Resi Agung dari Bali Ziarahi Rumah Kelahiran Bung Karno di Jombang, Penegasan Jejak Sang Proklamator
- account_circle Ray
- calendar_month Sab, 28 Jun 2025

JOMBANG, 26 Juni 2025 — Suasana hening menyelimuti sebuah gang kecil di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Jombang, Jawa Timur. Di tengah ketenangan itu, satu rumah sederhana tampak istimewa hari itu. Rumah yang diyakini sebagai tempat kelahiran Bung Karno, sang Proklamator Republik Indonesia, kedatangan seorang tokoh spiritual ternama dari Bali: Resi Agung Ida Pandhita Agung Putranata Siliwangi Manuaba.
Tokoh yang juga menjabat sebagai Sekretaris Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) itu melakukan kunjungan ziarah, ditemani pegiat sejarah dan keluarga besar Situs Persada Soekarno Wates dari Kediri. Kunjungan ini bukan sekadar ritual, melainkan peneguhan keyakinan atas narasi kelahiran Bung Karno di Ploso, Jombang, yang selama ini masih kerap diperdebatkan.
“Beliau menyampaikan keyakinannya bahwa Bung Karno lahir di Ploso Jombang,” ujar Binhad Nurrohmat, inisiator gerakan “Titik Nol Soekarno”, yang turut mendampingi kunjungan tersebut.
Keyakinan Resi Agung didasarkan pada berbagai sumber sejarah, mulai dari dokumen tertulis, kisah lisan warga setempat, hingga arsip foto-foto lama yang menguatkan tanggal kelahiran Soekarno pada 6 Juni 1902 di desa tersebut.
Dukungan juga disampaikan oleh R.M. Kuswartono, Pembina Situs Persada Soekarno Wates. Ia menilai kedatangan Resi Agung memberikan dorongan moral bagi upaya pelestarian sejarah lokal sekaligus memperkuat posisi Ploso Jombang sebagai tempat lahir sang bapak bangsa.
“Kami berharap pemerintah daerah segera menetapkan rumah ini sebagai situs cagar budaya nasional. Bahkan, tahun depan rencananya akan dideklarasikan secara resmi bahwa Bung Karno lahir di sini. Rencana itu akan kami laksanakan di Bali,” kata Kuswartono.
Sebagai catatan, Bung Karno memang mewarisi darah Bali dari sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, yang berasal dari Singaraja. Sedangkan ayahnya, Raden Soekeni Sosrodihardjo, merupakan guru berpindah yang pernah mengabdi di Bali sebelum menetap di berbagai kota di Jawa, termasuk Surabaya, Ploso, dan Blitar.
Kunjungan Resi Agung ke rumah kelahiran Bung Karno ini tak hanya menjadi bentuk penghormatan spiritual, tetapi juga upaya konkret menjaga narasi sejarah agar tetap hidup di tengah zaman yang cepat berubah. Sebuah pengingat bahwa sejarah bukan hanya kumpulan data, tapi warisan keyakinan dan penghormatan lintas generasi. (Tim)
Saat ini belum ada komentar