Connect with us

Global

355 Mobil Siap Touring Meriahkan HUT Ke-39 PPMKI

Published

on



GATRADEWATA.COM||DENPASAR, – Sebanyak 355 mobil siap mengikuti touring yang digelar pada Minggu (18/11) mendatang dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun (HUT) ke-39 Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI). Touring Denpasar-Kintamani-Plaga-Denpasar ini akan dilepas oleh Kapolda Bali, Irjen Petros R. Golose, bersama Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.

Demikian disampaikan Ketua Umum PPMKI Bali, Agus Mahendra Pendit, selaku ketua panitia touring didampingi Pembina PPMKI Bali, Jos Dharmawan, usai technical meeting di Kebon Vintage Cars, Kesiman Kertalangu, Denpasar, Rabu (14/11) sore.

“Kami sudah menutup pendaftaran. Jumlah semua ada 300 kendaraan dari Bali dan 55 kendaraan dari luar Bali. Jumlah orang sekitar 800 orang, estimasi satu mobil rata-rata 2 sampai 3 orang,” ujar Agus Mahendra Pendit.
Adapun peserta dari luar Bali tersebut antara lain dari Jakarta, Badung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dengan peserta terbanyak dari Jakarta. Para peserta dari luar Bali ini ikut dalam tur “Emphaty Tour Lombok” yang sudah dilepas tanggal 15 November lalu. Sementara itu, peserta dari Bali, selain berasal dari PPMKI, juga dari klub-klub mobil seperti VW, Corolla, Mercedes, Holden, Mitsubishi, dan lainnya.

Agus menyampaikan, touring mengambil start di halaman Lotte Mart, Sanur. Kendaraan bergerak ke Jalan Bypass Ngurah Rai dan Bypass Ida Bagus Mantra. Kemudian menuju Desa Tulikup, Gianyar – Kota Bangli – Kintamani – Plaga, Petang. Selanjutnya iring-iringan kendaraan kembali ke Denpasar dan finis di Pulau Serangan. “Kami istirahat makan siang di Jembatan Tukad Bangkung, Plaga. Parkir di sisi barat jembatan. Perkiraan tiba di Plaga pukul 12.00,” imbuhnya.

Terkait pengamanan lalu lintas dalam touring ini, dijelaskan, PPMKI sudah berkoordinasi dengan Kapolda Bali. Seizin Kapolda selanjutnya panitia berkoordinasi dengan Dirlantas Polda Bali, Kombes AA Made Agung Sudana. “Kami diberikan pengawalan 10 patwal dan dibantu pihak kepolisian yang berjaga di sepanjang pertigaan perempatan pada rute yang kami lewati,” kata Agus.

Selama touring, panitia mengharapkan semua peserta mengikuti peraturan lalu lintas dan mempersiapkan kendaraan masing-masing dengan baik. “Karena jalur touring ini pendek dan melewati jalur pariwisata, kami harapkan semua tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” kata Agus.
Acara syukuran puncak HUT ke-39 PPMKI akan digelar di Courtyard Marriott, Nusa Dua. Acara ini akan dihadiri Pengurus Pusat dan Pengda PPMKI se-Indonesia. Selain itu, panitia mengundang perwakilan klub-klub mobil di Bali. Dalam malam syukuran tersebut akan dilakukan pula penyerahan sumbangan untuk korban gempa bumi Lombok. (RAKA/INN.W )


Advertisement

Global

Perjalanan Sejarah Intelijen dan Telik Sandi di Indonesia: Dari Mata-mata Kerajaan Hingga Badan Intelijen Negara

Published

on

By

Ilustrasi

Oleh : Dr. Kt. Sukawati Lanang P. Perbawa, SH.,M.Hum.

DENPASAR – Dalam dunia pengintaian atau penyusupan, dahulu kita mengenal istilah “Telik Sandi”. Istilah ini berasal dari bahasa Indonesia dan dikenal pada zaman kerajaan-kerajaan, di mana Telik Sandi adalah sebutan untuk mata-mata kerajaan yang bertugas mengawasi kerajaan-kerajaan lain. Ini mirip dengan konsep intelijen yang kita kenal saat ini, di mana kecerdasan dan ketelitian dalam pengolahan informasi sangat penting.

