Dibungkam AS, China Membangkang! SMIC Sukses Cetak Chip 5nm Tanpa Teknologi EUV Belanda
- account_circle Admin
- calendar_month Sab, 5 Jul 2025

China Gegerkan Dunia Teknologi, Produksi Chip 5nm Tanpa Bantuan Mesin Canggih AS dan Belanda
Shanghai – Di tengah tekanan dan sanksi perdagangan dari Amerika Serikat yang melarang akses China terhadap teknologi semikonduktor tercanggih, negeri Tirai Bambu justru berhasil mencatatkan pencapaian monumental dalam dunia chip.
Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), raksasa manufaktur chip terbesar di China, dilaporkan telah sukses memproduksi chip 5 nanometer (nm) tanpa menggunakan mesin litografi Extreme Ultraviolet (EUV) buatan ASML asal Belanda, yang selama ini dianggap sebagai senjata wajib dalam industri chip mutakhir.
SMIC melangkah dengan strategi radikal. Mereka menggunakan teknologi litografi lama berbasis Deep Ultraviolet (DUV) yang digabungkan dengan proses super kompleks bernama Self-Aligned Quadruple Patterning (SAQP).
Meskipun metode ini lebih mahal, lebih lambat, dan lebih rawan kesalahan, hasilnya nyata, chip 5nm fungsional berhasil diproduksi dan bahkan telah digunakan dalam perangkat seperti Huawei Mate 60 smartphone yang mengungguli iPhone dalam fitur panggilan satelit.
Langkah ini menjadi simbol ketangguhan sekaligus perlawanan China terhadap dominasi teknologi Barat. Analis semikonduktor William Huo melalui unggahan di platform X (dulu Twitter) mengungkapkan detail pencapaian ini, menyebutnya sebagai lompatan tak terduga dari China di tengah blokade teknologi yang terus diperketat oleh Amerika Serikat.
Tak hanya SMIC yang unjuk gigi. Perusahaan lokal seperti AMEC dan NAURA juga turut memperkuat rantai pasok domestik untuk peralatan chip, dari mesin etsa hingga alat pembersih wafer, menunjukkan bahwa China secara serius membangun ekosistem semikonduktor mandiri, tanpa ketergantungan pada teknologi asing.
Menariknya, SMIC dikabarkan tengah mengembangkan teknik yang lebih ekstrem: Self-Aligned Octuple Patterning (SAOP). Jika berhasil, China dapat menembus batas produksi chip 3nm, tetap tanpa EUV. Ini bisa menjadi pukulan telak bagi dominasi perusahaan seperti TSMC dan Samsung yang masih bergantung pada mesin litografi dari ASML.
Ironisnya, sanksi Amerika Serikat justru menjadi katalisator kebangkitan teknologi dalam negeri China. Huawei, yang sempat dibatasi pergerakannya di pasar global, kini bersinar di sektor kecerdasan buatan domestik berkat akselerator Ascend 920, dibangun menggunakan teknologi 6nm dari SMIC. Ketika akses terhadap chip Nvidia makin sulit, banyak perusahaan di China mulai beralih ke alternatif lokal.
Meski metode yang digunakan China masih dinilai kurang efisien dibanding kompetitor global, industri menyadari bahwa perlombaan belum usai. Seorang pengamat bahkan menyatakan,
“Hukum Moore belum mati, ia hanya pindah alamat ke Shanghai.” China seolah ingin membuktikan: pembatasan bukanlah akhir, melainkan awal dari revolusi teknologi yang lebih besar dan lebih mandiri. (Ray)
Saat ini belum ada komentar