Green Illusion! Ketika Mobil Listrik Tak Lebih Ramah dari Hybrid
- account_circle Admin
- calendar_month Sen, 23 Jun 2025

Akio Toyoda Ungkap Risiko Tersembunyi di Balik Tren EV Global
DENPASAR – Di tengah derasnya arus global menuju kendaraan listrik (EV), sebuah peringatan datang dari Jepang. Akio Toyoda, Chairman Toyota dan tokoh berpengaruh dalam industri otomotif dunia, mengguncang persepsi umum dengan pernyataan kontroversial. Mobil listrik bisa lebih mencemari lingkungan daripada mobil hybrid, terutama jika energi yang mengisi dayanya masih berasal dari batu bara dan gas.
“Jika Jepang mengoperasikan 9 juta EV dengan kondisi kelistrikan saat ini, emisi karbon secara keseluruhan bisa melonjak,” ujar Toyoda dalam wawancara yang dikutip oleh Automotive News dan Reuters. Di balik kesan hijau mobil listrik, tersembunyi realitas “green illusion” — polusi yang berpindah dari knalpot ke cerobong pembangkit.
Toyota sendiri bukan penolak EV. Mereka tetap mengembangkan mobil listrik melalui lini bZ dan Lexus. Namun, mereka memilih strategi multi-jalur: hybrid, efisiensi mesin bakar, dan eksplorasi hidrogen. Toyoda menekankan pentingnya transisi yang matang dan inklusif, demi menjaga keseimbangan ekosistem industri serta keberlangsungan 5,5 juta pekerja otomotif di Jepang.
Sementara itu, studi dari IEA dan MIT menunjukkan bahwa EV memang lebih bersih dalam jangka panjang, tetapi hanya jika listrik berasal dari sumber terbarukan. Jika tidak, EV hanya menciptakan kebersihan semu. Belum lagi persoalan lingkungan lain yang sering luput: dampak eksploitasi lithium, nikel, dan kobalt untuk baterai yang merusak wilayah pertambangan di negara berkembang.

Akio Toyoda, president of Toyota Motor Corp., attends a news conference in Tokyo, Japan, on Friday, Jan. 30, 2015. Toyota, the world largest automaker, announced today the company will return to the World Rally Championship in 2017 with the Yaris. Photographer: Yuriko Nakao/Bloomberg via Getty Images
Peringatan Toyoda adalah undangan untuk berpikir lebih jernih. Menyelamatkan bumi tak cukup hanya dengan mengganti kendaraan. Harus ada perbaikan menyeluruh dari hulu ke hilir—dari sumber energi hingga etika produksi. Dalam konteks Indonesia, pendekatan bertahap seperti hybrid dan efisiensi energi justru bisa menjadi langkah yang lebih nyata daripada sekadar mengejar tren global.
Karena pada akhirnya, masa depan hijau bukan soal teknologi yang dipilih, tapi soal sistem yang dibangun dengan kesadaran dan keberlanjutan. (Ray)
Saat ini belum ada komentar