Etimologis kata “Telik Sandi” sendiri merupakan gabungan kata “telik,” yang berarti cermat dan teliti, dengan “sandi,” yang berarti rahasia. Oleh karena itu, Telik Sandi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang cerdas yang memiliki sifat rahasia, dan mereka ditugaskan dengan tugas yang memerlukan kecermatan dan ketelitian, seperti memata-matai kerajaan lain atas perintah kerajaan atau penguasa.

Meskipun istilahnya berbeda, esensi dari Intelijen dan Telik Sandi memiliki kesamaan, yaitu dalam pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi dengan tujuan yang berkaitan dengan keamanan dan pemahaman situasi. Perbedaan terutama terletak pada asal-usul istilah dan konteks sejarah di mana mereka muncul. Intelijen cenderung lebih modern dan luas dalam cakupannya, sementara Telik Sandi adalah istilah historis dalam konteks kerajaan.

Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan selama berbagai era sejarahnya. Mari kita bahas perjalanan dan evolusi BIN sejak awal hingga saat ini.

Era Intelijen Perjuangan (Sebelum Kemerdekaan):

Era pertama adalah masa intelijen perjuangan sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada periode ini, tujuan utama intelijen adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintahan pada masa itu, termasuk Presiden Soekarno, mengenai gerak-gerik penjajah yang berusaha kembali menduduki Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada 1945. Badan Istimewa, yang dipimpin oleh Kolonel Zulkifli Lubis, didirikan pada September 1945 untuk memenuhi tujuan tersebut. Namun, situasi geopolitik yang belum stabil dan cakupan geografis yang luas membuat tugas intelijen sulit dilaksanakan secara efektif.

Perkembangan Pasca-Proklamasi:

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, informasi intelijen tetap sangat penting dalam merumuskan strategi diplomatik dan militer. Namun, kendala dalam organisasi dan koordinasi mengarah pada perubahan nama dan struktur. Pada 7 Mei 1946, Badan Intelijen diubah menjadi Badan Rahasia Negara Indonesia (Brani).

Kehadiran Badan Pertahanan B:

Pada masa ini, Departemen Pertahanan Indonesia membentuk Badan Pertahanan B, yang menjadi lembaga intelijen terpisah dari Brani. Persaingan antara kedua lembaga ini mengarah pada pembubaran Brani dan pembentukan Bagian V oleh Departemen Pertahanan sebagai penggantinya.

Era Biro Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP):

Pada 1950-an, dengan T. B. Simatupang memimpin tentara Indonesia, dibentuk Biro Informasi Staf Angkatan Perang (BISAP) sebagai lembaga intelijen baru. Namun, pada tahun 1959, pemerintahan Soekarno mencoba memisahkan badan intelijen dari militer dengan membentuk Badan Koordinasi Intelijen (BKI). BKI kemudian diubah menjadi Badan Intelijen Pusat (BIP) pada 10 November 1959 dengan Dr. Subandrio sebagai kepala.

Era Intelijen Pembangunan:

BIP menjadi simbol penutup era intelijen perjuangan dan membuka era baru, dikenal sebagai era intelijen pembangunan. Saat Soeharto berkuasa pada tahun 1967, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), yang memiliki cakupan tugas yang sangat luas untuk mengawasi usaha melawan pemerintahan.

Munculnya Komando Intelijen Negara (KIN):

Setelah Kopkamtib, Soeharto membentuk Komando Intelijen Negara (KIN) sebagai badan intelijen pengganti BIP. KIN bertanggung jawab secara langsung kepada Soeharto dan memiliki peran penting dalam membersihkan sisa-sisa kekuatan yang dianggap mengancam pemerintahan Soeharto.

Peran KIN dan Hubungan dengan AS:

KIN memiliki wewenang besar dalam mengawasi dan memantau potensi ancaman, dan juga menjalin hubungan dengan dinas intelijen Amerika Serikat, seperti CIA, melalui hubungan dekat Soeharto dengan AS.

Era Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin):

Pada tahun 1967, Soeharto mengganti KIN dengan Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Bakin fokus pada operasi luar negeri dan kontra spionase, sementara pengawasan politik dalam negeri lebih banyak dilakukan oleh Kopkamtib melalui Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel). Selain itu, Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI juga memiliki wewenang luas dalam pengawasan situasi politik dalam negeri.

Perubahan setelah Reformasi 1998:

Reformasi 1998 mengubah dinamika komunitas intelijen, khususnya intelijen dari militer. Badan Intelijen Negara (BIN) resmi disahkan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001. BIN masih ada hingga saat ini.

………

Penulis : Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati.

Editor : Ray

Continue Reading

Global

KTT AIS, Gus Bawa: Mampu Tangkap Potensi Kerjasama Regional

Published

on

By

Ida Bagus Wibawa, SE,MAP., (Gus Wibawa).

DENPASAR – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ‘Archipelagic and Island States’ (AIS) Forum merupakan penguatan peran AIS Forum sebagai pusat solusi cerdas dan inovatif, serta sebagai platform gotong royong dalam mendorong agenda masa depan tata kelola laut global.

Mereka akan fokus pada inisiatif-inisiatif nyata yang menyentuh masyarakat di negara – negara pulau dan kepulauan.

Menemui Ida Bagus Wibawa, SE,MAP., (Gus Wibawa), selaku pengamat publik yang juga merupakan mantan komisaris Bank BPD Bali (2019 – 2023) ini, menekankan bahwa acara tersebut memberikan platform untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Timur untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam berbagai isu strategis.

Ia juga merupakan Putra dari mantan Bupati Klungkung Drs. Ida Bagus Oka dan Letkol (Purn) CAJ  Ida Ayu Sasih SAg (ibu).

Kemudian, manfaat bagi Bali dan Indonesia. Dalam diplomasi regional, kehadiran KTT AIS dapat memperkuat diplomasi Indonesia di tingkat regional. Sebagai tuan rumah, Indonesia dapat memainkan peran utama dalam mempengaruhi agenda dan keputusan yang diambil dalam acara ini.

” Secara keamanan dan stabilitas, ini juga bertujuan untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan, ” ungkapnya, Selasa (10/10/2023) di sebuah Kedai Kopi di Denpasar.

Tentu dari sisi kerjasama regional, Indonesia dan Bali dapat memperoleh manfaat dari upaya bersama untuk mengatasi ancaman keamanan, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, dan permasalahan maritim.

” Yang menarik adalah, Integrasi ekonomi, forum ini juga membahas hubungan ekonomi antara negara-negara ASEAN dan Asia Timur, termasuk kerjasama perdagangan, investasi, dan pemulihan ekonomi pasca krisis ”

Hal ini dapat membantu meningkatkan akses pasar dan peluang investasi bagi Indonesia dan Bali.

Dan yang terpenting sebagai tuan rumah KTT AIS, Bali mendapat kesempatan untuk mempromosikan daya tarik pariwisata dan budaya lokal kepada para delegasi negara-negara peserta. Selain itu, event ini juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan pemasukan ekonomi bagi Bali.

Ia juga menekankan bahwa Bali sendiri memiliki 3 pulau, Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan yang masuk wilayah Kabupaten Klungkung.

” Disana (forum) Bali dapat memahami apa yang menjadi potensi dan apa yang harus dikembangkan disana, ” sebutnya.

Indonesia memang memliliki pulau yang sangat banyak sekitar 17.508 pulau yang dihuni 360 suku bangsa. Dan pulau tersebut memiliki potensinya masing – masing secara ekonomi.

” Kalo bicara soal kepulauan kita bicara tentang bagaimana memanfaatkan, menjaga dan melindungi kepulauan ini sendiri, KTT ini membuat kita bisa lebih peduli terhadap keberadaan pulau – pulau ini untuk ekonomi bangsa ini ”

Ia juga menyinggung soal dampak yang selama ini belum selesai dihadapi Bali, yakni sampah yang dihasilkan.

Menanyakan soal Nusa Penida yang sudah sebagian besar dikuasai investor, dirinya mengutarakan bahwa masyarakat lokal jangan terbuai oleh gemerincing dollar.

” Kita yang tidak mampu mengelolanya dengan baik ”

Ada baiknya saat pemerintah mengeluarkan izin ada baiknya melakukan penataan lebih dahulu, dimana yang namanya sepadan pantai yang apakah boleh dibangun atau tidak, ini wajib ditata dengan baik.

” Bahkan kita bisa tidak melihat pantai lagi nantinya, ini tentang tata ruang. Dan sampah yang dihasilkan, kemana nantinya akan dibawa, ” pungkasnya. (Ray)

Continue Reading

Global

Samsung Keluarkan Galaxy Tab S9 Dengan Fitur Sultan

Published

on

Continue Reading

Trending

Copyright © 22 Juni 2013 Gatradewata. Pesonamu Inspirasiku