUNESIA mengatakan bahwa organisasi ini hadir untuk menjawab permasalahan umat seperti itu juga.

” ‘Gema Shanti’ merupakan program kami yang hadir untuk ikut berada menjaga kedamaian Hindu Indonesia sendiri. Kita memang tidak masuk keranah konflik tersebut tetapi kami mengulurkan tangan untuk membantu menselaraskan energinya menjadi positif dalam kita melaksanakan ‘Sradha Bhakti kita ” (Ray)

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku